Chereads / Perjalanan Cinta Riza / Chapter 16 - Apa Kamu Mau Berjanji?

Chapter 16 - Apa Kamu Mau Berjanji?

Bismillah....

Setelah mengantarkan Wardah ke rumahnya, Akmal menepikan mobilnya di taman kota sebelum mengantar Riza pulang.

Mungkin anak laki-laki itu berharap kesedihan Riza akan hilang setelah diajak singgah ke sana, meskipun sesampainya di tempat itu Riza malah terkena lemparan bola.

Anak Laki-laki itu sangat marah ketika ada dua orang anak menghampiri mereka hendak mengambil bola yang tak sengaja terlempar ke arah Riza, namun Riza bersikap sebaliknya

Perkiraan Akmal dengan ramainya suasana taman kota akan dapat menghibur dirinya ternyata berhasil. Hatinya kini membaik tapi ia malah merasa ada yang tak beres pada sahabatnya.

Riza menanyakan keadaan Akmal yang nampak pucat setelah tadi ia berkata ingin berbicara padanya.

"Ka..kamu sakit, Mal?. Wajahmu tampak kacau"

Riza menatapnya khawatir namun kemudian menundukkan pandangannya lagi, ia tak boleh lama-lama memandang lawan jenisnya.

Anak Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskanya perlahan. Masih dengan posisi duduk bersebelahan dan berjarak. Kegugupannya dapat Riza rasakan dari tempatnya duduk.

"Apa kamu masih ingat waktu kita berkenalan dulu?"

"Emm.. aku akan selalu mengingatnya" Jawab Riza, dirinya memang selalu ingat waktu itu. Saat pertama kali anak laki-laki itu mengajaknya berkenalan dan menarik tangannya menuju teman-temannya yang bergerombol berpakaian biru putih.

Wajah Akmal terlihat senang saat mendengar jawaban Riza.

"Alhamdulillah... Apa kamu tahu?" Lanjut Akmal.

Riza menggelengkan kepalanya pelan, dirinya mencoba menerka arah pembicaraan anak laki-laki di sampingnya yang kemudian diam lagi. Sepertinya ia sedang menutupi kegugupannya dan memilih kata-kata yang tepat untuk disampaikan.

Sepuluh menit kemudian anak laki-laki itu tetap belum melanjutkan kalimatnya. Riza masih tetap menunggunya dengan tenang, membiarkan Akmal mengatasi rasa gugupnya yang sangat nampak meskipun ia berusaha menutupinya.

Riza mengamati tempat-tempat yang merupakan bagian dari taman kota itu. Mengedarkan pandangannya dari tempat yang terdekat hingga terjauhnya di mana kendaraan-kendaraan sewaan untuk mengelilingi taman kota terparkir di sana.

"Apa kamu tahu, Za?. Anak Laki-laki itu mengulang pertanyaanya kembali setelah beberapa kali menghela nafas.

"Sejak saat itu..ng...aku..."

"Aku apa?" Riza tersenyum sendiri, merasa aneh dengan tingkah sahabatnya yang dari tadi menjadi semakin tidak jelas.

"Ng..aku suka kamu, Za. Kamu pasti kaget mendengarnya, tapi inilah perasaanku yang telah lama aku pendam baik-baik agar tak merusak persahabatan kita"

"Deg !!"

Riza tebelalak, ia merasa terkejut. Jantungnya mencelos. Senyum di bibirnya menghilang begitu saja, berubah menjadi bingung dan tak percaya dengan kalimat yang baru saja didengarnya. Ia menatap mata anak laki-laki yang duduk di sampingnya.

Mata mereka bertemu tapi Riza segera menundukkan pandangannya kembali. Dirinya tiba-tiba merasa malu pada anak laki-laki yang merupakan sahabatnya itu, ia merasakan pipinya menghangat. Tertangkap jelas dari ekor matanya jika Akmal sedang melihatnya intens. "Ya Allah ini tak boleh dilakukan" Bisiknya dalam hati.

"Aku tahu ini salah, Za. Tapi aku juga tak bisa mengingkari perasaanku karena rasa suka adalah anugrah dari Allah dan aku juga tak tahu kenapa harus kamu yang aku pilih.

Akhirnya Riza mendapatkan jawaban. Jawaban akan perhatian-perhatian kecil yang Akmal berikan padanya, jawaban akan kebaikan-kebaikannya, dan jawaban akan perlindungan yang diberikannya saat ia membutuhkan.

Perasaannya campur aduk, antara senang dan bingung. Senang karena ia mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terkadang muncul begitu saja dibenaknya dan bingung karena seharusnya ia tak boleh terhanyut dengan perasaan Akmal.

Dirinya tak boleh memberikan kesempatan sedikitpun pada syaitan untuk mempengaruhinya agar memikirkan laki-laki yang bukan mahromnya. Riza beristighfar dalam hati, karena merasa jika anak laki-laki disebelahnya masih terus memandanginya.

Meskipun hatinya sering bergetar ketika mengingat Akmal seiring dengan berjalannya waktu dan persahabatan yang hampir tiga tahun mereka jalani bersama tapi tetap saja ia merasa bingung untuk menjawab perasaan anak laki-laki yang diungkapkannya tadi.

Akmal memang benar, dirinya tak mungkin menolak perasaan suka yang tiba-tiba datang bahkan tanpa diundangnya. Rasa suka adalah anugrah terindah dari sang pencipta.

Terkadang orang yang dianugrahinya tanpa sadar melepaskan rasa itu begitu saja terhadap orang yang disukainya tanpa melihat batasan-batasan yang tak boleh dilanggar dalam agama dengan cara berpacaran. Tetapi tidak jarang pula ada orang-orang yang dapat mensyukuri rasa suka itu dan kemudian meletakkannya dalam-dalam di tempat yang sulit untuk dijangkau di hatinya dan terus menjaganya. Hanya doa-doa yang selalu dipanjatkannya agar orang yang disukainya kelak meminangnya dan menjadikan miliknya seutuhnya.

Riza adalah termasuk salah satu orang yang akan menjaga hatinya ketika ada perasaan suka menyelip di relung-relungnya. Semoga dirinya akan selalu seperti itu, berpegang teguh pada nilai-nilai agama yang dianutnya.

"Apa kamu ingin memberikan jawaban atas perasaanku?. Emm..maksudnya.. Aku tak akan memaksamu tapi aku harap cintaku tak bertepuk sebelah tangan"

Riza ingin menjawabnya jika saja dirinya tak punya rasa malu. Tetapi ia adalah wanita yang berusaha untuk sholehah dan mengedepankan rasa malu agar bisa mengontrol perilakunya.

Dirinya masih terdiam dan wajahnya masih menunduk memandangi paving block yang ada di bawahnya.

"Jika kamu punya perasaan yang sama denganku tapi dirimu malu untuk mengungkapkannya, berjanjilah untuk menjaga hatimu untukku hingga kelak aku akan datang meminangmu" Akmal berkata lirih.

"Ooh iya insyaallah, itu pasti" Jawab Riza tentunya dalam hati

"Yuk kita ke mobil sekarang, aku akan mengantarmu ke kostan"

Akmal seperti tahu apa yang ada dalam hati dan pikirannya. Dirinya tak ingin menjawabnya sekarang, biarkan waktu yang berbicara. Tetapi ia juga tak ingin jika sikapnya akan membuat Akmal berubah. Ia ingin Akmal berjanji.

"Tunggu .... Apa kamu mau berjanji?"

Akmal yang tadi hendak beranjak mengurungkan niatnya, ia duduk kembali.

"Apa kamu mau berjanji, Mal?" Riza mengulang pertanyaannya

"Insyaallah.. tapi janji apa?"

"Setelah ini kamu akan tetap menjadi sahabatku, apapun jawabanku nanti. Tolong beri aku waktu"

Riza mengangkat wajahnya, Akmal menatapnya kemudian mengangguk.

"Bukankah ini perjanjian yang mudah?"

"Yah..mungkin"

"Mengapa jawabannya seperti itu?"

"Karena aku tak tahu, apa yang akan dilakukan hatiku nanti, besok, atau lusa"

"Aku tahu, hatimu akan tetap baik-baik saja karena pemiliknya adalah orang yang baik"

"Apa kamu yakin?"

"Aku yakin sekali, karena aku bukan baru saja mengenalmu"

"Benarkah?. Aku saja terkadang tak mengenali hatiku. Bagaimana kamu bisa?"

"Hmmm... karena aku Riza sahabatmu"

"Ck.. Kenapa jawabannya itu??. Sebenarnya aku tak ingin berjanji" Akmal mulai menggodanya dengan mengerlingkan bola mata jenakanya. Mereka berdua bertatapan singkat dan saling melempar senyum. Riza merasakan pipinya kembali menghangat dan menunduk lagi.

"Tolong antar aku pulang, Mal. Sebentar lagi adzan maghrib"

"Siap tuan putri" Anak Laki-laki itu membungkukkan badannya mengikuti gerakan seorang pangeran yang menghormati pujaannya di negeri dongeng.

Mereka berdua menuju mobil. Akmal membukakan pintu bagian tengah untuk Riza dan kemudian kembali duduk di belakang kemudi. Melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kostan Riza.

Riza diam-diam melirik wajah Akmal yang terlihat dari kaca spion, tetapi rasa khawatirannya berubah karena ekspresi Akmal kembali seperti biasanya lagi. Sesekali ia mengajak Riza mengobrol dan kadang menggodanya dengan sorot mata yang jenaka sambil berkonsentrasi menyetir.

****

Assalamualaikum..

Hai readers, terimakasih sudah terus membaca.

Jangan lupa subscribe/masukkan cerita ini ke dalam pustaka readers dan beri vote nya ya, agar author lebih semangat lagi menulis ceritanya(^v^).