Chereads / Perjalanan Cinta Riza / Chapter 6 - Malam Mencekam

Chapter 6 - Malam Mencekam

Bismillah...

Sementara itu di tempat lain

"Duh ibu kangen kamu,nduk. Meskipun sekarang sudah masuk tahun ke dua tapi tetap saja ibu masih merasa kangen. Semoga cita-citamu terwujud di kemudian hari" bu Leni berdialog sendiri di dalam hati. Beliau teringat akan Riza di luar sana, meskipun saat ini beliau mencoba mengusir sepi dengan menyalakan televisi.

"Malam ini kenapa sepi sekali ya?" Bu Leni melihat ke arah jam dinding. "Owalah pantesan, ternyata sudah pukul 11 malam"

Ibu Leni beranjak dari ruang televisi setelah mematikan televisi terlebih dahulu, merasakan kantuk yang mulai menyerangnya.

Beliau menutup semua gorden kemudian tanganya terulur akan menutup dan mengunci pintu tapi tiba-tiba ada tangan berotot yang menahannya dari arah luar, membuat bu Leni kaget dan terpekik "Aahkk".              Tangan itu langsung mencengkram lengannya dan mendorongnya dengan cepat ke dinding tanpa memberikan kesempatan bu leni untuk meronta. Kejadian itu begitu cepat, menyisakan ketakutan dan kegugupan yang tergambarkan di wajah bu Leni yang putih, memucat.

Pergumulan terjadi dengan tidak imbang.

"Mau apa kamu??!!!" Bu Leni melontarkan pertanyaan ngeri yang tak dihiraukan oleh pria yang sekarang sedang berusaha mengoyak bajunya.

"Tolooooong!!!..Toloooooong!!!...Jangan juragan" bu Leni tetap mempertahankan bagian atas bajunya dimana bagian kancingnya mulai terkoyak. Sementara kerudungnya sudah entah berada di mana dilemparkan kasar oleh laki-laki yang sekarang sedang memepetnya.

"Tidak usah melawan,wanita munafikkk!!!"

"Plakkk.plakkk" Tangan berat laki-laki itu melayangkan tamparanya ke pipi bu Leni berkali-kali untuk membungkam mulutnya. Bu leni terhuyung melemah

"apa maumu wanita sombong, tidak akan ada yang mendengar jeritanmu??!!!" Seringainya sinis.

"Turuti saja kemauanku pasti kau akan bahagia. Bukankah selama ini kamu kesepian heh????!!!!" Bentak laki-laki yang disebut juragan tadi sambil tanganya terus berusaha untuk melucuti gamis bu Leni.

"Astaghfirullah..tolooong...toloooong!!" Bu leni terus berteriak dengan tenaga yang tersisa. Beliau menangis pilu, merasa usahanya untuk meminta tolong seakan sia-sia karena kampungnya memang sepi jika sudah lewat pukul 21.00, apalagi setelah turun hujan seperti malam ini.

Juragan Pardi sudah bertambah beringas, menyeret dan menghempaskan kasar tubuh Bu Leni yang mulai melamah itu ke atas sofa. Beliau hanya mampu beristighfar dan menangis karena tenaganya telah habis, berharap ada seseorang yang tiba-tiba datang menolongnya.

****

Flash Back on

"Assalamualaikum" Seorang pria di luar rumah mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam" Jawab bu Leni dari dalam rumah sambil berjalan ke arah pintu depan.

"Juragan Pardi, maaf ada perlu apa?" bu Leni mencoba bertanya dengan ramah pada tamunya setelah mempersilahkan duduk dan menyuguhinya di teras rumah.

Bu leni memang tidak mempersilahkan tamunya masuk ke dalam rumah karena tamunya seorang laki-laki sedangkan di rumah bu Leni tidak ada siapapun kecuali dirinya. Beliau sadar posisinya sebagai seorang janda sangat rawan terhadap gosip dan fitnah dari orang lain.

Setelah berdiam sejenak juragan Pardi, salah satu orang terkaya di desa bu Leni mengutarakan maksud kedatangannya

"Maksud saya ke sini masih seperti yang sebelumnya. Aku mau melamarmu, Leni. Aku lihat kamu sudah lama menjanda, kamu pasti kesepian dan juga butuh uang untuk menyekolahkan anakmu"

"Mm.." Belum sempat bu Leni menjawab, juragan Pardi meneruskan kalimatnya

"Meskipun nanti kamu bukan satu-satunya istriku tapi tanah dan hartaku banyak jadi kamu jangan takut akan kekurangan" Si juragan yang sudah terkenal tukang kawin dan sombong ini terus membujuk bu Leni.

Bu Leni menghela nafas pelan, lamaran seperti ini memang bukan baru datang sekali. Beberapa kali sebelumnya silih berganti laki-laki datang ke rumah dengan maksud untuk melamarnya dan juragan Pardi juga sudah kali kedua nya datang. Parasnya yang cantik meskipun sudah tidak muda lagi dan perilakunya yang sholehah membuat laki-laki yang serius maupun hanya sekedar iseng di luar sana merasa penasaran.

Bu Leni bukan merasa di atas angin menanggapi lamaran-lamaran yang datang, beliau hanya tidak ingin memikirkannya. Selama ini hidupnya sudah tenang walaupun harus membesarkan Riza sendirian dari hasil sawah dan kebunya yang dirasanya cukup untuk menghidupinya.

"Terimakasih atas niat baiknya, juragan" Bu Leni menjawab dengan hati-hati.

"Tapi sebelumnya saya minta maaf karena jawaban saya masih sama seperti waktu itu. Sampai sekarang saya tidak memikirkan untuk mencari pengganti ayah Riza yang telah ti...."

"Sudah cukup !!! Dasar wanita tak tau diri, kamu pikir kamu wanita paling cantik di sini heh???!!! Juragan Pardi memotong kalimat bu Leni tidak suka sambil menggebrak meja.         "Lihat nanti!! Apa kamu masih bisa menolakku lagi nanti???. Aku bersumpah akan membuatmu menyesallll !!!!" Muka juragan Pardi merah padam sambil meninggalkan rumah bu Leni, kemudian berhenti dan membalikkan badannya lagi, "Itu Pasti"

Wanita itu hanya mampu beristighfar menghadapi kemarahan juragan Pardi.

"Ya Allah..kuatkan dan sabarkan hati hamba menghadapi cobaan ini karena status hamba memang sangat memungkinkan untuk orang menjadi bersuudzon kepada hamba" Doanya dalam hati sambil menitikkan air mata.

*****

Flash back off

Bu Leni terus memohon perlindungan Allah dalam hati tapi mulutnya sudah tidak mampu berteriak meminta tolong karena tenaganya mulai habis untuk meronta. Hanya tangisan pilu yang terdengar menyayat hati.

"Brak!!!!!" Tiba-tiba pintu terdobrak dari arah luar dan laki-laki yang telah mencoba menindihnya terhuyung ke samping. Seseorang menendang tubuh kekar juragan Pardi.

"Sialan!!! Apa maksudnya kau mencampuri urusanku heh???!!!! Juragan Pardi membalikkan badannya menghadap orang yang baru saja menendang tubuhnya

"Bukk!! Bukk!!" Bukan menjawab laki-laki tadi kembali memukul juragan Pardi hingga terhuyung, tak memberikan kesempatan untuk membela diri maupun menyerang balik.

"Apa kau lahir dari batu heh, sehingga memperlakukan wanita seperti ini???!!!" Cecar laki-laki tadi.

"Cuihhh" Juragan Pardi meludah ke lantai

"Ini bukan urusanmu!!!" Ia mencoba memukul laki-laki tadi sekuat tenaga tapi hanya mengenai angin kosong.

Kemudian tanpa memberikan kesempatan lagi lawannya, laki-laki itu langsung memberikan kembali bogem mentahnya dan mengunci tubuh juragan Pardi yang bertepatan dengan pak RT dan para tetangga yang mulai berdatangan ke rumah bu Leni.

Para ibu-ibu langsung menolong bu Leni, mereka membantunya memakaikan kerudung dan merapihkan gamisnya kembali kemudian memberikan minuman hangat karena bu Leni terlihat sangat shock. Beliau terus menagis di dalam pelukan ibu-ibu yang merupakan tetangganya.

"Istighfar, bu. Alhamdulillah yang penting sekarang ibu selamat" Salah satu dari ibu-ibu itu mencoba menenangkan sambil mengusap-usap punggung bu Leni. Bu Leni mengangguk karena memang dari tadi beliau selalu beristighfar dalam hati, tetapi hanya masih shock menghadapi serangan yang tiba-tiba dan hampir saja merampas kehormatannya.

Juragan Pardi tertunduk malu dan lesu, niatnya yang hampir terlaksana berhasil digagalkan oleh seseorang yang ternyata adalah pak Rasyid, tetangganya juga.

Pak RT mengucapkan terimakasih kepada pak Rasyid yang dijawab dengan anggukan dan senyuman. "Itu sudah kewajiban saya membantu orang yang memerlukan, pak RT" Beliau juga merasa prihatin akan kejadian yang hampir menimpa bu Leni.

Setelah itu juragan Pardi di gelandang ke rumah pak RT oleh bapak-bapak untuk menyelesaikan masalah dan dimintai pertanggungjawabannya.

*****

Assalamualaikum...

Hai readers, terimakasih sudah membaca ya..

Dukung author untuk terus semangat update

Sementara itu di tempat lain

"Duh ibu kangen kamu,nduk. Meskipun sekarang sudah masuk tahun ke dua tapi tetap saja ibu masih merasa kangen. Semoga cita-citamu terwujud di kemudian hari" bu Leni berdialog sendiri di dalam hati. Beliau teringat akan Riza di luar sana,meskipun saat ini beliau mencoba mengusir sepi dengan menyalakan televisi.

"Malam ini kenapa sepi sekali ya?" Bu Leni melihat ke arah jam dinding. "Owalah pantesan, ternyata sudah pukul 11 malam"

Ibu Leni beranjak dari ruang televisi setelah mematikan televisi, merasakan kantuk yang mulai menyerangnya.

Beliau menutup semua gorden kemudian tanganya terulur akan menutup dan mengunci pintu tapi tiba-tiba ada tangan berotot yang menahannya dari arah luar, membuat bu Leni kaget dan terpekik "Aahkk". Tangan itu langsung mencengkram lengannya dan mendorongnya dengan cepat ke dinding tanpa memberikan kesempatan bu leni untuk meronta. Kejadian itu begitu cepat, menyisakan ketakutan dan kegugupan yang tergambarkan. Wajah bu Leni yang putih, memucat.

Pergumulan terjadi dengan tidak imbang "Mau apa kamu??!!!" Bu Leni melontarkan pertanyaan ngeri yang tak dihiraukan oleh pria yang sekarang sedang berusaha mengoyak bajunya.

"Tolooooong!!! Toloooooong!!!..jangan juragan" bu Leni tetap mempertahankan bagian atas bajunya yg kancingnya mulai terkoyak. Sementara kerudungnya sudah entah berada di mana dilemparkan kasar oleh laki-laki yang sekarang sedang memepetnya.

"Tidak usah melawan,wanita munafikkk!!!"

"Plakkk.plakkk" Tangan berat laki-laki itu melayangkan tamparanya ke pipi bu Leni berkali-kali untuk membungkam mulutnya. Bu leni terhuyung melemah

"apa maumu, tidak akan ada yang mendengar jeritanmu??!!!" Seringainya sinis.

"Turuti saja kemauanku pasti kau akan bahagia. Bukankah selama ini kamu kesepian heh????!!!!" Bentak laki-laki yang disebut juragan tadi sambil tanganya terus berusaha untuk melucuti gamis bu Leni.

"Astaghfirullah..tolooong...toloooong!!! Bu leni terus berteriak dengan tenaga yang tersisa. Beliau menangis pilu, merasa usahanya untuk meminta tolong seakan sia-sia karena kampungnya memang sepi jika sudah lewat pukul 21.00, apalagi jika setelah turun hujan seperti malam ini.

Juragan Pardi sudah bertambah beringas, menyeret dan menghempaskan kasar tubuh Bu Leni yang mulai melamah itu ke atas sofa. Beliau hanya mampu beristighfar dan menangis karena tenaganya telah habis, berharap ada seseorang yang tiba-tiba datang menolongnya.

****

Flash Back on

"Assalamualaikum" Seorang pria di luar rumah mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam" Jawab bu Leni dari dalam rumah sambil berjalan ke arah pintu depan.

"Juragan Pardi, maaf ada perlu apa?" bu Leni mencoba bertanya dengan ramah pada tamunya setelah mempersilahkan duduk dan menyuguhinya di teras rumah.

Bu leni memang tidak mempersilahkan tamunya masuk ke dalam rumah karena tamunya seorang laki-laki sedangkan di rumah bu Leni tidak ada siapapun kecuali dirinya. Beliau sadar posisinya sebagai seorang janda sangat rawan terhadap gosip dan fitnah dari orang lain.

Setelah berdiam sejenak juragan Pardi, salah satu orang terkaya di desa bu Leni mengutarakan maksud kedatangannya

"Maksud saya ke sini masih seperti yang sebelumnya. Aku mau melamarmu, Leni. Aku lihat kamu sudah lama menjanda, kamu pasti kesepian dan juga butuh uang untuk menyekolahkan anakmu"

"Mm.." Belum sempat bu Leni menjawab, juragan Pardi meneruskan kalimatnya

"Meskipun nanti kamu bukan satu-satunya istriku tapi tanah dan hartaku banyak jadi kamu jangan takut akan kekurangan" Si juragan yang sudah terkenal tukang kawin dan sombong ini terus membujuk bu Leni.

Bu Leni menghela nafas pelan, lamaran seperti ini memang bukan baru datang sekali. Beberapa kali sebelumnya silih berganti laki-laki datang ke rumah dengan maksud untuk melamarnya dan juragan Pardi juga sudah kali kedua nya datang. Parasnya yang cantik meskipun sudah tidak muda lagi dan perilakunya yang sholehah membuat laki-laki yang serius maupun hanya sekedar iseng di luar sana merasa penasaran.

Bu Leni bukan merasa di atas angin menanggapi lamaran-lamaran yang datang, beliau hanya tidak ingin memikirkannya. Selama ini hidupnya sudah tenang walaupun harus membesarkan Riza sendirian dari hasil sawah dan kebunya yang dirasanya cukup untuk menghidupinya.

"Terimakasih atas niat baiknya,juragan" Bu Leni menjawab denhan hati-hati

"Tapi sebelumnya saya minta maaf karena jawaban saya masih sama seperti waktu itu. Sampai sekarang saya tidak memikirkan untuk mencari pengganti ayah Riza yang telah ti...."

"Sudah cukup !!! Dasar wanita tak tau diri, kamu pikir kamu wanita paling cantik di sini heh???!!! Juragan Pardi memotong kalimat bu Leni tidak suka sambil menggebrak meja "Lihat nanti!! Apa yang akan aku lakukan untuk membuatmu menyesallll !!!!" Muka juragan Pardi merah padam sambil meninggalkan rumah bu Leni, kemudian berhenti dan membalikkan badannya lagi, "Itu Pasti"

Wanita itu hanya mampu beristighfar menghadapi kemarahan juragan Pardi.

"Ya Allah..kuatkan dan sabarkan hati hamba menghadapi cobaan ini karena status hamba memang sangat memungkinkan untuk orang menjadi bersuudzon kepada hamba" Doanya dalam hati sambil menitikkan air mata.

*****

Flash back off

Bu Leni terus memohon perlindungan Allah dalam hati tapi mulutnya sudah tidak mampu berteriak meminta tolong karena tenaganya mulai habis untuk meronta. Hanya tangisan pilu yang terdengar menyayat hati.

"Brak!!!!!" Tiba-tiba pintu terdobrak dari arah luar dan laki-laki yang telah menindihnya terhuyung ke samping. Seseorang menendang tubuh kekar juragan Pardi.

"Sialan!!! Apa maksudnya kau mencampuri urusanku heh???!!!! Juragan Pardi membalikkan badannya menghadap orang yang baru saja menendang tubuhnya

"Bukk!! Bukk!!" Bukan menjawab laki-laki tadi kembali memukul juragan Pardi hingga terhuyung, tak memberikan kesempatan untuk membela diri maupun menyerang balik.

"Apa kau lahir dari batu heh, sehingga memperlakukan wanita seperti ini???!!!" Cecar laki-laki tadi.

"Cuihhh" Juragan Pardi meludah ke lantai

"Ini bukan urusanmu!!!" Ia mencoba memukul laki-laki tadi sekuat tenaga tapi hanya mengenai angin kosong.

Kemudian tanpa memberikan kesempatan lagi lawannya, laki-laki tadi langsung memberikan kembali bogem mentahnya dan mengunci tubuh juragan Pardi bertepatan dengan pak RT dan para tetangga yang mulai berdatangan ke rumah bu Leni.

Para ibu-ibu langsung menolong bu Leni, mereka membantunya memakaikan kerudung dan merapihkan gamisnya kembali kemudian memberikan minuman hangat karena bu Leni terlihat sangat shock. Beliau terus menagis di dalam pelukan ibu-ibu yang merupakan tetangganya.

"Istighfar, bu. Yang penting sekarang ibu selamat" Salah satu dari ibu-ibu itu mencoba menenangkan sambil mengusap-usap punggung bu Leni. Bu Leni mengangguk karena memang dari tadi beliau selalu beristighfar dalam hati, tetapi hanya masih syock menghadapi serangan yang tiba-tiba dan hampir saja merampas kehormatannya.

Juragan Pardi tertunduk malu dan lesu, niatnya yang hampir terlaksana berhasil digagalkan oleh seseorang yang ternyata adalah pak Rasyid, tetangganya juga.

Pak RT mengucapkan terimakasih kepada pak Rasyid yang dijawab dengan anggukan dan senyuman. Beliau juga merasa prihatin akan kejadian yang hampir menimpa bu Leni.

Setelah itu juragan Pardi di gelandang ke rumah pak RT oleh bapak-bapak untuk menyelesaikan masalah dan dimintai pertanggungjawabannya.

*****

Hai readers, terimakasih sudah membaca ya

Dukung author untuk terus semangat update