Chereads / Perjalanan Cinta Riza / Chapter 23 - Akmal Cemburu

Chapter 23 - Akmal Cemburu

Bismillah..

Beberapa hari kemudian

"Teeet..Teeet"

Bel tanda selesai ujian berbunyi, yang menandakan bahwa Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) hari terakhir ini telah usai. Wajah tegang dan was-was yang ditunjukkan saat mengerjakan soal-soal di layar monitor juga telah berganti dengan wajah lega walaupun ada beberapa yang mendesah karena ada beberapa dari mereka yang merasa waktunya kurang untuk menjawab soal-soal itu.

Selebihnya suasana yang tadi sunyi karena semua peserta ujian fokus mengerjakan soal-soal kini telah berganti dengan bisik-bisik riang dan percakapan pendek sebelum pengawas ruang ujian meninggalkan tempat ujian.

"Selamat ya, hari ini kalian telah menyelesaikan Ujian. Semoga hasilnya memuaskan"

Ucap salah seorang pengawas yang merupakan guru dari luar sekolah mereka, keduanya mengucapakan salam sebelum ke luar ruangan.

"Terimakasih, paaak" Koor anak-anak merasa senang. Mereka merasa bisulnya sudah meletus setelah mengakhiri ujian hari ini.

Untuk merayakan kebebasannya, ada di antara mereka yang langsung merencanakan untuk berjalan-jalan dengan teman-temannya siang itu sepulang sekolah, tapi ada juga yang nekat corat coret baju seragam sekolahnya padahal pengumuman kelulusan masih lama dan hasilnya juga belum diketahui.

Meskipun pihak sekolah telah melarang kegiatan corat coret tersebut tetap saja larangan itu dilakukan meskipun harus dengan sembunyi-sembunyi. Banyak dari mereka berpendapat bahwa larangan tersebut dibuat untuk dilanggar dan tidak akan ada sanksi apapun karena sekarang mereka telah selesai mengikuti serangkaian ujian. Mereka tidak dituntut lagi datang ke sekolah setiap hari setelah ini. Tinggal menunggu pengumumam kelulusan dan akhirnya mendapatkan ijazah.

Riza dan ke tiga sahabatnya adalah sekian dari sebagian siswa yang langsung berjalan-jalan, tepatnya bukan jalan-jalan sih sebenarnya mereka hanya pergi ke tempat kios mie ayam langganan yang tempatnya hanya berjarak sepuluh menit dari sekolah.

Mereka berpendapat bahwa nencorat coret bajunya adalah tindakan yang mubazir karena baju bekas yang masih layak pakai itu bisa disumbangka pada anak-anak yang kurang beruntung

Sesampainya di sana mereka langsung memesan mie ayam dan es teller yang nampak segar di siang hari yang panas itu.

"Wah..wah.. Hari ini terakhir ujiannya ya?"

"Iya, pak. Alhamdulillah ini hari terakhir ujian. Makanya kita mampir ke sini buat ngerayain"

Jawab Akmal riang. Pak Parmin mengangguk-angguk, mendengar jawaban Akmal. Para ABG ini adalah beberapa dari banyaknya pelanggan yang kala itu sedang santap siang di tempat itu.

"Za, kamu jadi pulang ke rumah besok?

Wardah bertanya pada Riza di sela-sela mengunyah makanannya.

"Insyaallah, Da"

"Sebenernya aku pengen ikut, pengen tahu rumahmu. Nanti malam aku kabari lagi kalau aku boleh nggak ikut acara keluargaku ya, Za"

"Iya, Da"

Akmal masih mengamat-ngamati Riza dari tempatnya duduk. Mereka duduk berhadap-hadapan. Riza yang akhirnya menyadari tatapan Akmal menjadi salah tingkah, ia menunduk malu untuk ke sekian kalinya walaupu sering ditatap seperti itu oleh Akmal.

Akmal menyunggingkan senyumnya dengan menatap mie ayam dan es teller di depannya.

"Yah, ada yang senyum-senyum sendiri nih sama mie ayam"

Wardah menyenggol lengan Riza memberi kode. Riza yang sudah mengetahuinya jadi semakin menunduk sementara Akmal melotot ke arah Wardah yang dibalas dengan cengiran.

Faiz menoleh ke arah Wardah, kemudian menatap Akmal sejenak. Ada mimik tak tertebak di raut wajahnya. Faiz memang tak banyak omong seperti Akmal dan Wardah. Pemuda itu cenderung pendiam seperti halnya Riza.

"Aku ke toilet dulu ya" Faiz bergegas ke arah toilet setelah berpamitan. Tetapi sesampainya di dekat toilet ia malah celingak-celinguk seperti mencari sesuatu tanpa melangkahkan kakinya ke dalam toilet yang nampak bersih.

"Mba, ada yang menitipkan ini buat mba" Tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang umurnya lebih muda dari mereka mendatangi tempat duduk Riza sembari menyerahkan setangkai mawar warna salem ke arahnya dan bingkisan bermotif embos hitam yang elegan.

Yang di sodorkan bunga bengong, dalam hatinya berkecamuk. Sebelumnya ia bertekad untuk menjaga hatinya hingga pemuda di depannya melamarnya kelak tapi anak laki-laki yang masih berdiri di sampingnya menggenggam setangkai mawar dan membawa sebuah kotak kecil yang ia tidak tahu apa isinya itu kemudian langsung meletakkannya di atas meja di hadapan Riza. Tanpa dirinya sempat bertanya dan berterimakasih, anak laki-laki itu sudah menjauh.

Pemuda yang duduk dihadapannya kini menatap pemberian orang yang tidak dikenal itu dengan sengit karena perasaan cemburu yang menyergapnya. Ingin rasanya ia menginjak-injak bunga mawar itu dan membuang jauh-jauh bingkisannya.

Riza tak berani menyentuh benda-benda pemberian itu karena menjaga perasaan Akmal dan mendiamkannya tetap di meja.

"Hmmm...pasti pengagum rahasia itu" Gumam Wardah.

Suasana menjadi canggung setelah itu. Mereka yang tadinya menghabiskan makanan sambil sekali-kali diselingi obrolan kini diam dengan pikiran masing-masing.

Riza tahu, setelah ini Akmal pasti akan diam seribu bahasa. Menunjukkan rasa tidaksukanya pada sang pengagum rahasia yang dia sendiri tak tahu entah siapa.

"Ehem.." Wardah berdehem. Eh, kita akan kemana setelah ini?". Yang ditanya sepertinya enggan menjawab.

Wardah menggedikkan bahunya sendiri, merasa putus asa.

"Ya sudah, mawar sama bingkisannya buat aku aja deh biar kalian nggak diem-dieman". Wardah hendak memasukkan bunga dan bingkisan itu ke dalam tasnya tapi langsung dicegah oleh Akmal.

"Arda, biarkan Riza yang menerima karena bingkisan itu diperuntukkan untuknya!" Akhirnya Wardah mengurungkan niatnya dan bertepatan dengan itu Faiz berjalan dari arah toilet.

"Lama banget ke toiletnya, Iz. Kamu pingsan di dalam sana?" Wardah berseloroh saat Faiz sudah duduk di bangkunya.

"Hehe, aku mules tadi" Terangnya tapi matanya menatap bunga dan bingkisan yang ada di atas meja di depan Riza.

"Riz, itu kenapa?"

Faiz bertanya pada Riza sambil menunjuk benda di hadapannya. Riza menggedikkan bahu, dirinya benar-benar bingung antara menerima dan tidak.

"Biasa... Ada pengagum rahasia yang mengirimnya untuk nona cantik ini" Faiz terkekeh pelan.

"Udah terima aja, Za" Ucap Faiz enteng

Akmal langsung terbelalak menatap Faiz, ia tak menyangka sahabatnya akan seenteng itu mengucapkan kalimat padahal ia tahu jika dirinya menyukai gadis yang ada di hadapannya.

Faiz yang sudah menyangka reaksi Akmal memang akan seperti itu tersenyum dalam hati.

Akmal mendengus kesal, sungguh hatinya sekarang merasa tidak nyaman dengan posisinya seperti ini. Dirinya ingin marah, tapi marah pada siapa?. Gadis yang dihadapannya juga tidak salah karena disukai oleh orang lain selaj dirinya. Riza memang mempesona denga segala yang ada pada dirinya.

Ia tak berhak melarang orang lain untuk menyukai gadis itu. Dirinya bukan siapa-siapa meskipun telah mengungkapkan perasaannya dan Rizapun kerap ke rumahnya atas permintaan mamnya.

"Bawa benda-benda itu, Za" perintah Akmal dengan berat hati.

"Tapi..."

"Udah nggak usah tapi-tapian, benar kata Faiz. Terima aja" Akmal menekankan kata-kata 'terima aja' saat mengucapkan kalimatnya.

Riza meminta persetujuan Wardah dengan tatapannya, yang ditanyanya menganggukkan kepalanya. Akhirnya Riza memasukkan benda-benda itu ke dalam tasnya. Ia tak peduli jika bunga mawar itu akan rusak kelopaknya setelah dimasukkan ke dalam tas, ia hanya ingin segera melenyapkan benda-benda itu dari hadapan Akmal.

Perasaan tidak enaknya pada Akmal mengalahkan rasa penasarannya pada sang pengagum rahasia yang sekarang mulai muncul dalam hatinya. Ia tidak ingin pemuda dihadapannya merasa kecewa.

Senyum simpul terkulum di bibir Faiz tanpa ada yang menyadarinya.

Mereka beranjak dari tempat duduknya setelah sebelumnya Akmal menghampiri pak Parmin untuk membayar mie ayam dan es teler yang telah dimakannya tadi bersama teman-temannya karena sejak awal dia sudah bilang akan menraktir tiga sahabatnya itu.

"Matursuwun ya, nak. Mudah-mudahan kalian kelak menjadi orang yang sukses"

"Aamiin" Jawab mereka kompak.

***

Setengah jam sebelum itu...

Anak laki-laki beseragam putih abu-abu nampak melipir dari depan toilet, berjalan memutar ke toko florist yang terletak beberapa meter dari kios baso. Setelah memilih-milih bunga yang dirasa pas kemudian ia membayarnya. Pemilik toko florist yang sudah mengenalnya tersenyum ramah.

"Semoga usahanya berhasil ya, de" Ucapnya memberi semangat. Yang disemangati mengaminkan doa si pemilik toko.

Toko florist itu menjadi favoritnya dan tempatnya berlangganan sejak ia menyukai seorang gadis secara diam-diam. Ia sering memberikan bunga dengan meletakkannya di laci meja atau dititipkan kepada orang untuk menyerahkannya. Seperti niatnya saat ini, setelah matanya mencari-cari sekeliling ia menghampiri anak laki-laki yang umurnya lebih muda darinya.

Kepada anak laki-laki itu, ia meminta tolong untuk memberikan bunga dan kotak kecil bermotif embos warna hitam itu kepada gadis cantik berkerudung yang tengah duduk di samping seorang gadis tanpa penutup kepala dan berhadapan dengan seorang laki-laki.

"Tolong berikan ini pada gadis itu ya" Pintanya pada anak laki-laki yang ada di hadapannya. "Jangan katakan aku yang menitipkannya untuk dia" Anak laki-laki itu mengangguk dan membalas ucapan terimakasih si peminta tolong sambil menyelipkan pemberiannya di kantong celananya.

Sementara anak laki-laki yang dimintai tolong menghampiri meja gadis itu, ia kembali ke toilet sambil mengawa-awasi keadaan sekitar. Setelah pura-pura masuk dan keluar lagi dari toilet, ia memutuskan untuk kembali ke dalam kios baso.

Sesampainya di dalam kios, sahabatnya bertanya

"Lama banget ke toiletnya, Iz. Kamu pingsan di dalam sana?"

"Hehe, aku mules tadi" Terangnya tapi matanya menatap bunga dan bingkisan yang ada di atas meja di depan gadis yang disukainya diam-diam.

"Riz, itu kenapa?"

Laki-laki itu pura-pura bertanya dan gadis itu menggedikkan bahunya.

(wah..wah..jadi tambah jelaskan, siapa pengagum rahasia itu?)

****

Assalamualaikum..

Hai readers, terimakasih sudah terus membaca.

Maaf updatenya malam-malam karena seharian ini author sibuk.

Jangan lupa subscribe dan beri vote nya ya, agar author lebih semangat lagi menulis ceritanya(^v^).