Chereads / Cold Boy Paskibra / Chapter 42 - Episode 41

Chapter 42 - Episode 41

Walau sekarang bukan hari libur. Luna bangun sangat pagi malah masih subuh. Kenapa dia bangun pagi-pagi kali ini. Karena ia sedang ingin berolahraga joging mengelilingi komplek perumahannya. Entah kenapa ia ingin joging biasanya juga dia jarang. Mungkin karena dia tidak bisa tidur semalem, jadi subuh-subuh begini sudah bangun dan tidak ada pekerjaan yang bisa dikerjakan jadi lebih baik pergi Joging saja dulu baru mandi terus pergi kesekolah.

Luna sudah bersiap untuk pergi lari pagi, dia sudah rapi mengenakan kaos polos serta celana olahraga. Serta sepatu putih yang ia kenakan saat ini. Ia segera turun kebawah setelah sudah siap dengan atribut yang ia kenakan untuk berolahraga. Luna menuruni tangga dengan santai tak lupa ia memasang headset Bluetooth nya ditelinga. Serta memasukkan ponselnya kesaku celana.

Ternyata dirumah ini bukan dirinya saja yang sudah bangun tetapi Daddy dan Mommynya sudah bangun. Mommy nya sibuk memasak di dapur sementara Daddynya di ruang makan sedang membaca koran. Tidak heran sih mommy dan Daddynya sudah bnagun jam segin, memang itu kebiasaan mereka.

"Pagi Mom, Dad" sapa Luna kepada kedua orang tuanya.

"Pagi too" jawab mereka bersamaan, Sarah berbalik memandang putrinya dan Luis mengalihkan pandangannya dari koran.

"Mau kemana? " Tanya Luis pada putri bungsunya. Luis selalu begitu bertanya kemana anaknya akan pergi. Maklum dia begitu overprotective terhadap putri satu-satunya.

"Mau Jogging, boleh kan" Luna menatap Daddynya penuh harap.

"Boleh" jawab Luis singkat lalu kembali melanjutkan kegiatannya membaca koran.

Luna langsung berjalan pergi keluar rumah, melakukan niatnya untuk lari pagi mengitari kompleks perumahan.

Saat Luna sudah mulai keluar dari gerbang rumah, tiba-tiba ada seorang yang mengejutkannya dari belakang. Liam, menepuk bahu Luna dari belakang..

Ada sedikit rasa keterkejutan dalam diri Luna, kenapa kakaknya itu sudah bangun Jam segini.

Liam memang sedang menginap dirumah Luna bersama istri dan anaknya juga. Luna pasti merasa tidak bebas jika kakaknya yang satu ini berada di rumah, dia terlalu over padanya melebihi Daddy mereka. Liam tidak seperti Luis yang bodo amat, pasti orang ini disini mau mengikuti dirinya joging juga.

"Mau kemana? "tanya Liam memperhatikan adiknya.

"Lah, kalau berpakaian seperti ini kemana" decak Luna. Dasar aneh kakaknya itu, sudah tahu berpakaian olahraga ya jelas mau joginglah.

"ayok sama kakak" ajak Liam. membuka pintu gerbang dan berjalan keluar. Kan benar dugaan Luna tadi pasti orang itu, ikut jogging juga bersamanya.

Di Luar gerbang terasa hening, karena memang seperti itulah Luna kalau dengan Liam berbeda kalau sedang bersama dengan Lionil. Liam begitu datar dan gak asik menurut Luna dan Lionil.

"Kenapa diem aja" Tanya Liam pada adik bungsunya itu.

Luna sedari tidak berbicara tentu membuat Liam bertanya. Bukanya Luna tidak ingin, tapi Luna memang tidak suka jika ingin Jogging sendiri malah ada yang mengikuti.

"Gak pa-pa kok kak" jawab Luna berusaha biasa saja.

"Kamu gak suka, kakak ikut" tebak Liam.

"Nggak kok, kakak sendiri ya yang beranggapan seperti itu" sahut Luna berbohong.

"Yaudah ayok," ujar Liam mulai berlari kecil.

Luna ikut berlari mengikuti Liam yang sudah mulai agak jauh dirinya.

Mereka berlari mengelilingi komplek sesuai keinginan Luna.

Tak terasa sudah setengah jam mereka berlari mengelilingi komplek perumahan. Sekarang bahkan matahari sudah mulai kelihatan, Luna dan Liam tentu saja segera kembali kerumah. Tapi sebelum itu, Liam menghentikan langkahnya didekat wadung nasi uduk yang sudah buka. Sehingga membuat Luna bingung dengan kakaknya, kenapa berhenti batin Luna.

"Kenapa berhenti kak? " tanya Luna

"Kita sarapan dulu yok disitu, kamu masih jam tujuhkan berangkat sekolahnya. Ini masih jam 6 jadi bisalah makan sebentar" jelas Liam lalu melangkah menuju penjual Nasi duduk.

Luna mengikuti kakaknya itu.

°°°°°

Zach sedang sarapan bersama kedua orang tuanya, dia sudah rapi menggunakan seragam sekolah. Sudah duduk dimeja makan, bersama kedua orang tuanya. Entah tumben sekali kedua orang tuanya itu berada dirumah kali ini, tidak membiarkanya makan sendiri seperti biasa.

"Tumben, kalian berdua ada dirumah" Zach membuka suara di meja makan. Karena dari tadi meja makan terasa hening tidak ada Yang berbicara.

"Mama sama Papa sudah mengurangi kegiatan kami, agar selalu bisa bersama kamu" ujar Sarah membalas perkataan Zach.

Zach menelan makanannya, terdiam sebentar.

"Cihh, dulu kemana saja" Zach berdecak.

"Seharusnya kamu bersyukur, Mama sama Papa dirumah" sinis Arsen tak suka karena ucapan anaknya barusan.

Zach hanya tersenyum sinis. Mendengar ucapan Papanya barusan.

Ponsel Zach bergetar singkat, pertanda pesan masuk. Zach melihat sekilas ponsel itu, nomer luar negeri dan tidak ada namanya siapa itu, batin Zach yang melihat itu diponselnya.

Walaupun tidak tahu itu nomer siapa, Zach tetap membukanya.

"Gimana kabarmu? " Zach mengernyit, siapa yang mengirimkan pesan ini batin Zach.

Zach tidak mau membalas itu, ia acuh saja. Dia paling malas membalas nomer asing, mematikan ponselnya dan kembali melanjutkan makannya itu.

"Zach, Mama nanti boleh masuk kekamarmu untuk membersikahnya" tanya Wilona pelan takut anaknya akan tidak suka dengan ucapannya barusan.

"Masuk saja" jawab Zach datar. Tidak usah heran jika Wilona harus ijin dulu pada anaknya itu, selama ini Zach melarang dirinya atau siapapun untuk masuk kekamarnya. Hanya satu orang yang selalu Zach ijinkan untuk masuk yaitu Mbok Nah yang menjaga Zach sedari kecil.

"Nanti papa akan kesekolahmu, melihat bagaimana perkembangan sekolah milik kita itu. Kau mau makan apa jam istirahat nanti biar Papa bawakan" ujar Arsen mencoba bersikap lembut pada anaknya yang dingin itu.

"Gak perlu, sudah ada dikantin semua" ujar Zach

"Aku sudah selesai" ujar Zach kemudian mengambil tisu untuk mengusap mulutnya dan pergi dari meja makan meninggalkan kedua orang tuanya.

Arsen hanya menghela nafas panjang, melihat sikap anaknya itu. Direlung hatinya ia merasa sakit ketika anak bungsunya bersikap seperti itu padanya, tapi bagaimana lagi. Anaknya begitu juga karena dirinya yang memisahkan putra bungsunya dengan kakaknya. Andai saja dulu ia menuruti Putra sulungnya, kedua putranya saat ini pasti tidak akan bersikap dingin pada mereka berdua. Dan andai saja dulu ia lebih meluangkan waktu untuk kedua anaknya pasti suasana keluarganya tidak akan sekaku saat ini. Dia memang salah terlalu memaksakan kehendaknya, tidak memikirkan keinginan anak-anaknya. Dia seharusnya tidak menyamakan cara mendidik anak versi ayahnya dulu yang terlalu mengekang tanpa memperdulikan keinginan anak sendiri. Dia dan anak-anaknya memiliki pola pikir yang berbeda. Walaupun dirinya dulu menikah muda belum tentu anak-anak nya akan mau juga. Pemikiran yang bodoh memang. Arsen tampak menyesali apa yang ia lakukan dulu, sehingga membuat Putra sulungnya pergi dari rumah dan ditambah Putra bungsunya menjadi benci padanya.

°°°°°

"Terimakasih kak Liam" ujar Luna saat turun dari mobil yang dikendari Liam. Liam mengantar Luna kesekolah, entah ada angin apa Liam mengantar dirinya kesekolah. Mungkin karena memang tidak ada yang mengantarkan dirinya, Lionil masih tidur susah untuk dibangunkan dan Daddynya sudah berangkat ke kantor. Sebenarnya Luna ingin menyuruh supir untuk mengantarkan, Tapi tiba-tiba saja Liam menawarkan diri untuk mengatarkanya kesekolah. Tentu saja Luna tidak menolak diantarkan kakaknya yang pendiam itu walaupun suasana didalam mobil awkward sekali.

"Sama-sama, Belajar yang pinter" ujar Liam menjalankan mobilnya.

Semua teman-teman sekolah Luna para wanita-wanita merasa terpesona tadi saat melihat Liam, apalagi kakak kelas Luna yang berada di luar. Mereka begitu terpesonanya dengan Liam, saat Liam membuka kaca mobil tadi.

Bahkan salah satu kakak kelas Luna Sisi berjalan mendekati Luna. Sisi adalah tipe cewe centil, tidak tahu malu berani mengungkapkan dahulu perasaanya pada seseorang.

"Siapa tadi yang nganterin lo dek" Tanya Sisi menghampiri Luna yang berjalan. Sisi tidak sendiri melainkan bersama teman-temanya.

"Oh tadi kak, itu kakak aku" jawab Luna sopan, dan hormat pada Sisi. Walaupun Sisi orangnya genit dan Centil tapi dia kakak kelas yang baik.

"Boleh minta nomer hpnya" tanpa basa-basi Sisi langsung meminta nomer Liam begitu saja.

"Hah" Luna membentuk huruf o dimulutnya. Terperangah dengan perkataan Sisi barusan.

"Kenapa? gak boleh ya? " Tanya Sisi was-was.

Luna bingung harus menjawab apa pada Sisi.

"Emm, gi.. gimana ya kak. Bukannya aku gak mau ngasih, tapi.. tapi kakak aku udah punya istri sama anak" Ujar Luna ragu-ragu.

"What, serius Lo.? gak bohongin gue kan, biar gue gak minta nomer kak Lo"

"Eh, bukan gitu kak. Memang aku serius, kakak aku tuh udah punya istri sama anak" ujar Luna sambil mengambil ponsel ditasnya.

Sisi memperhatikan itu dengan seksama.

"Ini buktinya, kalau kak Sisi gak percaya" Luna menunjukkan ponselnya, dihadapan Sisi. Teman-teman Sisi yang sedari tadi hanya diam memperhatikan kini juga ikut melihat kearah ponsel Luna. Mereka juga tidak sepenuhnya percaya, masa orang semuda tadi plus setampan tadi sudah ada istri dan anak.

Sisi dan teman-teman nya memperhatikan dengan serius foto keluarga Luna. Luna menunjukkan foto keluarga yang ada Liam beserta istri dan anaknya.

Benar saja disitu ada Liam yang sedang menggendong seorang bayi yang baru berumur beberapa bulan. Hati Sisi langsung merasa kecewa dan sedih, saat rasa terpesonanya tadi harus terpaksa ia hilangkan.

Tapi tiba-tiba saja netra matanya beralih, ke sisi pojok foto. Ada seorang Pria yang tak kalah tampan dari kakak Luna yang barusan ia lihat tadi. Entah hatinya kembali terpana dengan seorang pria itu. Dengan cepat Sisi menunjuk-nunjuk orang didalam foto itu.

"Dek, Dek.. Ini siapa" ujar Sisi sambil menunjuk-nunjuk ponsel Luna kearah foto Lionil.

"Yang mana kak" jawab Luna membalikan ponselnya kehadapan dirinya melihat yang di tunjuk Sisi barusan.

"Yang itu tuh, yang pojok" ujar Sisi.

Luna langsung melihat yang dimaksud Sisi barusan. Dia langsung terbelalak ternyata yang dimaksud Sisi kakaknya Lionil.

Mampus ini, jangan-Jangan kakak kelasnya ini terpesona dengan kakaknya Lionil. Kalau mereka Jadian nanti bisa-bisa amburadul rumah mereka. Orang separo sama orang separo.

°°°

T. B. C