Luna meneguk ludahnya, bingung harus berbicara apa pada Sisi kakak kelasnya yang menghadang dirinya didekat gerbang sekolah. Karena melihat dirinya diantarkan oleh Liam, membuat Sisi terpesona. Dan sekarang ia justru terpesona dengan Lionil saat tahu Liam sudah memiliki istri dan anak. Gara-gara memperlihatkan foto keluarga tadi, kenapa coba ia harus menunjukan foto keluarganya pada Sisi, Luna merutuki dirinya sendiri.
"Dek, kok diem sih. Jawab yang pojok itu siapa ganteng banget, ngelebihin kakak kamu tadi" Sisi membuat Luna tersadar dari keterdiamannya sedari tadi. Semakin bingung harus menjawab apa, saat Sisi sudah mulai seperti ini.
apa Yang harus dia katakan, kalau mengatakan Lionil kakaknya. Pasti Sisi bakal meminta nomer kakaknya itu. Tapi, kalau tidak dikasih Sisi pasti akan terus meneror dirinya. Batin Luna semakin gambyang untuk menjawab.
"Emm, I.. Itu, Itu juga kakakku kak. Namanya Lionil " ujar Luna akhirnya walaupun penuh keraguan.
Mata ketiga orang didepannya langsung berbinar senang,
"Bagi nomernya dek, bagi" seru salah satu teman Sisi yang memiliki rambut sebahu.
"Ganteng-ganteng semua ya kakak Lo, Lo punya sepupu cowok yang ganteng kayak kedua kakak Lo gak? gue mau dong dikenalin" celetuk teman Sisi yang satu nya lagi, cewek berambut panjang yang dikucir kuda.
"Udah diem kalian berdua, gue mau minta nomernya nih. Kalian nih ganjen banget kalau soal cowok" Sahu Sisi terganggu dengan perkataan kedua temannya. Sunggu ia tidak bercermin mengatakan seperti itu pada temanya, apa kabar dirinya sendiri.
Luna yang melihat ketiga orang itu hanya menggeleng-gelengkan kepala pelan sehingga ketiga orang didepannya saat ini tidak menyadarinya.
"Nih Hp gue, catetin nomer kakak Lo ya dek" Sisi menyerahkan ponselnya kehadapan Luna. Untuk segera menuliskan nomer kakaknya di ponsel Sisi.
Luna menerimanya dengan berat hati, ia segera menuliskan nomer Lionil di ponsel Sisi. Bodo amatlah jika nanti Lionil marah-marah padanya, ya mau bagaimana lagi Sisi memaksa dirinya. Dan mau tidak mau nanti jika Lionil menanggapi Sisi atau bahkan bisa pacaran dengan Sisi, Luna juga harus menerima resikonya. Lionil dan Sisi adalah dua orang yang Somplak. Jadi apa nanti rumah mereka sampai Lionil menikah dengan Sisi.
...…
Luna sudah berada dikelasnya duduk di tempat duduknya, tampak melamun entah melamunkan apa. Sampai-sampai Anya dan Dinda yang duduk dibelakangnya saling tatap satu sama lain memperhatikan temanya itu.
Sangking larut dalam lamunanya Luna bahkan tidak menyadari Darren yang sudah datang meletakkan tas dimeja. Darren juga sama seperti Anya dan Dinda bingung dengan apa yang membuat Luna melamun.
"Woii, ngelamun aja Lo" Darren menepukkan kedua tanganya didepan Luna. Membuat Luna tersadar dari lamunannya.
"Apaan sih" jawab Luna kesal.
"Lo yang apa-apaan, pagi-pagi udah ngelamun aja. Ngelamunin Zach" Darren berkata dengan begitu saja. Tanpa berpikir dulu sehingga mendapat plototan dari Luna. Tentu saja Darren tidak perduli, ia malah segera duduk dibangkunya yang sebangku dengan Luna karena bel sudah berbunyi.
Anya dan Dinda cekikikan, mendengar ucapan Darren.
"Memang benerkan kata Darren Lun? " Dinda membenarkan ucapan Darren.
Luna langsung berbalik ke belakang menatap Dinda kesal. Dinda dan Anya menanggapi tatapan itu dengan memperlihatkan deretan gigi mereka sambil mengangkat kedua tangan dengan jari tengah dan jari telunjuk yang berdiri menunjukkan tanda maaf.
Guru tiba-tiba saja masuk kedalam, sehingga membuat Luna berbalik kembali menatap kedepan setelah Darren menyenggolnya memberi tanda bahwa guru sudah masuk kekelas.
°°°°°
Zach memberesi buku-bukunya berniat untuk kekelas Luna, memberitahu gadis itu bahwa Salsa ingin bertemu dengannya. Bukan Salsa sih yang ingin bertemu tapi dirinya sendiro yang ingin mengajak Luna untuk menemui Salsa, karena jika dia datang sendiri menjenguk Salsa pasti Salsa selalu menanyakannya. Tapi bukan karna itu juga, entah kenapa dihati Zach ada rasa takut jika dia pergi sendiri kerumah Salsa tanpa memberitahukannya pada Luna. Ia takut gadis itu akan salah paham padanya. Bahkan kemarin saat ia ingin mengajak Luna pergi tiba-tiba dirinya menghilang tanpa kabar pasti Luna saat ini tengah bertanya-tanya atau justru marah padanya. Kemarin saat mereka pulang berdua, Zach belum sempat menjelaskannya pada Luna karena ia bingung harus memulainya darimana dan saat ia ingin bicara setelah sampai dirumah Luna. Luna malah tidur, ia menunggu Luna bangun. Saat Luna terbangun justru Lionil datang membuat kacau dan Luna pergi masuk kedalam rumah. Alhasil Zach tidak sempat menjelaskan semuanya pada Luna soal ia tidak jadi mengajak Luna pergi.
Zach sudah selesai membereskan bukunya yang ada di atas meja, ia hendak pergi keluar kelas tapi Rama menghentikannya.
"Mau kemana Lo, ayok kumpul di rooftop membahas Latgab Pramuka sama Paskib" ujar Rama mengajak Zach untuk berunding.
"Latgab? Memang bakal ada Latgab" Tanya Zach. Memang ada jadwal Latgab, perasaan setahu Zach pihak sekolah belum menyuruh mereka untuk latihan gabungan. Jika sudah kenapa dirinya tidak tahu.
"Gue juga nggak tahu, Fajri tadi yang bilang sama gue" ujar Rama merasa tak yakin.
"Fajri? " Zach semakin merasa aneh. Jelas aneh, Fajrikan tidak ikut kedua ekskul itu kenapa justru dia yang memberitahu jadwal Latihan Gabungan Pramuka dan Paskibra.
"Kenapa bisa Fajri? Diakan tidak ikut kedua ekskul itu" Tanya Zach curiga.
"Benar juga ya, " Rama langsung tersadar bahwa Fajri tidak satu ekskul dengan mereka di Paskib ataupun Pramuka.
Sontak Rama dan Zach langsung menatap horor Fajri yang berada di bangku pojok sedang mengobrol dengan Siska disana. Biasa Fajri jelas menggombal dengan wanita-wanita yang mudah termakan rayuan dan gombalan maut.
"Gue, beri pelajaran tuh anak" Rama tampak kesal berjalan mendekati Fajri, begitu juga dengan Zach yang mengikuti dibelakang Rama.
"Eh bahlul, Lo bodohin gue" Rama datang-datang menoyor kepala Fajri dari belakang yang kebetulan juga pria itu tidak menyadarinya.
"Lo apa-apaan sih" ujar Fajri tak terima menatap Rama.
"Seharusnya gue yang tanya ke Lo maksud lo apa bodohin gue, pakek bilang ada Latgab Paskib sama Pramuka" amuk Rama.
Fajri hanya tersenyum bodoh, sambil memperhatikan Zach seakan meminta pertolongan dari amukan Rama.
Zach pura-pura tidak tahu, justru ia malah melenggang pergi.
"Gue pergi dulu, ada yang mau gue urus" Zach langsung berjalan pergi kearah pintu keluar kelas meninggalkan kedua temannya yang kemungkinan sebentar lagi akan berdebat.
...........
Zach memasuki ruang kelas Luna, kedatangan Zach kekelas XI IPA 2 saat istirahat menjelang masuk tentu saja mencuri perhatian para siswi yang ada disitu. Mereka yang baru memasuki kelas itu, juga mencuri-curi pandang pada Zach.
Pria dingin itu berjalan semakin mendekat kearah tempat duduk Luna yang tampak sedang menulis dan sesekali terlihat mendiskusikan sesuatu bersama Darren. Walupun terdengar suara begitu berisik karna kedatangan Zach tidak mengganggu Luna dalam mengerjakan tugas yang harus dikerjakan berdua bersama teman sebangku. Sebenarnya Luna mengetahui kedatangan Zach, tapi dia pura-pura tidak tahu saja alias cuek dengan itu. Darren juga tadi sempat melihat Zach tapi Luna menyuruhnya untuk pura-pura tidak melihat dan menyuruh Darren untuk kembali mengerjakan tugas mereka.
"Ehmm, " dehem Zach saat sudah sampai didepan kedua orang yang sedang sibuk mengerjakan tugas.
Tentu saja Darren tidak membiarkannya, ia mendongak memandang temanya yang kini sudah berada dihadapannya itu.
"Oh, Zach. Ada apa? kau ada perlu dengan Luna ya" tebak Darren, menatap teman sebangkunya untuk menanggapi kedatangan Zach.
"Gue ada perlu sama Lo, bisa bicara sebentar? " ujar Zach tertuju pada Luna.
"Bicara saja" ujar Luna singkat mempersilahkan.
"Tidak disini" Zach memperhatikan sekitar yang tidak memungkinkan ia bisa berbicara secara leluasa dengan Luna.
"Gue sedang ngerjain tugas" balas Luna yang masih menulis. Darren menyenggol bahu Luna sehingga berakibat coretan dikertas Luna. Darren merasa tidak enak dengan Zach karena Luna menolak.
"Apaan sih, kecoret nih" protes Luna, menatap Darren kesal.
"Cuman begitu aja sensi" ujar Darren. Dan langsung mendapat pukulan dari Luna. Zach yang melihat itu merasa tidak suka melihat interaksi Luna dengan Darren entah kenapa perasaan itu tiba-tiba saja muncul.
"Ehmmm, " dehem Zach untuk kedua kalinya saat dia berada disitu. Sontak saja kedua orang yang ada didepannya langsung diam. Apalagi Darren yang melihat Zach menatapnya tak suka.
"gue pergi dulu, kita bicara pulang sekolah nanti" ujar Zach dengan datar, lalu pergi berjalan keluar dari kelas Luna.
°°°°°
Benar saja seperti nya Zach memang benar-benar ingin sekali berbicara dengan Luna. Bahkan kini kelas Luna belum pulang, Zach sudah berdiri didekat pintu kelas Luna menunggu Luna pulang. Ia takut jika harus menunggu di gerbang sekolah bisa jadi Luna malah menghindar, agar tidak terjadi ya begini menunggu didepan kelas gadis itu.
Lima menit kemudian akhirnya guru yang mengajar dikelas Luna keluar juga. Zach langsung masuk kedalam menghampiri Luna yang masih memasuk-masukkan bukunya kedalam tas. Dikelas itu masih ramai orang, sehingga banyak yang memperhatikan Zach yang datang kekelas mereka dan banyak yang mempertanyakan kenapa Zach datang dua kali kekelasnya. Apa karena dia sedang bertengkar dengan Luna. Jika memang itu benar maka semua siswi akan senang, malah mereka mendoakan Zach dan Luna putus agar salah satu dari mereka bersanding dengan Zach.
Anya, Dinda, dan Darren yang ada disitu memperhatikan kedatangan Zach. Mereka berfikir sepertinya mereka harus cepat keluar dari kelas.
Dengan buru-buru Anya dan Dinda memasukkan buku-buku mereka kedalam tas secara amburadul tanpa menyusunnya.
"Lun, kita berdua duluan ya" ujar Anya sambil menenteng tas miliknya.
"Iya, kita duluan ya" Dinda ikut menimpali perkataan Anya.
Semua murid mulai keluar dari kelas, kini tinggalk beberapa murid laki-laki termasuk Darren yang menyelesaikan rangkumannya dipapan tulis.
Luna dan Zach sedari tadi hanya diam di meja pojok. Keduanya tidak ada yang saling bicara, mereka berdua memang berpindah tempat duduk dipojok kelas. Karena Darren masih ada dikelas merangkum tugas dipapan tulia.
"Apa yang ingin Lo bicarakan? " Tanya Luna sudah malas untuk berbasa-basi
Zach terlihat menimbang-nimbang perkataan yang akan dia keluarkan.
"Gue... "
°°°
T. B. C