Bismillah...
"Bentar lagi kita berangkat, mam. Akmal lagi manasin mobilnya" Beritahu Akmal pada ibunya.
"Oke, sayang. Habiskan dulu sarapanmu" yang dibalas anggukan oleh Akmal dengan penuh semangat.
"Bi, tolong dibereskan ya. Kami sudah selesai sarapannya" Bi Llis asisten rumah tangga rumah itu segera datang menghampiri meja makan dan membereskan.
"Pap yakin nggak mau ikut?
Yang ditanya mengangguk
"Pap tunggu kabar baik saja dari kantor, sebab nanti akan ada klien yang datang ke hotel"
"Ooh ya sudah kalau begitu". Mam Najmi meraih tangan pap Toni untuk menyaliminya dan suaminya itu mengecup keningnya. Akmal melakukan gerakan yang sama pada pap Toni setelah menyelesaikan sarapannya.
"Hati-hati semua ya kesayangan-kesayangan, pap". Pap Najmi berjalan ke depan rumah sambil melingkarkan tangannya di pinggang istrinya, beliau mengantarkan sampai ke mobil.
"Sampaikan salam buat keluarga Riza dari, pap"
"Insyaallah nanti disampaikan, pap. Kami berangkat" Pamit, mam Najmi.
****
Riza sudah bersiap-siap sejak pagi. Setelah membereskan dan membersihkan kamarnya, ia langsung mandi dan kini dirinya sudah mematut di depan cermin. Memakai kaos tunik cerah dan celana bagy hitam dengan pashmina yang senada dengan warna tuniknya.
Ia berjalan menyebrangi taman dan memberi salam tanpa mengetuk karena pintu rumah bu Yani sudah terbuka. Mas Zaenal yang telah rapi dengan setelan kerjanya ke luar rumah membalas salam Riza.
"Waalaikusalam. Oh Riza, mau ke mana pagi-pagi begini sudah wangi dan cantik. Bukannya sekolahmu sudah selesai?"
Riza tersipu mendengar kalimat mas Zaenal.
"Saya mau pamit pulang ke rumah dulu, mas"
"Eh.. ada Riza?" Bu Yani menghampiri meraka dari dalam rumah.
"Iya, bu. Riza pamit mau pulang dulu karena sekolah tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja"
"Mau diantar?" Mas Zaenal menawarkan.
Riza menggeleng "Sudah ada teman yang mau mengantar, mas"
"Ya sudah, kalau begitu hati-hati ya. Salam buat ibu di rumah.
"Iya, bu. Riza pamit ya, bu, mas"
Riza menyalimi bu Yani dan menangkupkan tangannya di dada menghadap mas Zaenal yang dibalas sikap serupa oleh mas Zaenal.
Ia membalikkan badannya hendak menuju kamarnya ketika terdengar salam dari suara yang dikenalnya.
"Waalaikumsalam" Balas ketiga nya hampir bersamaan.
Akmal menghampiri Riza yang masih berada di dekat bu Yani dan mas Zaenal. Tersenyum ramah dan menyalami ke tiganya dengan cara yang berbeda pada bu Yani dan Riza.
Mata mas Zaenal intens memindai Akmal. Ada kilatan berbeda di matanya.
"Sudah siap, Za?. Mam udah nunggu di mobil" Tanya Akmal sambil berjalan mensejajarkan diri dengan Riza setelah berbasa basi pada bu Yani dan mas Zaenal.
"Alhamdulillah sudah". Akmal merebut ransel yang berisi baju Riza dari tangan gadis itu.
"Kamu kunci dulu kamarnya"
Setelah memastikan tidak ada barang bawaan yang tertinggal riza mengunci pintu kamarnya.
"Sebentar, Mal" Riza mendatangi kamar-kamar mba kostnya dan berpamitan. Sementara Akmal duduk menunggu di depan kamar Riza.
"Hati-hati ya, Za" Pesan mereka sambil keluar kamar.
"Eh..ini ada siapa?" mba Heni mengerling kan matanya ke arah Riza, sementara yang digodanya hanya tersenyum. Akmal berdiri dari duduknya dan menganggukkan wajah tampannya ke arah gadis-gadis yang umurnya lebih tua di atasnya.
"Mba-mba, pamit dulu ya. Ayo, Za. Mam udah nunggu di mobil". Akmal mengingatkan Riza kembali dan keduanya bergegas ke arah mobil yang terparkir di luar gerbang.
"Aduuuh.. ganteng banget itu anak" Puji mba Ratih.
"Isshh.. eh mau dikemanakan mas Randinya, mba?" mba Laila mengingatkan dan mba Dian pun langsung menjitak kepala mba Ratih. Mba Ratih mengelus-elus kepalanya dengan memanyunkan mulutnya.
Setelah kejadian kecelakaan waktu itu ternyata berujung pada perjodohan yang sama-sama disetujui oleh kedua pihak. Orang tua mba Ratih yang bertemu lagi dengan orang tua mas Randi yang ternyata bersahabat di masa lalu akhirnya sepakat untuk menikahkan anak mereka yang tinggal menunggu waktu hitungan bulan saja.
Sementara itu di dalam rumah di sebrang taman sepasang bola mata memperhatikan kegiatan Riza tadi dari dalam rumah. Pemilik mata itu mengepalkan tangannya saat gadis itu berinteraksi dengan laki-laki seumurannya di depan kamarnya. Riza nampak nyaman saat berada di dekatnya meskipun mereka tetap menyisakan jarak diantaranya..
****
"Mam, maaf menunggu lama" Riza mencium punggung tangan mam Najmi yang sebelumnya tengah menatap layar ponselnya.
"Nggak masalah, nak. Waah.. yang mau pulang ke rumah nampak bersemangat ya, Mal?" Mata mam Najmi menggoda anak gadis di sampingnya, beliau mengamat-amati Riza sambil tersenyum.
"Hehe..iya, mam" Riza menunduk malu, dan seperti biasa semburat merah jambu kembali muncul di pipinya. Wanita cantik yang sudah tak muda lagi itu selalu membuatnya menghangat seperti tingkah anaknya terhadapnya.
"Kamu sudah sarapan, Za?"
"Sudah, mam"
"Syukurlah, Coba..coba ceritakan sedikit tentang keadaan kampungmu, Za" pinta mam Najmi antusias.
"Mmm...Desaku kira-kira 3 jam perjalanan dari kota ini, mam. Kalau sudah malam setelah isya suasana kampung akan sangat sepi. Tetapi berbeda saat hari raya di mana orang-orang yang merantau hampir semuanya kembali ke kampung halaman"
"Ooh..begitu..Apa Riza sudah memberi tahu ibu, kalau akan pulang dan di antar oleh kami?
"Sudah, mam. Semalam aku sudah telpon ibu"
"Wah.. nanti mam bakal ketemu sama calon besan" Mata mam Najmj berbinar-binar.
Akmal tersenyum melihat tingkah mamnya dari kaca spion tengah.
Handphone Riza berbunyi saat mobil Akmal berhenti di lampu merah.
"Iya nggak apa-apa, Da"
"Ini diantar sama Akmal dan mam Najmi"
"Iya..nanti disampaikan"
"Makasih, Arda"
"Waalaikumsalam"
Riza menutup telponnya.
"Ada salam dari Wardah, mam, Mal"
"Waalaikumsalam" Jawab keduanya.
"Semalam Arda telpon aku, nanyain kamu berangkat sama siapa, Za"
"Terus?"
"Ya aku jawab, aku yang antar sama mam"
"Ooh. Iya tadi Arda bilang nggak bisa ikut karena harus ikut acara keluarganya" Mam Najmi mengangguk-angguk. Akmal tetap berkonsentrasi menyetir walaupun telinganya mendengarkan apa yang diucapkan Riza.
Beberapa menit perjalanan mam Najmi sudah terkantuk-kantuk di bangku penumpang tengah di sebelah Riza.
"Tolong temani aku ya, Za. Biar mataku nggak ngantuk"
"Siap, bos" yang langsung disenyumi oleh Akmal dari spionnya.
Perjalanan siang itu terasa menyenangkan untuk Akmal karena ada gadis pujaannya menemani walaupun mereka duduk berjarak.
"Mau minum, Mal?"
"Iya, tolong ambilkan untukku Za"
Riza membukakan tutup botol air mineral yang telah disiapkannya dan menyodorkannya ke arah Akmal.
"Makasih, Za" Ucap Akmal setelah meminumnya dan diangguki oleh Riza. Suatu saat ia berharap gadis yang sekarang duduk dibelakangnya akan berpindah duduk tepat di sampingnya, menemani perjalanan-perjalanan di dalam hidupnya kelak. Mengobrol tanpa rasa canggung dan menyuapinya saat dirinya berada di belakang kemudi mobilnya. Mudah-mudahan Allah benar-benar akan mengabulkan doa-doanya.
Akmal membayangkan hal itu sambil tersenyum-senyum sendiri. Riza yang melihatnya dari kaca spion hanya bisa menatapnya tanpa tahu khayalan Akmal.
"Apa ini masih lama, Za? Tanya mam Najmi yang tiba-tiba terbangun saat mobilnya menginjak lubang besar secara tiba-tiba. Riza yang tadi masih menatap Akmal melalui spion tengan menjawab tergagap.
"Emmm... masih 45 menitan lagi, mam"
"Ooh" Kemudian mam Najmj terlelap lagi.
"Mam memang langsung tertidur jika berkendara dalam waktu yang cukup lama, Za. Pap nggak seperti aku yang kalau nyetir harus ngobrol biar nggak ngantuk. Biarkan saja ya" Akmal menjelaskan.
"Iyalah, Mal. Biarkan saja, biar mam istirahat"
Mobil membelok di persimpangan jalan, setelah Riza memberikan petunjuknya. Sekarang mobilnya telah berada di mulut desa di mana rumah Riza berada. Butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai di sana.
Wajah Riza mulai berbinar-binar. Ia membayangkan Begitu turun dari mobil pasti ia akan langsung memeluk ibunya penuh kerinduan karena kurang lebih sudah dua bulan ia tak pulang ke rumahnya dan ibunya juga dilarang menemuinya di kostan tak ingin ibunya kelelahan di perjalanan.
"Di depan yang rumahnya bercat putih dan berpagar putih itu rumahku, masukkan aja mobilnya ke dalam halaman"
Akmal memelankan laju mobilnya dan memasuki pekarangan yang luas sesuai petunjuk Riza. Mobil Honda Jaz keluaran terbaru itu diparkirkannya dengan rapih. Mam Najmi yang merasakan mobilnya melambat terbangun dari tidurnya.
"Ini sudah sampai, Za?. Pandangan mam Najmi berkeliling sambil merenggangkan otot badannya.
"Iya, mam. Silahkan turun, itu ibu sudah menunggu". Di depan rumah, bu Leni sudah berdiri menunggu dengan senyum keibuannya ke arah mobil di mana anaknya berada di dalamnya.
Ketiganya turun dan menghampiri bu Leni. Riza berlari kecil kemudian memeluk ibunya setelah sebelumnya mengucapkan salam. Setelah melepaskan pelukannya, Riza memperkenalkan dua orang yang telah mengantarnya.
"Bu, ini mam Najmi dan Akmal" Keduanya menyalami bu Leni ramah.
"Wah ternyata calon besan mam masih muda ya, cantik lagi" Puji mam Najmi, yang dipujinya tersenyum dan mengucapkan terimakasih.
"Tapi masih tetap cantikan ibu Akmal ko" Bu Leni balas memuji. Kedua ibu-ibu itu nampak akrab walaupun baru pertama kali bertemu.
"Ayo..ayo masuk dulu, Riza sama tamunya diajak masuk to, bu" Tiba-tiba suara khas bapak-bapak terdengar dan seorang laki-laki berkulit bersih tersenyum ramah keluar dari dalam rumah Riza. Dahi Riza berkerut, mencoba menerka-nerka.
(aduh, siapa lagi nih orang?)
****
Assalamualaikum..
Hai readers, terimakasih sudah terus membaca.
Alhamdulillah hari ini bisa update sesuai harapan.
Jangan lupa subscribe dan beri vote nya ya, agar author lebih semangat lagi menulis ceritanya. Terimakasih((^v^)).