Bismillah...
Suara gaduh di kelas 2 IPS 1 terdengar di dalam kelas tapi tak sampai keluar karena dinding kelas tersebut sudah dipasangi peredam suara dengan posisi pintu yang tertutup. Saat ini masuk jam pelajaran terakhir, tetapi berhubung ibu Ana tidak dapat hadir untuk mengajarkan pelajaran akuntansi, maka kelas mendadak menjadi seperti pasar meskipun bu guru sudah memberikan tugas untuk dikerjakan.
Riza si gadis cantik berhijab itu fokus mencatat tugas yang sedang ditulis oleh Mela sekertaris kelas di papan white board, ia tak peduli dengan kegaduhan yang dibuat oleh teman-temanya. Dirinya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya untuk belajar dan berpisah dengan ibunya tidak ada hasilnya.
Tiba-tiba "bluk" suara kertas yang telah diremas menjadi bulatan bola sukses mendarat di meja riza.
"Eh apa nih?" Wardah yang duduk satu meja dengan Riza langsung merespon dengan mengambil remasan kertas tadi..Riza menoleh sebentar kemudian tak ambil peduli...
"Love you Riza" Wardah membaca tulisan pada kertas yang telah dibukanya kemudian. Sementara Riza pura-pura tak mendengar. "Cieeeeeh...Ayolah Riz, ini pengagum rahasiamu kembali beraksi" Wardah memutar-mutarkan bola matanya lucu membuat Riza mengulum senyumnya.
"Biarin aja, lama-lama juga nanti bosen sendiri"
Ini bukan kali pertama Riza mendapatkan lemparan kertas atau kejutan-kejutan lainnya yang menunjukkan bahwa dirinya sedang dikagumi oleh seseorang. Seseorang yang tidak jelas karena tidak pernah menampakkan batang hidung ataupun memberikan clue yang mengarah pada seseorang yang patut dicurigai dan Riza pun enggan untuk mencari tahunya karena dirinya berpikir itu hanyalah ulah orang iseng yang nantinya akan berhenti sendiri.
Lain halnya dengan Wardah, sahabatnya ini malah nampak kepo akut. Menurutnya itu menjadi urusannya juga kalau sudah menyangkut Riza sahabatnya, apalagi si pengagum rahasia sudah menjalankan aksinya sejak mereka kelas X akhir atau tepatnya setengah tahun yang lalu.
"Eh kira-kira siapa orang itu ya, kamu tau ga Riz?" Wardah mencoba menebak-nebak, yang dijawab dengan gedikan bahu Riza. Ia memilih tak ambil pusing.
Wardah mendengus kesal melihat sahabatnya yang malah nampak santai dan cuek.
"Ngomongin apa?..ngomongin apa,siiiiih?" tiba-tiba Akmal sudah berada di samping meja ke dua gadis itu dan mulai kepo tingkat tinggi. Ia melongok-longokkan kepalanya mencari tahu.
Wardah menengokkan kepala ke arah sampingnya, tempat Akmal berdiri saat ini.
"Ini" Wardah menyodorkan remasan kertas yang dipegangnya. Akmal menerimanya,
"Ehmmm" kemudian berdehem setelah membuka remasan kertas tadi, membacanya sesaat dengan ekspresi tidak sukanya.
Ada rasa tak biasa menjalar di hatinya, yang ia juga cukup sulit untuk mengartikannya.
"Yuk ah pulang, kayanya ini nggak penting. Cuma kertas yang dikirimkan oleh orang nggak jelas" Ajaknya sambil melemparkan kertas tadi ke sembarang arah karena bertepatan dengan bel tanda jam pelajaran berakhir dan diikuti oleh kedua sahabatnya.
Sementara di sudut kelas bagian luar sana ada sepasang mata yang mengawasi diam-diam menatap penuh arti ke arah Riza.
"Apakah bisa dibilang ia pengagum rahasia itu??..
Jawabannya... "Entahlah" Hanya Allah dan sepasang mata itu yang tahu.
****
Mereka berjalan ke luar kelas setelah merapihkan alat tulis dan tasnya. Kini ketiganya berjalan di lorong kelas.
Dikejauhan Faiz menatap Riza dan ke dua sahabatnya, kemudian melambaikan tangannya.
"Haiii...eh Maaf man teman, hari ini aku ga bisa pulang bareng" Pamit Faiz setelah mereka berempat saling berderkatan. "Tadi ibuku dari kampung telpon ngirim paket dan udah nyampe dirumah bulik, jadi aku mau ke rumahnya dulu buat ngambil paketnya" Ia mengungkapkan alasannya.
"Iya nggak apa-apa, santai aja. ati-ati di jalan,Iz" Akmal mempersilahkan Faiz disertai anggukan kepala Riza dan Wardah.
Beberapa saat setelah Faiz meninggalkan mereka.
"Besok jalan ke Gramed yuk sekalian nyari buku-buku yang tadi di referensiin sama pak Andi" Ajak Akmal pada ke dua sahabatnya setelah mereka melanjutkan berjalan ke arah luar sekolah.
"Ajak Faiz juga ya biar rame" Wardah mengusulkan.
"Iya, ntar sore aku telpon dia" Faiz setuju.
"Mau ga,Riz?. Riza masih diam tidak fokus walaupun sedang berjalan. Setiap akhir pekan ia selalu teringat ibunya di rumah, rasa kangen belaian lembut ibunya membayang terus diingatanya.
"Riiiiz??!!" Wardah dan Akmal membangunkan lamunan Riza hampir bersamaan..
"Eh..oh..Apaaaaa??" Riza menjawab tergagap mengakhiri lamunannya. Ternyata dua sahabatnya itu menyadari kalau ia sedang melamuan.
Akmal dan Wardah mulai gemas. Wardah mencubit tangan Riza melihat ajakannya tidak direspon, karena yang diajak berbicara malah asik melamun. Anak ini selain pendiam ternyata juga punya hobi yang tak asik sekali menurut para sahabatnya yaitu melamun.
"Diiiih, bukanya dijawab malah dicubit" Sungut Riza sambil memanyunkan bibirnya karena sebal.
Akmal nampak semakin gemas tapi berusaha menahannya. Sejak berkenalan dengan gadis berwajah cantik yang pendiam dan sekarang sedang berjalan bersamanya di sebelah Wardah, sejak pertama kali itu juga mulai ada perasaan berbeda terselip di sana, di hatinya.
"Kalau nggak cantik mah udah ikut nyubit juga tadi" Rutuknya dalam hati dengan menatap Riza.
"Besok Akmal ngajakin kita bertiga ke Gramed, Riz. Mau nyari buku yang direferensikan sama pak Andi" Jelas Wardah pada Riza. Pak Andi adalah guru mata pelajaran Sosiologi di sekolahnya. Dari awal minggu kemarin beliau sudah mereferensikan buku yang harus dimiliki untuk menunjang belajar di kelas tetapi baru besok Akmal berencana mencarinya dan mengajak sahabatnya yang lain.
"Duuuh..besok ya?" Riza mencoba menimbang-nimbang,menjawab ajakan sahabatnya. Sebenarnya ia tak rela hari liburnya yang biasa digunakan untuk berkangen-kangenan dengan ibunya lewat hp terganggu. Tapi karena kedua sahabatnya itu terus membujuknya, akhirnya Riza tidak bisa beralasan lagi.
"Iya besok, nona yang tukang ngelamuuuuuun" Jawab Akmal sambil tersenyum miring.
"Mau ya, Riz???" Ucap Wardah lagi penuh harap.
"Ya..ya..ya?" Tanyanya lagi sambil menggoyang-goyangkan lengan Riza. Akhirnya Riza mengangguk pasrah.
Kini ketiganya sampai di depan sekolah dan menyebrangi jalan hendak menyetop angkot seperti biasa. Mereka berlari-lari kecil menyebrangi jalan raya karena suasana yang cukup padat.
Nampak lautan anak SMA di depan sekolah. Ada beberapa yang pulang dengan jemputan, sebagian ada yang sedang berdiri menunggu angkot yang akan membawanya pulang seperti yang mereka lakukan saat ini, dan sebagian lagi ada yang nongkrong-nongkrong di warung namboru di depan sekolah sebelum akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
"Kak..kak.." Tiba-tiba ada anak perempuan memanggilnya dan mendekat seraya menyerahkan benda kecil yang sejak tadi di bawanya. Anak perempuan yang kira-kira masih duduk di bangku SD itu mengatur nafasnya yang terengah-engah setelah berlari-lari.
"Ada yang menitipkan benda ini untuk kakak".
Kotak kecil itu berpindah ke tangan Riza, wajahnya menjadi bingung. Matanya kemudian menatap kotak berwarna pink yang sekarang berpindah ke tangannya. Kali ini dia sedikit penasaran karena biasanya sang pengagum rahasia hanya melemparkan kertas disaat-saat tak terduga ataupun meninggalkan benda-benda mungil yang lucu beserta tulisannya di kolong meja tempatnya duduk.
Akmal menatap jengah ke kotak yang sedang dipegang Riza.
"Ini dari siapa, dek?" Wardah langsung tanggap menanyakan kepada bocah kecil tadi. Anak perempuan itu langsung menunjuk ke sebrang jalan yang letaknya agak jauh dari tempat mereka berempat berdiri.
"Kakak yang ganteng itu,kak" Ketiga mata anak kelas XI itu langsung mengekori telunjuk anak perempuan yang berada diantaranya, tapi telunjuknya menunjuk tempat yang kosong. Tidak ada siapapun di situ. Hanya ada angkot yang sudah berjalan menjauh. "Eh..tadi kakak yang minta tolong sama aku berdiri di situ,kak" Ujarnya lagi, ketika menyadari si peminta tlong sudah pergi.
"Emm..ya sudah,terimakasih ya dek" Riza mengucapkan terimakasih sambil membetulkan letak kerudungnya, dan langsung diangguki oleh anak perempuan tadi yang kemudian melangkah pergi.
"Duuuh...jadi tambah penasaraaaaan" Wardah berkata sambil meremas pundak Riza gemas. Sahabatnya hanya tersenyum sekilas, menghela nafasnya dan memasukkan kotak itu ke dalam tas sekolahnya. Sementara di sebelah Wardah Akmal menatap Riza dengan ekspresi yang sulit diartikan.
****"
Assalamualaikum.
Hai readers, ini adalah karya pertama author.
Terimakasih sudah mau membaca.
Dukung author untuk selalu semangat update ya...