Chereads / Perjalanan Cinta Riza / Chapter 7 - Pencopet

Chapter 7 - Pencopet

Pengaturan Karya

Tulis Bab Baru

Pendapatan

Bantuan

Mairva Khairani

Informasi Pribadi

Verifikasi akun

Log Out

Pengaturan Buku/Perjalan Cinta Riza/Perbaiki bab

Edit

Bismillah...

Pagi yang cerah.

Dari kejauhan nampak 3 orang anak SMA sedang duduk-duduk di halte. Satu anak berjenis kelamin laki-laki dan duanya lagi adalah perempuan. Sepertinya ketiganya sedang menunggu seseorang yang sudah membuat janji dengan mereka.

Sudah sekitar setengah jam yang lalu secara bergantian anak-anak itu menjulurkan lehernya, mencari sosok yang ditunggu-tunggu. "Haduuuh..untung leher kita buatan Allah, kalau buatan manusia mah udah manjangin satu meter kali dari tadi tengak tengok jular julur" Akmal sudah mulai tidak sabaran yang langsung dijawab dengan derai tawa Riza dan Wardah

"Hahahaha...iya..iya bener, Mal. Asem banget nih si Faiz ngerjain kita sampe udah kayak ikan asin gini. Dijemur di halte dari kapan tau". Wardah gadis cantik berbadan tegap dan lumayan galak itu menimpali. Hari ini dia memakai dres warna biru laut sepanjang betis. Walaupun dirinya tidak berhijab tetapi ia selalu memakai baju-baju yang sopan di bawah lutut. Rambutnya dibiarkan tergerai sepanjang bahu dengan poni yang membuatnya nampak menarik saja.

Riza yang dari tadi hanya nyumbang tawa ketika teman-temannya berseloroh akhirnya buka suara. "Udah..sabar aja,sebentar lagi juga dateng". Simpel banget kan tanggapannya?. Bikin orang tak bisa berkomentar lagi.hihihi..

Hari ini si gadis cantik pendiam yang berhijab itu memakai blouse longgar warna navy dengan padanan bagy pants warna moka. Wajah ovalnya dibalut pasmina yang berwarna senada dengan celananya dan sesekali berkibar tertiup angin kecil yang nakal. Sederhana tapi sungguh sangat menarik.

Sesekali mata Akmal yang jenaka mencuri-curi pandang ke arah Riza, tanpa disadari oleh gadis itu.

Setelah beberapa saat terus menunggu...

"Alhamdulillah...akhirnya nongol juga nih orang" Akmal memajukan bibirnya menunjuk sosok Faiz yang baru turun dari angkot yang langsung diikuti pandangan Riza dan Wardah.

"Sorry manteman.. Tadi aku ketiduran lagi sehabis sholat subuh" Cengir Faiz sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal setelah mendekat pada tiga sahabatnya.

"Begadang lagi,Iz?" Tebak Wardah

"Iya,habis nggak enak. Teman-teman sekostku ngajakin nobar bola semalam.

"Jangan sering-sering begadang,iz. Nggak baik" Riza yang biasanya irit bicara mencoba mengingatkan

"Baik,tuan putri" Faiz tersenyum lebar sambil menangkupkan kedua tangannya mengikuti gaya orang dalam iklan di televisi ketika mengucapkan selamat hari raya.

"Alhamdulillah.., nona yang di depanku ini keluar suaranya juga" ujarnya lagi lirih tapi terdengar oleh 3 sahabatnya. Akmal langsung mengklepak kepalanya dan 2 orang lainnya menjebikkan bibirnya.

"Sudah yuk ah, angkotnya udah dateng tuh. Nanti lama lagi" Wardah langsung menarik tangan Riza setelah memberhentikan angkot yang akan ditumpanginya diikuti Akmal dan Faiz.

*****

Mereka menaiki angkot yang akan mengantarkannya ke toko buku, sambil mengobrol seru diselingi canda tawa di atasnya, sesekali Riza menanggapi. Karakter Riza yang pendiam menjadi pelengkap tiga sahabatnya yang ramai dan terkadang gila.

Sahabat-sahabatnya siap menjadi tameng jika sedikit saja Riza diganggu orang lain ataupun terlihat bersedih.

Persahabatan indah itu mungkin akan berlangsung hingga masa dewasa nanti dan mungkin salah satunya akan merasa tertambat hatinya karena kebersamaan mereka. Hmmm...sekarang saja sudah ada yang diam-diam curi-curi pandang ya... hehehe

Sedang asik mendengarkan tiga sahabatnya mengobrol seru, tiba-tiba Riza merasa ada yang mendesak-desak posisi duduknya, ia mencoba menoleh pada orang yang duduk di sampingnya. Bersamaan dengan suara Akmal yang meminta sopir untuk menepikan angkotnya di halte depan yang tinggal beberapa meter lagi.

Seketika wajah Riza memucat karena tanpa disangka saat ini tangan laki-laki yang duduk disebelahnya sudah berada di dalam tas sling bag nya. Ternyata Akmal yang dari tadi curi-curi pandang melihat gelagat mencurigakan, saat itu juga tangan Akmal langsung mencekal tangan laki-laki yang ada di sebelah Riza kemudian menyeretnya keluar angkot bersamaan dengan angkot yang berhenti di halte tujuan.

Keributan terjadi di halte setelah mereka turun dari angkot. Wardah memeluk Riza mencoba menenangkan sahabatnya yang terlihat shock.

"Kalau mau nyopet izin dulu sama orangnya,mas!!!" Seloroh Faiz sambil memukuli laki-laki dewasa yang ternyata pencopet dan tadi sedang mencoba mengambil dompet Riza. Akmal juga terlihat sangat marah, mencekal kerah baju pencopet tadi.

"Bukk..bukk..!!!" Bunyi pukulan bertubi-tubi yang diterima dengan pasrah oleh si pencopet.

"Ampuuuun..ampuuuun,mas. Saya kepepet" Pencopet itu mencoba meminta belas kasihan, wajahnya sudah mulai mati rasa karena jadi bulan-bulanan kedua remaja yang ternyata tangguh itu.

"Alasan aja itu!!!!" Jawab salah satu suara dari orang-orang yang mulai berdatangan mengerumuni mereka dan ada beberapa yang ikut menyumbangkan pukulannya. Untungnya ada polisi yang kebetulan sedang lewat berpatroli dan datang untuk melerai.

"Sudah..sudah, bapak-bapak!!! Ayo kita selesaikan di kantor. Jangan main hakim sendiri !!!" Bapak berseragam polisi itu menghentikan aksi orang-orang yang mulai brutal, kemudian membawa pencopet yang sudah babak belur tersebut menuju kantor polisi yang letaknya tidak jauh dari tempat kejadian.

"Terimakasih,nak. Kami butuh anak-anak muda seperti kalian untuk mengikis keresahan masyarakat" Pak polisi menyalami ke empat sahabat tadi setelah memberikan keterangan yang diminta untuk laporan BAP, kemudian menepuk-nepuk pundak Akmal dan Faiz dengan bangga.

"Sama-sama,pak. Itu sudah menjadi kewajiban kami untuk bisa membantu tugas bapak jika dibutuhkan" Jawab Akmal sok diplomatis.

Mereka kemudian melangkahkan kaki keluar setelah berpamitan dan mengucap salam. Mereka berjalan menuju toko buku yang letaknya tidak jauh dari kantor polisi.

"Makasih ya..Mal,Iz" Ucap Riza tulus, ia mulai agak tenang setelah tadi di kantor polisi diberikan minum dan ditenangkan oleh ke tiga sahabatnya serta polwan yang ada di sana.

"Sudah jangan dipikirin,Riz. Yang penting kamu dan dompetmu selamat" Akmal memandang Riza iba.

"Iya, lain kali jangan sering melamun dan harus waspada kalau diperjalanan. Kamu akan jadi sasaran empuk orang-orang jahat" Nasehat Wardah

"apa lagi melihat wajah kamu yang kelewat kalem ini,Riz" Timpal Faiz yang langsung diangguki sahabat-sahabatnya

"Iya.. Insyaallah aku akan berusaha hati-hati. Pokoknya terimakasih ya,teman-teman. Aku berhutang pada kalian" Janji Riza.

"Eh kaya nya tadi nggak gratis lho, tenggorokan ini terasa kering dan perutku mulai keroncongan setelah memukuli pencopet tadi" Faiz langsung berbicara, mengambil kesempatan dengan memutar-mutarkan bola matanya lucu. Yang langsung di hujani keplakan para sahabatnya.

"Bisa aja si Faiz, ambil kesempatan dalam kesempitan" Bela Wardah.

"Udah ga apa-apa, Arda" Riza menerima todongan Faiz. "Ok,hari ini aku yang traktir" Lanjutnya. "Tapi.... nggak boleh lebih dari dua ribu!" Senyum di wajah-wajah sahabatnya yang tadi sudah terbit sekarang tiba-tiba tenggelam.

Riza langsung mengambil langkah seribu meninggalkan tiga sabatnya sebelum klepakan dan cubitan menghujaninya.

"Rizaaaaa!!!!" teriak tiga sahabatnya sambil mencoba mengejarnya setelah sadar riza sudah berlari menjauh.

Ummm...persahabatan yang manis ya...

Keempatnya akhirnya masuk ke kedai makanan siap saji yang ada di bagian foodcourt di lantai atas sebelum mengunjungi toko buku yang jadi tujuan utamanya.

Setelah memesan nasi dan ayam crispy yang menggoda beserta minuman dingin, akhirnya mereka makan dengan khusyu'. Tak lupa berdoa terlebih dahulu, agar makanan yang dimakannya barokah dan menjadi baik di tubuh.

****

Assalamualaikum. Hai readers, terimakasih sudah membaca.

Maaf kalau masih ada typo dan acak-acakan ya..

Bergabunglah Bersama Kami

Tentang Kami

Hubungi Kami

Perjanjian Layanan

Kebijakan Privasi