Chereads / Perjalanan Cinta Riza / Chapter 27 - Berkunjung II

Chapter 27 - Berkunjung II

Bismillah..

Ayo..ayo masuk dulu, Riza sama tamunya diajak masuk to, bu" Tiba-tiba suara khas bapak-bapak terdengar dan seorang laki-laki berkulit bersih tersenyum ramah keluar dari dalam rumah Riza. Dahi Riza berkerut, mencoba menerka-nerka.

Mata bu Leni menatap ke arah Riza, beliau sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi pada Riza. Riza langsung masuk menuju kamarnya tanpa mempedulikan uluran tangan laki-laki yang mencoba menyalaminya. Ia bahkan lupa pada tamu yang mengantarkan ke rumahnya tadi.

Mam Najmi dan Akmal saling berpandangan tapi segera menyambut tangan bapak-bapak yang terulur sementara mam Najmi menangkupkan tangannya di dada sambil tersenyum ramah.

Bu Leni mempersilahkan tamunya duduk dan membuatkannya minum.

Akmal mengitarkan pandangannya ke penjuru rumah. Rumah besar itu terlihat bersih, di dinding rumah nampak foto keluarga. Foto sepasang suami istri dan anak perempuannya yang terlihat cantik perpaduan keduanya dengan gigi ompong yang terlihat karena foto itu menampilkan senyum lebarnya. Disebelahnya ada foto pernikahan yang sudah ketinggalan zaman dilihat dari riasan mempelainya. Ia yakin itu foto pernikahan otang tua Riza.

Rumah yang terasa asri dan nyaman, meskipun tidak ada barang-barang mewah yang kekinian, tapi semua barang tertata rapi dan pas pada tempatnya. Hampir semua barang-barang yang ada di sana adalah barang-barang kuno yang antik, dan mungkin nilainya sudah mahal saat ini jika dibeli oleh para kolektor benda-benda antik di luar sana.

Pikirannya kembali pada Riza, dirinya tak menyangka jika sikapnya akan seperti itu pada bapak-bapak tadi. Gadis yang ia kenal adalah gadis yang ramah meskipun sifatnya pendiam. Matanya nampak terluka saat melewatinya tadi. Bahkan ia seperti lupa jika ada dirinya dan mam.

Bu Leni menuju ruang tamu membawakan lima gelas teh manis yang ia letakkan di nampan. Di belakangnya berjalan bapak-bapak tadi yang setelah itu memperkenalkan dirinya sebagai ayahnya Riza. Benar, itu adalah ayah sambung Riza karena setahunya ayah gadis itu telah meningal dunia sejak ia SMP.

Laki-laki itu nampak ramah dan berwibawa, tetapi kenapa Riza seperti tidak suka?. Segala pertanyaan dibenak Akmal berkecamuk, ia belum paham alur cerita keluarga yang baru dikunjunginya saat ini.

Tetapi tidak dengan mam Najmi yang langsung paham dengan sikap Riza tadi. Pengalamannya dalam dunia perumahtanggaan, baik dari yang dialaminya sendiri ataupun dari cerita-cerita orang disekelilingnya.

Setelah mempersilahkan tamunya minum dan mencicipi hidangan yang tersedia di meja tamu, bu Leni meminta maaf atas sikap Riza tadi.

"Maafkan anak saya Riza, bu. Sebenarnya Riza anak yang baik hanya saja sikapnya akan berubah keras jika menurutnya nggak benar"

"Oalah, nggak apa-apa bu. Itu wajar saja ko. Saya memaklumi"

Bapak-bapak yang duduk di sebelah bu Leni mengangguk-ngangguk. Ia tidak banyak bercakap, hanya mendampingi istrinya yang masih terlihat cantik cerminan dari Riza.

"Saya jadi nggak enak. Masa baru pertama kali berkunjung ke rumah Riza, eh ibu dan Akmal malah langsung disuguhi pemandangan yang kurang bagus"

"Nggak apa-apa, bu. Jangan terlalu dipikirkan. Kami tahu Riza anak yang baik. Selama ini saya sudah menganggap Riza seperti anak sendiri"

Memori bu Leni menerawang ke beberapa tahun yang lalu, beliau menceritakan awal mula kejadian hingga mengapa akhirnya menikah lagi.

Flash back on

"Terimakasih, pak Rasyid" Ucap bu Leni tulus kepada orang yang semalam menolongnya.

"Jangan dipikirkan,bu. Itu sudah kewajiban saya untuk menolong" Jawab Pak Rasyid

"Bagaimana cara berterimakasih kepada bapak, agar saya merasa tidak berhutang budi?"

Pak Rasyid menimbang sejenak kemudian

"Kalau ibu setuju, menikahlah dengan saya. Karena status ibu rawan akan fitnah. Saya benar-benar ikhlas menolong ibu dan ingin ikut menanggung anak ibu.

Menolong Para Janda memiliki keutamaan, seperti hadist

dari Abu Hurairah, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Orang yang berusaha menghidupi para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang berjuang di jalan Allah. Dia juga laksana orang yang berpuasa di siang hari dan menegakkan shalat di malam hari."(HR. Bukhari no. 5353 dan Muslim no. 2982)

Dari Sahl ibnu Sa'ad, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:

"Kedudukanku dan orang yang menanggung anak yatim di surga bagaikan ini." [Beliau merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, namun beliau regangkan antara keduanya]. (HR. Bukhari no. 5304).

Bu Leni bukan tidak mengenal pak Rasyid, tetangga jauh yang tinggal di ujung desa. Laki-laki itu juga seorang duda mapan dan sholeh yang usahanya di kota. Beliau hanya tidak ingin menghianati almarhum suaminya dan memikirkan Riza, bagaimana sikapnya jika mengetahui ibunya menerima pinangan pak Rasyid mengingat dulu setiap ada orang yang melamarnya Riza selalu marah-marah.

Tapi karena kejadian malam itu di mana juragan Pardi akan berbuat tak senonoh padanya dan berhasil digagalkan oleh pak Rasyid akhirnya membuat bu Leni menerima pinangan laki-laki itu.

Flash back off

Mam Najmi merasa prihatin mendengar cerita bu Leni, sementara pak Rasyid menggenggam tangan bu Leni untuk mencoba menenangkan emosi wanita yang kini telah menjadi istrinya.

Sekarang Akmal mulai paham apa yang terjadi dengan suasana hati Riza saat ini, sikapnya yang pendiam kemungkinan besar karena ia merasa sangat kehilangan almarhum ayahnya. Dan kini saat gadis itu pulang dengan segudang rindu pada ibunya ternyata sang ibu telah menikah lagi tanpa sepengetahuannya. Meskipun sebenarnya pernikahan itu sudah berlangsung sejak lama.

Pernikahan Bu Leni terjadi selang beberapa bulan setelah kejadian malam yang mencekam itu, beliau sudah mencoba meminta izin pada Riza melalui telpon tetapi anak gadisnya itu tak pernah mengizinkan. Selama ini jika Riza pulang ke rumah kebetulan pak Rasyid sedang ada di kota untuk menjalankan usahanya di sana. Jadi selama itu juga Riza belum pernah bertemu dan tidak pernah membahas tentang pernikahan mereka.

Hari ini ketika pak Rasyid baru pulang dari kota subuh tadi, bu Leni memberitahu jika Riza akan pulang diantar oleh Akmal dan ibunya. Mereka akhirnya pasrah jika Riza mengetahui sendiri dan akan mencoba menjelaskannya tanpa ada yang ditutupi. Tapi jangankan menjelaskan, saat pak Rasyid ingin menyalami anak tirinya itu Riza malah langsung berlalu ke kamarnya. Bahkan sampai saat ini belum juga keluar.

Beberapa saat setelah obrolan tadi, terdengar suara adzan bersahut-sahutan di masjid. Pak Rasyid berisiap-siap ke masjid terdekat untuk menunaikan sholat dhuhur bersama Akmal. Bu Leni dan mam Najmi mengerjakan sholatnya di mushola keluarga di dalam rumah, sebelumnya beliau telah mengajak Riza untuk sholat berjamaah tapi dengan suara parau gadis itu menjawab dari dalam bahwa ia akan sholat di kamarnya saja.

Bu Leni menyiapkan makan siang untuk tamunya di dapur setelah selesai mengerjakan sholatnya.

"Ada yang bisa saya bantu, bu?". Mam Najmi menghampiri, ia merasa tidak canggung berada di rumah itu meskipun ini untuk pertama kalinya beliau berkunjung. Umur bu Leni yang lebih muda dan sikapnya yang humble seperti dirinya membuatnya merasa lebih cepat akrab.

"Nggak usah repot-repot, bu. Ibu tunggu di depan saja, ini sedikit lagi" Bu Leni merasa tidak enak.

"Nggak usah sungkan, bu". Mam Najmi meminta izin untuk mengambilkan piring dan sendok yang akan dipakai makan. Satu persatu makanan dan lauk pauknya mereka bawa ke belakang rumah di mana ada saung yang luas terletak di sana.

Saung itu berada di belakang rumah dengan kebun sayur-sayuran tertanam di sana. Ada sepetak caisim, sepetak cabai, sepetak kol, beberapa pohon pisan dan kelapa serta masih ada lagi tanaman-tanaman obat yang juga tumbuh subur di sana.

Mam Najmi merasa segar berada di sana, berkali-kali ia menghirup udara yang sejuk untuk memenuhi rongga-rongga di dadanya. Rumah bu Leni memang berada di kaki gunung, jadi ketika siang hari seperti saat inipun udara sejuk melingkupi kampung itu.

Pak Rasyid dan Akmal kembali dari masjid dan langsung menuju ke saung setelah memberi salam. Bu Leni mempersilahkan tamunya untuk makan terlebih dahulu sementara beliau masuk ke dalam rumah untuk mengajak Riza ikut bergabung.

"Za.... za" Bu Leni mengetuk pintu kamar Riza dan membukanya karena Riza tak kunjung menjawab panggilannya. Beliau mendapati anak gadisnya berada di pinggir ranjang menghadap ke jendela dengan masih memakai mukena.

Bergegas bu Leni menghampiri Riza, hatinya menjerit melihat anak gadisnya yang tertunduk lesu dengan hidung yang memerah dan air mata yang masih menganak sungai di sana. Dipeluknya Riza yang tak membalas pelukannya.

"Maafkan ibu, Za" Hanya kata itu yang terucap dari bibirnya yang biasanya selalu tersenyum penuh kelembutan saat berhadapan dengan anaknya. Beliau berpikir percuma saja menjelaskan sesuatu jika gadis kecilnya masih dikuasai emosi.

"Ayo kita makan dulu, nak. Akmal dan ibunya sudah menunggu"

"Akmal ?..Ibunya ?" Mendadak Riza linglung bertanya dalam hati. dirinya lupa jika tadi ia ke rumah diantar oleh Akmal dan mam Najmi. Kesedihan dan kekecewaannya pada ibunya membuatnya merasa seperti seorang diri di dunia ini.

Riza hanya pasrah mengikuti saat bu Leni menariknya dengan lembut menuju saung. Ia duduk saat dituntun untuk duduk. Matanya kosong saja, dihatinya hanya ada ayahnya.

Semua orang yang ada di sana terseret dengan pikirannya masing-masing. Pak Rasyid merasa bersalah melihat keadaan anak sambungnya, beliau berharap waktu yang akan mendamaikan semuanya karena saat ini anak itu tak menganggap ia ada.

Mam Najmi berkali-kali menunjukkan rasa keprihatinannya, beliau menggenggam tangan Akmal sejenak melihat anak laki-lakinya itu menatap nanar pada gadis yang dicintainya.

Hati Akmal ikut perih melihat tatapan kosong dan kesedihan di mata Riza. Ketenangan yang biasa ia lihat pada wajah gadis itu kini terselimuti kepedihan yang seolah tak bertepi.

(huhu.. sedihnya... kalau ada readers yang mempunyai pengalaman yang sama dengan Riza pasti bisa merasakan kepedihan yang Riza alami. Boleh banget kalau readers ingin berbagi pengalamannya dengan tulis-tulis di kolom komentar ya)

****

Assalamualaikum..

Hai readers, terimakasih sudah terus membaca.

Sehat-sehat terus untuk kita semua.

Jangan lupa subscribe dan beri vote nya ya, agar author lebih semangat lagi menulis ceritanya(^v^).