Zach dan Luna masih berada di pojok kelas, mereka saling diam tidak ada yang berbicara. Zach yang mengajak untuk mengobrol malah diam seakan ragu untuk bicara. Sedangkan Luna melihat sekilas pemuda didepannya dengan aneh.
"Apa yang mau lo bicarakan sama gue" Luna sudah tidak tahan dengan keterdiaman diantara mereka sehingga, ia mengalah untuk bicara lebih dulu.
Zach menatap Luna, mencoba mengeluarkan suaranya meski masih terasa ragu untuk mengatakannya. Entah baru kali ini ia, seakan tidak enak untuk mengajak gadis ini menemui Salsa tanpa bicara dulu, biasanya ia akan mengajak Luna sesuai keinginannya tanpa mempertimbangkan Luna mau atau tidak.
"Gue... "
"Gue harap hari ini Lo bisa ikut gue, Lo maukan? " Begitu lembut Zach bertanya.
Tidak seperti biasanya dia bersikap seperti ini, sehingga membuat kerutan dikening Luna memperhatikan Zach aneh.
"Lo sakit, " dengan reflek Luna memegang dahi Zach. Membuat Zach terpaku ditempatnya.
"Gu, Gue nggak sakit" perlahan Zach menurunkan tangan Luna didahinya.
"Lo Maukan? tanya Zach lagi memastikan agar Luna mau ikut.
"Kemana?" Tanya Luna.
"Bertemu Salsa, Lo mau kan" lirih Zach sambil memperhatikan wajah Luna.
Luna terdiam, entah kenapa dia terdiam saat nama Salsa disebut oleh Zach. Lagi-lagi Salsa, bagaiman ia akan menjawabnya sekarang. Jujur ia tidak mau pergi bertemu Salsa. Luna berpikir dalam hatinya.
"Gue gak bisa, gue sibuk" bohong Luna beralasan. melipat tangannya didada sambil mengalihkan pandanganya.
Zach masih menatap Luna yang mengalihkan pandangannya ke lain arah.
"Maaf" kata Maaf keluar dari mulut Zach sontak membuat Luna kini melihat kearah Zach.
"Buat apa minta maaf" Luna pura-pura tak mengerti perminta maafan Zach, padahal dia tahu maksud maaf itu.
"Maaf, soal dua hari lalu. Waktu gue ngajak Lo keluar tapi gak jadi" ujar Zach dengan nada menyesal.
"Gak usah minta maaf, gue tahu kok kalo lo memang gak ada niat buat ngajak gue" Sinis Luna. Zach diam terpaku seperti tidak percaya dengan apa Yang dikatakan Luna. Perkataan gadis itu sungguh tidak benar.
"Apa yang Lo bilang salah besar" elak Zach tidak terima dengan ucapan Luna.
"Udah cuman itu yang mau Lo bicarain, gue cabut kalau gitu" Luna mendorong kursinya kebelakang hendak berdiri. Namun tangan Zach mencegahnya, pemuda itu mendorong kursinya keras dan secepat kilat memegang lengan Luna yang sudah berdiri.
Karena dorongan kursi yang sedikit keras itu, membuat Darren yang memang berada disitu memandang dua orang yang ada dipojok kelas. Dua orang itu tampak sedang bertengkar.
"Gue belum selesai bicara" Ujar Zach penuh penekanan.
"Yaudah tinggal ngomong. Gue cuman berdiri aja. " ujar Luna dengan entengnya.
"Lo nanti ikut gue menemui Salsa" ujar Zach.
"Kan gue udah bilang gak bisa," tolak Luna.
"Pokoknya harus ikut" paksa Zach.
"Gue gak bisa. Dan gue tanya deh sama Lo, kenapa lo harus ngajakin gue terus ketemu kak Salsa. Lo manfaatin gue kan, biar kak Salsa gak tau kalau lo suka sama dia" Habis sudah kesabaran Luna. Entah kenapa pemaksaan Zach yang terus saja memaksa dirinya bertemu Salsa semakin membuat hatinya panas.
"Kalau memang gitu, lebih baik kita gak usah deh pacaran. Eh memang kita gak pernah pacaran, kitakan cuman pacaran bohongan" Luna tadi sempat berhenti menetralkan dirinya sambil berfikir. Namun kini sekali lagi ia meluap
Muka Zach mengeras mendengar Luna mengatakan itu, bahkan saat ini ia melihat sekilas Darren yang juga menatap mereka dengan terkejut mengetahui yang sebenarnya. Zach langsung saja menarik tangan Luna keluar kelas,. Entah mengapa ia tidak ingin jika Darren mendengar semuanya.
°°°°°°
Zach mengajak Luna ke ruanganya, Ruang paskibra. Diruangan itu banyak orang, tentu saja Zach mengetahuinya jika ruangan itu memang tidak pernah sepi dari anggotanya yang pulang sekolah bukannya pulang malah berleha-lehan di Ruangan ekskul Paskibra.
"Semua keluar dari Ruangan ini" Zach menyuruh semuanya untuk keluar dari ruangan. Mereka tentu saja kaget tiba-tiba Zach yang baru datang menggandeng tangan Luna menyuruh mereka untuk keluar.
Rama, Pandu, dan Fajri yang berada disitu tentu saja saling pandang satu sama lain. Rama memutuskan untuk mendekati Zach yang berdiri ditengah-tengah ruangan bersama Luna.
"Kenapa lo nyuruh kita semua untuk keluar, kita disini ingin istirahat sebentar sebelum pulang" ujar Rama.
"GUE BILANG KELUAR YA KELUAR.APA KALIAN SEMUA TULI" Zach tidak menanggapi perkataan Rama ,justru dia malah berkata keras seakan berteriak menyuruh mereka semua untuk keluar. Semua yang disitu tentu saja terkejut dengan Zach yang berbicara keras begitu. Dan dengan berat hati satu persatu keluar dari ruangan itu.
"Gue gak tau masalah lo apa sekarang, tapi jangan begini" saran Rama sambil menepuk pundak Zach lalu berjalan keluar diikuti oleh Fajri dan Pandu yang sesekali menatap Zach heran.
Luna menatap Zach terkejut, kenapa lelaki didepanya ini semarah sekarang. Kenapa dia marah batin Luna.
Saat di ruangan sudah tidak ada siapa-siapa Zach melepas genggamannya pada Luna, ia memperhatikan gadis didepanya nanar.
"Kenapa lo bilang seperti tadi, padahal lo tahu disitu ada Darren" Zach mempertanyakan apa yang diucapkan Luna.
Luna hanya diam dia malas bicara, tidak penting menurutnya.
"JAWAB" teriak Zach. Wajah pria itu memerah menahan marah, entah kenapa dia bisa bersikap seperti ini.
Luna tentu saja menjadi takut melihat wajah Zach saat ini.
"Lo marah sama gue, sampai lo bilang seperti tadi didepan Darren" emosi Zach sedikit sudah menurun saat dia melihat raut ketakutan Luna saat melihatnya.
"Gu, gue bilangkan. Gue gak marah" Luna menjawabnya dengan tergagap.
"Kalo Lo gak marah gak mungkin Lo bilang gue gak niat ngajak Lo jalan" Zach memperhatikan Wajah Luna.
"Lo juga gak mungkin ngomong kita pacaran bohongan karna gue manfaatin lo agar Salsa gak tau perasaan gue" jelas Zach.
"yang gue bilangkan memang bener" Luna merasa tidak salah dengan ucapannya tadi.
Zach terdiam, sebenarnya memang benar ucapan Luna barusan. Tapi kenapa dia bisa marah, apalagi emosinya sekan meluap saat Darren mendengar semuanya.
"Gue pengen mengakhiri kebohongan kita ini. Kak Jovan juga sudah balik ke Amerika, jadi kita akhiri saja. Soal kak Salsa cukup bilang saja sama dia kita sudah putus" lanjut Luna, dan itu semakin membuat emosi diwajah Zach.
Luna beranjak untuk pergi dari hadapan Zach. Sebenarnya ia merasa menyesal telah mangatakan itu, walaupun itu hanya sebuah kebohonga ia tidak ingin berpisah dengan Zach.
Tapi kekecewaan Yang selalu ia dapat dihubungan yang berdasarkan kebohongan ini. Zach terlalu cinta dengan Salsa, dan hatinya terasa sakit saat pria itu selalu memperioritaskan Salsa.
"Gue gak mau, terserah lo mau bilang apa mau melakukan apa tapi gue gak mau hubungan bohongan kita ini berakhir" tegas Zach mencekal lengan Luna.
"Oke, gue gak bakal maksa Lo buat nemuin Salsa hari ini. Lo tenangin diri lo dulu, entah kenapa lo seperti ini" lanjut Zach dan hendak pergi meninggalkan Luna ditempat.
"Lo sadar gak sih lo egois, Gara-gara Lo gue merasakan sakit hati yang kedua kali dan itu hal yang sama selalu tertolak perasaan. " Perkataan Luna itu menghentikan langkah Zach yang akan pergi, ia berbalik arah menatap Luna yang meneteskan air mata. Ia terkejut kenapa Luna menangis. Jujur Zach tidak mengerti dengan apa yang barusan Luna katakan, perkataanya terasa begitu ambigu sehingga sulit untuknya memahami. Zach berbalik arah berjalan mendekati Luna hendak menghapus air mata gadis itu entah kenapa meneteskan air mata. Luna malah berjalan mendekat tapi bukan untuk bicara pada Zach melainkan untuk pergi melewati Zach yang terpaku ditempat masih terus memperhatikan Luna yang berjalan melewatinya tanpa melihat kearahnya.
°°°°°
Rumah Zach kini ramai oleh ketiga temanya yang entah kenapa tak ada angin tak ada hujan bertandang kerumah Zach. Darren juga ada disitu, ia merasu canggung dengan Zach sebenarnya karena tadi saat disekolah ia tidak sengaja mendengar Zach dan Luna berpicara dengan Luna.
Teman-teman Zach duduk dibawah bermain Ps, Zach juga duduk disitu. Tubuhnya memang disitu jiwanya tidak sedari tadi ia hanya diam tidak bicara atau bermain Ps. Yah walaupun Zach orangnya pendiam tidak bicara, tapi tidak sediam kali ini. Pria itu memegangi ponselnya sesekali ia melihat jika ada pesan masuk. Namun terus saja tidak ada sama sekali pesan masuk diponselnya padahal dia sudah mengirimkan pesan dari sejam lalu tidak ada balasan juga.
"Kenapa Lo, galau ya?" Tanya Fajri yang sedari tadi melihat Zach yang hanya diam. Semuanya tentu saja melihat Zach yang diam saja tidak menjawab. Bagaimana mau menjawab, apa dia seperti ini bisa disebut galau, sedangkan tidak memiliki perasaan apapun pada gadis itu.
"Wiih seorang Zach bisa galau juga ternyata. Gue gak ketemu Lo enam bulan ternyata lo udah berubah ya" celetuk Pandu yang menatap Zach saat ini. Sontak saja Zach langsung menatap Pandu tajam.
"Sori, gue bercanda" Pandu langsung mlempem mendapat tatapan tajam itu.
"Soal lo sama Luna tadi ya" tanya Darren hati-hati. Zach menatap Darren seketika, dan ia langsung bangkit dari duduknya.
"Darren ikut gue sebentar" ajak Zach. Darrenpun menuruti, ia langsung berdiri juga mengikuti Zach dari belakang berjalan menuju kolam renang.
"Gue harap lo pura-pura gak tau soal apa yang diucapin Luna tadi disekolah" pinta Zach.
"Tentu, gue juga gak mau ikut campur sama urusan lo dan Luna. " Darren mengiyakan. Karena itu juga bukan urusannya.
"Selama ini lo seberapa deket sama Luna? " tanya Zach tiba-tiba.
"Kenapa lo tanya begitu sama gue? lo cemburu sama hubungan gue dengan Luna?"
Darren mengernyitkan dahinya, merasa aneh dengan Zach. Apa temannya itu cemburu dia dekat dengan Luna. Sampai harus bertanya seperti itu, kalau ditanya seberapa dekat ia dengan Luna ia jawab sangat dekat. Dia sudah kenal Luna dari kelas Satu dan mereka duduk sebangku jadi ya sangat dekat. Tapi bukan berarti dalam hubungan asmara, ia menganggap Luna seperti saudara sendiri dan Luna juga begitu. Makanya diantara mereka tidak ada rasa canggung.
Zach diam, mulutnya terasa terkunci untuk menjawab. Apa yang sebenarnya yang ingin ia tahu sampai pertanyaan tadi terlontar. Zach merutuki dirinya sendiri.
°°°
T. B. C