Chereads / Perjalanan Cinta Riza / Chapter 21 - Aku

Chapter 21 - Aku

Bismillah...

Riza POV

Hari ini, sejak pagi aku sudah dijemput oleh Akmal untuk menemani ibunya berbelanja perlengkapan untuk mengisi rumah baru. Mulai dari membeli bed set, sofa, meja makan, sofabed, dan satu set bangku santai. Belanjaan itu belum semuanya terbeli. Rencananya setelah makan siang dan sholat dzuhur di restoran milik pap Toni, kami akan melanjutkan hunting perabot rumah tangga lainnya. Agak capek memang tapi aku senang jadi rasa capekku hilang.

Kami selesai santap siang saat pap Toni tiba di ruangannya, tempat kami menunggu beliau yang tadi sedang bertemu koleganya di luar. Laki-laki paruh baya yang masih terlihat gagah itu tersenyum ramah ke arahku dan berbasa basi setelah mencium mam Najmi dan Akmal menyaliminya.

Aku minta izin turun ke lantai dasar untuk melaksanakan sholat dzuhur di mushola, meskipun mam Najmi menyuruhku untuk sholat dzuhur di ruangan suaminya tapi aku merasa tidak enak. Akhirnya Akmal menemaniku ke mushola.

Setelah melaksanakan empat rokaat, aku duduk berdoa dengan takzim. Perasaanku terhanyut setelah doa-doa yang aku panjatkan ke langit.

Sungguh aku sangat nyaman berada di tengah-tengah keluarga ini. Aku merasakan kehangatan kasih sayang jika berada di antara mereka. Keluarga yang tak mempunyai ikatan darah denganku tapi menganggapku sebagai bagian dari keluarganya. Jika aku tak malu aku akan menyambut dengan senyum lebar setiap mam Najmi menyebutku "calon mantu"

Siapa yang tak bahagia?. Di kala umurku yang masih belia ini aku sudah seperti di take oleh mereka. Apalagi keluarga itu adalah keluarga terpandang dan kaya raya yang juga taat pada agama. Mereka tidak mengajukan syarat apapun untuk kasih sayang itu bahkan mengungkungku pun tidak.

Padahal sebelumnya aku tak mengenal keluarga Akmal hingga suatu waktu aku dan kedua sahabatku berkunjung ke rumahnya saat ada acara syukuran dan mba Zihan di khitbah oleh mas Riski. Aku merasa keluarga Akmal langsung suka padaku. Entah karena memang putranya sudah menceritakan tentang aku sebelumnya atau karena memang mereka suka padaku karena ada kebaikan dariku yang mereka lihat"

Aku menganggapnya berkah dari Allah, di saat aku jauh dari ibuku yang paling kusayangi, di kota ini aku mendapatkan keluarga baru. Meskipun keluarga Akmal bukan satu-satunya yang menyayangiku karena ada bu Yani yang merupakan induk semang tempatku mengekost di sana, juga menyayangiku.

Jika readers ingin tahu perasaanku pada Akmal, sejujurnya aku punya perasaan yang sama padanya sejak pertama kali aku menjejakkan kakiku di SMA favorit di kota ini. Tapi karena aku mempunyai sifat yang pendiam dan tenang, aku sangat bisa menyembunyikan gejolak di dalam hatiku jika berdekatan dengannya.

Hingga suatu saat dia menyatakan perasaannya padaku, saat itu juga aku ingin melonjak-lonjak karena rasa bahagia menyelimuti hatiku. Tetapi sekali lagi aku jelaskan di sini, aku selalu bisa menyembunyikan perasaanku sebenarnya dibalik diamku dan ketenangan yang kumiliki.

Mungkin jika aku tak malu aku langsung akan berteriak girang dan menyatakan hatiku akan aku jaga hingga ia melamarku kelak, seperti pintanya. Namun aku kembali pada kodratku sebagai seorang wanita yang harus bersikap tahu diri, dan juga aku harus meyakinkan diriku sendiri bahwa Akmal memang baik untukku hingga sampai akhir hayatku. Selain itu agamaku tidak membolehkan ada proses pacaran walaupun ada rasa suka timbul di antara dua insan yang berlawan jenis.

Sampai saat ini, Akmal sangat menghormatiku. Memperlakukanku dengan lembut dan kasih sayang. Tak sekalipun ia berusaha memaksaku melakukan hal-hal yang tidak baik, seperti menciumku misalnya.."ups, haduh dari mana pikiran nakal ini tiba-tiba ada di kepalaku?". Haha..maaf readers, mungkin aku tidak sengaja ikut nonton film-film romantis kesukaan mba Dian sehingga adegan itu masuk ke dalam memoriku jika ada kata "pacaran".

Akmal sangat tahu batasan-batasan dalam agama yang kami anut. Bahwa tidak ada pacaran ataupun pendekatan di dalamnya. Bahkan setelah kami aktif mengikuti kegiatan kajian ROHIS di sekolah, dirinya selalu menahan diri untuk tidak menyentuhku karena tahu hal itu tidak diperbolehkan. Tidak lagi seperti dulu waktu pertama berkenalan dia langsung mengajak bersalaman dan menarik halus tanganku ke arah siwa lain yang bergerombol.

Kami menjalani cinta ini sebagai seorang sahabat yang saling tahu isi hati kami masing-masing. Meskipun godaan syaitan tak pernah tidak datang dalam wujud bisikan-bisikan dan rayuan-rayuannya tapi aku yakin Akmal bisa melewatinya karena dia adalah pemuda yang baik dan keluarganya telah membentenginya dengan fondasi yang kuat dengan nilai-nilai agama.

****

Meskipun Akmal telah memenuhi setengah ruang di hatiku tapi aku tidak bisa tidak menyisakan sedikit ruang penasaran dihatiku. Hanya penasaran sih. Yah.. ini berkaitan dengan pengagum rahasiaku. Orang itu, yang tak aku ketahui bahkan clue-nya sekalipun, berhasil mengoyak sedikit sikap tenangku. Dibalik ketenanganku saat mendapat kejutan-kejutan darinya sesungguhnya akupun merasakan getaran.

Getaran itu kecil memang, tapi aku takut lama-lama akan menghebat. Seperti yang aku rasakan saat bersama Akmal dan keluarganya. Getaran yang selalu menghangatkan hatiku dan selalu aku rindukan. Meskipun aku tahu getaran kecil itu mungkin timbul karena rasa penasaran siapa sebenarnya orang tersebut dan tidak lebih dari itu.

Dan aku tahu satu-satunya yang bisa membuat Akmal cemburu adalah pengagum rahasiaku itu, sorot matanya yang biasanya jenaka dan menggodaku lenyap begitu saja jika ia mengetahui aku mendapatkan pesan ataupun bingkisan darinya. Sikapnya yang selalunya banyak bicara mendadak akan menjadi pendiam, apalagi setelah ia mengungkapkan perasaannya terhadapku dirinya tampak semakin posesive.

Aku memahami perasaannya dan aku memutuskan untuk menyimpan seluruh pemberian pengagum rahasiaku itu dalam satu box yang tak aku buka-buka isinya kecuali satu bukyang beberapa saat lalu aku buka segelnya dan mulai aku baca.

Oh iya.. di sini aku juga ingin menceritakan dua sahabatku yang lain. Sahabat yang aku kenal di hari yang sama setelah aku berkenalan dengan Akmal. Dialah Wardah atau biasa kami panggil Arda dan satunya lagi Faiz.

Arda tinggal tidak terlalu jauh dari rumah Akmal. Orang tuanya dan orangtua Akmal katanya saling mengenal karena merupan rekan bisnis. Mereka sama-sama orang kaya yang tidak senang memanfaatkan kekayaannya untuk pamer. Arda begitu baik dan selalu berusaha untuk melindungiku, mungkin karena aku terlihat lemah di matanya yang tomboi.

Faiz senasib denganku yang sama-sama jadi anak kost untuk dapat bersekolah di SMA favorit di kota Yogya ini. Faiz juga anak baik tapi aku merasa ada yang disembunyikan olehnya. Kadang aku menangkap matanya yang sedang menatapku atau memalingkan mukanya jika Akmal sedang sangat intens menggodaku.

Aku tahu kalau Arda diam-diam suka pada Faiz dari tatapan matanya ataupun curhatan-curhatannya, tapi pemuda itu seperti mengabaikannya dan Arda sebatas sebagai sahabat.menganggap

Persahabatan yang manis kami jalani hingga hampir tiga tahun. Mungkin akan terus berlanjut hingga nanti. Hingga kami dewasa kelak. Walaupun Akmal telah menambatkan hatinya padaku tapi aku berharap persahabatan kami akan terus baik-baik saja.

****

"Za, udah selesai berdoanya?" Suara halus seorang pemuda yang aku kenal menghentikan lamunanku setelah selesai berdoa tadi.

"Emm.. sebentar" Aku segera melipat mukenaku.

"Ayo, mam udah nunggu dari tadi lho"

(Semoga Akmal memang jodoh Riza kelak ya...)

****

Assalamualaikum..

Hai readers, terimakasih sudah terus membaca.

Jangan lupa subscribe dan beri vote nya ya, agar author lebih semangat lagi nulis ceritanya(^v^).