Bismillah...
Pukul 06.00,
Pagi ini ada seorang anak laki-laki yang tampak bersemangat. Ia meneliti isi ranselnya beberapa saat untuk melihat perlengkapan yang akan dibawanya ke sekolah baru, SMA terbaik di kotanya.
Setelah memastikan semuanya terbawa, kemudian ia meraih handuk dan hilang dipintu kamar mandi di dalam kamar tidurnya.
Ia tidak tidur lagi setelah melaksanakan sholat subuhnya tadi meskipun waktunya ke sekolah masih menyisakan sekitar 2 jam.
Namanya Akmal Lazuardi, ia anak pengusaha restoran dan hotel yang usahanya telah sukses serta berhasil membuka cabang di mana-mana. Hobinya main dan ngobrol.
Sok akrab itu juga merupakan kesukaan lainnya.
Sungguh mungkin ini merupakan hobi unfaedah (wkwkwk) yang mungkin diturunkan dari mam dan papnya. Kedua orang tuanya mempunyai semboyan, Lebih baik nggak makan dari pada nggak ngobrol…,eh?
Tapi tunggu…, selain hobinya yang bisa dibilang unfaedah tadi ternyata ada sisi kebaikan dari Akmal loh. Ia penyayang, solider, dan juga perhatian (itu bisa jadi nilai plusnya bukan?). Kakak perempuannya bernama Zihan, mahasiswa jurusan kedokteran yang sangat menyayanginya dan sedang menjalani koas di luar kota. Intinya karakter Akmal benar-benar terbentuk dari sikap hangat dan kebersamaan keluarganya.
***
Setelah menyelesaikan sarapannya bersama mam dan papnya tanpa mbak Zihan karena kakak ny itu sedang melaksanakan koas di rumah sakit yang berada di luar kota, Akmal berpamitan pada kedua orang tuanya
"Mam, Pap, Akmal berangkat dulu ya"
"Eh,bareng aja sama pap. Bentar lagi pap juga mau berangkat kerja" Tahan Mam Najmi. Beliau tak tega melepas putra kesayangannya berangkat ke sekolah sendiri, karena sejak SD sampai SMP Akmal selalu diantar jemput oleh supir pribadi keluarganya. Tetapi sejak semalam Akmal merengek minta berangkat sekolah sendiri naik angkot.
"Aku kan udah gede,mam" Akmal beralasan. "Mam..Pap...Ya..ya..?" Akmal merajuk sambil menaik turunkan kedua alisnya lucu.
"Udah biarin,mam. Akmal kan memang udah gede. Biarkan dia mengenal dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Kita hanya berkewajiban tetap mengawasinya".
"Tapi, pap..." Mam hendak berargumen tapi Akmal langsung melonjak-lonjak kegirangan.
"Alhamdulillah... ini namanya bener2 pap Akmal yang baik hati dan keren!!".
Mam Najmi akhirnya mengalah, dan obrolan malam itu diakhiri dengan pap Toni yang menggandeng lembut istrinya ke kamar.
***
Pagi ini meskipun semalam sudah ada kesepakatan, tetap saja mam Najmi mencoba mencegah Akmal untuk berangkat sekolah sendiri. Siapa tahu, putra gantengnya itu mau mendengarkan omongannya.
Karena Akmal tetap bersikukuh, akhirnya mam Najmi mengalah tetapi dengan satu syarat. Syaratnya, Akmal tetap harus membawa bekal makan ke sekolah walaupun beliau tahu di sekolah pasti banyak makanan dan pilihan tetapi tetap saja beliau ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dengan membawakan bekal makanan yang sehat.
Sama halnya mam Najmi memperlakukan pap Toni, kalau dipikir-pikir padahal pap Toni kan pemilik sekaligus bekerja di restoran dan hotel yang pastinya terdapat juga makanan yang sehat di sana tetapi mam Najmi tetap kukuh untuk membawakan bekal yang katanya dibuat dengan cinta dan kasih sayang untuk suaminya.
Untuk alasan ini tidak ada yang bisa membantahnya.
Daaan..pagi tadi beliau sudah menyiapkan dua tempat bekal, satu untuk suaminya tercinta. Satunya lagi untuk anak laki-laki kesayangannya, Akmal.
"Udah dibawa belum bekal makan siangnya?" Mam Najmi mengingatkan Akmal dan Pap Toni. Kedua orang yang disayangnya itu mengangguk berbarengan.
Akmal mengangkat goodybagnya ke atas ke bagian depan wajahnya, menggerak-gerakkannya sebentar agar Mam Najmi melihatnya dan kemudian memasukkan ke dalam ranselnya
"Udaaah,mam sayaaang….. Akmal berangkat dulu yaaaa" Akmal mencium kedua tangan orang tuanya.
"Assalamualaikum".
"Waalaikumsalam" Jawab Mam Najmi dan pap Toni bersamaan dari teras rumah.
"Pap, mau berangkat jam berapa?"
"Bentar lagi, sepertinya ada pekerjaan pap yang belum diselesaikan di rumah"
"Pekerjaan apa,pap?" Mam Najmi kaget ketika tiba-tiba tubuhnya melayang dan sudah berada di gendongan suaminya.
"Ih pap.. masih pagi ini" Mam Najmi merajuk sambil melingkarkan tangannya di leher suaminya. Pap Toni menggendong istrinya ala bridal style ke dalam kamar dan langsung menguncinya.
ehm..ehm.. dasar ya, pap Toni ini modus aja
***
Hari ini pertama Akmal menjejakkan kakinya di SMA favorit di kotanya, meskipun ia anak orang kaya tidak serta merta membuatnya selalu mau menggunakan fasilitas orang tuanya.
Ia ingin seperti teman-temannya yang lainnya, bebas naik angkot dan menjalani masa SMA dengan suka cita. Ia sering mendengar dari orang-orang yang dikenalnya bahwa masa terindah adalah masa SMA.
Akmal masih tersenyum-senyum sendiri mengingat pengalamannya barusan naik angkot. Hampir saja ia lupa memberikan ongkos kalau supirnya tidak berteriak-teriak memanggilnya karena belum membayar ongkos angkot yang dinaikinya. Seingatnya, setiap sampai tujuan ia cukup mengucapkan terimakasih pada pak sopir dan turun dari mobil.
Setelah meminta maaf pada sang sopir angkot dan membayar ongkosnya Akmal berjalan santai memasuki halaman sekolah. Ia melirik jam di tangannya, masih pukul 6.30.
"Masih ada waktu setengah jam lagi untuk bersantai dan mencari teman-teman seperjuangannya" Pikirnya.
Benar saja, di sudut lapangan yang agak jauh dari dirinya berjalan sudah bergerombol anak-anak yang masih memakai seragam putih biru. Ia meneruskan langkahnya tapi melambat sejenak karena di depannya ada seorang anak perempuan berkerudung berseragam putih biru sedang celingak celinguk dan berjalan canggung.
"Hai, ke sana yuk" Akmal menyapanya. Anak perempuan tadi tersentak kaget dan memandang ke arahnya, kemudian tersenyum sesaat dan mengangguk.
"Aihhh, manis banget iniiiih" Gumamnya dalam hati, saat anak perempuan berkerudung tadi tersenyum padanya.
"Ini sih nggak boleh disia-siain" Masih dalam hati, kemudian Akmal langsung mengulurkan tangannya tanpa menyia-nyiakan kesempatan dan langsung mensejajarkan langkahnya dengan anak perempuan itu
"Kenalin, namaku Akmal. Akmal Lazuardi".
"Aku, Riza" Riza membalas uluran tangan Akmal kemudian secepatnya menarik telapak tangannya kembali.
"Pelan banget suaranya, nyaris tak terdengaaaar" Senyum akmal samar, ia jadi ingat salah satu dialog iklan di televisi.
"Ayo me sana" Sejurus kemudian tangan Akmal menarik lembut tangan Riza menuju sekelompok anak berseragam putih biru. Ia ingin menyapa yang lainnya, juga untuk menutupi gejolak hatinya yang mulai dag dig dug.
Anak perempuan itu tersentak kaget tak menyangka saat Akmal menarik tangannya dengan lembut tapi kemudian mengekor dibelakangnya.
Mereka berbaur dan berkenalan dengan yang lainnya meskipun masih malu-malu. Akmal juga bertemu dengan beberapa teman-teman yang satu SMP dulu dengannya.
Benar-benar hari pertama yang menyenangkan pikir Akmal, meskipun tadi pagi ia sempat malu karena lupa membayar ongkos angkot yang ditumpanginya. Mulai hari ini ia akan terus mengingat dan memisahkan uang untuk membayar ongkos angkot agar tidak lupa.
****
Assalamualaikum..
Haiii readers, terimakasih telah membaca karya pertama author.
Dukung author untuk terus update ya..