Chereads / Perjalanan Cinta Riza / Chapter 12 - Isi Hati

Chapter 12 - Isi Hati

Bismillah...

Selesai sholat dan memanjatkan doa untuk kedua orang tua dan keselamatan dunia akhirat. Riza mengedarkan pandangannya ke bagian lantai d sekelilingnya sambil mengeratkan pashmina di bawah dagunya.

"Nyariin apa, Za?"

"Ini jarum pentulnya jatuh di mana ya?".

Tadi di tusukin di lengan baju padahal, ko nggak ada"

"Mmm.. Ya udah deh, aku mintain ke dalam ya. Mam Najmi sama mba Zihan kan pake hijab juga pasti mereka punya banyak" Riza mengangguk tapi matanya masih mencari-cari.

"Alhamdulillah, ketemu" Mata Riza menatap jarum pentulnya yang jatuh di lantai dan tersamarkan oleh motif karpet mushola. Ia mengambilnya segera untuk disematkan di pashmina di bawah dagunya.

Riza bermaksud menyusul Wardah ke dalam rumah Akmal.

Setelah selesai sholat berjamaah yang di imami oleh mas Rizki, Akmal bermaksud keluar dari mushola. Langkahnya melambat ketika melihat gadis yang disukainya sedang berdoa dengan khusyu.

"Iz, kamu duluan aja ke dalam. Makan gih, lumayan buat perbaikan gizi anak kost hehehe"

"Kamunya sih mau kemana?

"Aku emmm.. aku ada perlu dulu"

"Oke, aku ke dalam dulu ya. Tapi jangan lama-lama perlunya ya. Aku nggak enak, masa tuan rumahnya nggak ada" Pinta Faiz.

Sepeninggalan Faiz.

"Kali ini aku akan mencoba mengutarakan isi hatiku padanya" Gumam Akmal

Ia duduk di bangku santai di taman depan mushola. Angin sepoi-sepoi bertiup di pipi Akmal, membuat matanya terasa berat untuk dibuka karena semalam dirinya begadang menonton bola.

Riza keluar mushola dengan langkah tergesa. Ia tak menyadari jika dari tadi Akmal sedang menunggunya di bangku taman depan mushola.

Tak mau kehilangan kesempatan untuk mengutarakan isi hatinya, Akmal yang menyadari gadis itu melangkah keluar dari mushola dengan tergesa langsung memanggil Riza lembut.

"Za...emmm.. Sudah sholatnya?"

Riza yang tak menyangka ada Akmal duduk di sana, nampak terkejut. Mushola itu sudah mulai nampak sepi, hanya ada dua orang ibu-ibu yang tertinggal di dalamnya.

"Eh..iya, Mal" Riza menghentikan langkahnya.

"Ke sana yuk". Akmal mensejajarkan langkahnya. Ingatannya melayang ke masa dua setengah tahun yang lalu, saat dirinya dan Riza bertemu di hari pertama sekolah. Ia mengajak gadis itu menuju teman-teman yang memakai seragam putih biru yang sedang bergerombol.

"Tapi mmm.." Riza mengekor di belakang Akmal meskipun sempat ingin menyusul Wardah ke dalam rumah, gadis itu seperti mengurungkan niatnya karena dirinya mengisyaratkan untuk mengikuti langkahnya.

Dulu dirinya menarik tangan Riza lembut tapi hari ini ia tak lagi melakukannya. Ia mulai tahu batasan-batasan seorang pria dan wanita yang bukan mahromnya setelah rajin mengikuti kajian Rohis di sekolahnya dan iapun cukup tahu diri bahwa Riza pasti akan menolaknya jika ia nekat melakukannya.

Akmal berjalan menuju kolam ikan. Beberapa anak kecil yang merupakan kerabat mas Rizki berlari-larian di sana dan ada juga yang duduk-duduk di ayunan. Ada juga beberapa orang dewasa yang sedang duduk-duduk di saung sambil menikmati hidangan makan siang. Keduanya melempar senyum ramah kepada orang-orang yang ada di sana

Riza masih setia mengekorinya. Akmal berhenti di depan taman bunga anggrek dan mengambil sesuatu. Tanpa menyentuh Riza ia mengulurkan sesuatu yang ternyata pakan ikan ke dalam telapak tangan Gadis itu.

"Hari ini aku lupa belum ngasih makan ikan-ikan koi di kolam karena sejak tadi kami sibuk"

Akmal berjalan ke pinggiran kolam, tangannya terulur ke depan dan melentingkan butiran pakan-pakan ikan yang ada di tangannya. Serentak ikan-ikan koi yang ada di dalamnya berebutan untuk mendapatkan pakan itu.

Riza mengulangi perilaku Akmal. Matanya nampak berbinar-binar melihat ikan yang berlarian berenang ke arah tangannya yang memberikan pakan. Sesekali ia berteriak geli dan tersenyum lepas ketika tangannya menyentuh ikan-ikan yang berkerumun

Sementara di sampingnya Akmal menatapnya penuh cita dan takjub. Jarang sekali dirinya melihat Riza seekspresif itu, biasanya ia hanya melihat senyuman sesaat ataupun kekehan kecil dari gadis itu.

Hatinya ikut senang dan menikmati makhluk ciptaan Tuhan yang indah itu. "Riza" Ia menggumamkan nama gadis itu dalam hatinya yang mulai bergemuruh.

Jantungnya mulai berdetak tak karuan meskipun ia mencoba memalingkan pandangannya ke arah lain.

Tapi otak Akmal juga tak kuasa untuk memerintahkan matanya mengalihkan pandangan dari Riza. Ia kembali menatap gadis itu, kali ini matanya beradu. Dan tidak ada hitungan menit gadis itu menundukkan pandangannya, ada semburat merah jambu di pipinya yang bersih membuatnya nampak lebih menawan bagi siapapun yang sedang melihatnya saat itu.

Jantung Akmal terkesiap seakan hendak berhenti berdetak, ia berdehem untuk mengatasi kegugupannya. Tak menyangka jika pandangan mereka akan bertemu. Tapi ada kebahagiaan di sudut hatinya, ia yakin jika gadis itu juga menaruh hati yang sama pada dirinya.

Sebentar lagi.. ya sebentar lagi..., ia akan mencoba mengutarakan isi hatinya dan ia berharap gadis itu tak menolaknya.

Setelah puas memberi makan ikan di kolam dan duduk-duduk sebentar di pinggirannya, Akmal mengajak Riza ke tempat lain. Tempat yang sangat indah dengan bunga-bunga anggrek berwarna-warni karena mam Najmi memang melangkapi koleksi anggreknya.

"Masyaallah cantiknya" Riza berdecak kagum mengamati bunga-bunga anggrek di dalam taman itu. Bola matanya kembali berbinar-binar dan lagi Akmal sangat menyukai pemandangan itu.

"Mm.. Za, ada yang mau aku omongin" mendadak semua hening. Suara teriakan ceria anak-anak kecil yang tadi berlari ke sana kemari tiba-tiba tak terdengar. Hanya tersisa suara degupan jantung Akmal yang sedang berpacu tak menentu.

"Ngomong aja, Mal" Riza menjawab lirih dan berhenti bergerak-gerak menikmati keindahan anggrek yang terhampar di hadapannya.

"Aku..mm..aku.."

"Aku apa?"

"Aku..."

Riza dengan sabar menunggu kalimat yang akan diucapkan sahabatnya.

"Aku suka kamu, Za"

Semburat merah jambu kembali menghiasi pipi Riza, ia terkejut dan tak kuasa menahan glenyer yang tiba-tiba muncul di hatinya saat Akmal mengungkapkan perasaannya.

"Aku tahu ini tak boleh karena kita tidak diperbolehkan untuk berpacaran. Tapi aku tak kuasa lagi untuk menyimpan rasa ini. Rasa yang tiba-tiba datang sejak pertama kali kita bertemu." Akmal tersenyum getir

"Kamu tidak harus menjawabnya, Za. Aku hanya ingin kamu tahu isi hatiku. Jika kamu mempunyai rasa yang sama terhadapku maka berjanjilah untuk menjaga hatimu hingga kelak aku meminangmu"

Riza menundukkan wajahnya semakin dalam. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya jika dalam posisi seperti ini. Bagaimana ia harus bersikap?. Hatinya terus berdzikir karena jantungnya seperti hendak meloncat-loncat.

Akmal melirik Riza yang masih menundukkan kepalanya, gadis itu menatap ujung sepatu flatnya lurus-lurus. Dirinya tahu posisi mereka sedang sulit karena harus menahan gejolak, Allah memberikannya anugrah dengan mengirimkan rasa suka dihatinya. Tetapi mereka harus mampu meredamnya dengan menghindari pacaran dan bermunajat hanya pada Nya hingga suatu saat munajatnya itu akan didengar oleh Allah dan memberikan jalan yang mudah untuk mereka bersatu dalam ikatan pernikahan.

Waah Akmal so sweet banget ya...

Assalmualaiku.

Hai readers , terimakasih sudah mau membaca. Doakan author terus sehat dan berkarya ya (^v^).

Oh iya nantikan kelanjutan ceritanya ya, insyaallah author akan update sehari sekali.