Chereads / Cold Boy Paskibra / Chapter 46 - Episode 45

Chapter 46 - Episode 45

Zach melepaskan tinjunya pada Darren begitu saja, meninju pipi sebelah kanan Darren. Semua orang yang berada di situ syok tidak percaya Zach bisa berbuat kasar seperti apa yang mereka lihat saat ini. Apalagi ini terhadap Darren yang dikenal sebagai sahabat baiknya.

Darren yang mendapat pukulan itu menatap Zach tak kalah tajam. Tanpa diduga juga Darren membalas pukulan Zach, semua yang melihat tentu saja terkejut, melihat kedua sahabat yang saling bertengkar satu sama lain.

Dengan sigap Rama, Fajri dan Pandu langsung memisahkan mereka. Pandu menarik Darren keluar kelas dan Fajri menarik Zach ke tempat duduk guru. Sementara Rama ditengah-tengah berjaga-jaga jika kedua orang itu akan saling pukul lagi.

Zach dan Darren yang terpisah jarak jauh saja masih saling menatap tajam satu sama lain.

"Darren, lebih baik lo kembali kekelas lo dulu aja. Nanti, kita bicarain ini semua dirooftop atau nggak di ruangan Paskib" Rama berjalan mendekat kearah Darren yang masih dipegangi oleh Pandu. Rama menyuruh Darren untuk kembali ke kelasnya terlebih dahulu.

Darren hanya diam tapi menuruti perkataan Rama, ia melepaskan pegangan Pandu lalu pergi begitu saja kekelasnya yang memang hanya berjarak satu kelas dari XI IPA-1.

"Bro, lebih baik lo juga kembali kekelas lo deh. Sebentar lagi juga masuk ini" Rama juga menyuruh Pandu untuk kembali kekelasnya.

"Nantilah, gue mau masuk kelas lo dulu, pengen tau kenapa Zach bisa semarah itu sama Darren. Dan kalau gue balik kelas memang lo berdua bisa ngatasin anak itu" Pandu menolak untuk kembali kekelasnya sambil menunjukan jarinya ke arah Zach yang tampak masih emosi terlihat dari tangannya yang mengepal dan memukul-mukulnya kemeja.

"Kelas gue juga cuman disebelah, " lanjut Pandu. Dia hendak masuk kedalam kelas XI IPA-1 tiba-tiba saja bel masuk berbunyi. Sehingga mengurungkan niatnya untuk masuk.

"Udah sono, balik kelas Lo. udah masuk, soal Zach biar gue sama Fajri aja yang nanganin" ujar Rama sambil menepuk pundak Pandu memberi kode untuk tak khawatir.

......

Darren duduk dikursinya dengan keras tangannya menggenggam dan dadanya naik turun menatap kepintu. Tentu saja yang lain menatap dirinya aneh termasuk Luna yang duduk disampingnya, Luna tampak khawatir melihat temannya itu yang entah kenapa wajahnya memar seperti bekas pukulan.

Anya dan Dinda yang duduk dibelakang Darren menatap Luna seakan bertanya dia kenapa? Luna hanya mengangkat bahunya, dia juga tidak tahu Darren kenapa.

"Darren, " panggil Luna lirih merasa tak berani untuk bertanya.

Darren yang mendengar panggilan Luna, akhirnya mengalihkan pandangannya dan kini menatap Luna seakan bertanya kenapa.

"Lo kenapa? Kenapa wajah lo lebam begitu" tanya Luna penasaran.

"Emm, I.. ini" ujar Darren ragu sambil memegang pipi sebelah kanannya.

"Hayo Lo habis berantem ya" ujar Dinda tiba-tiba.

"Din, " tegur Anya. Karena ketika melihat wajah Darren, Darren seakan tidak ingin menjawabnya.

"Apa sih, " Dinda merasa kesal dengan Anya yang telah menegurnya.

"Bener kata Dinda, Lo habis berantem? Sama siapa? " Tanya Luna curiga.

Darren semakin bingung harus menjawab apa, tidak mungkin ia mengatakan kalau ia baru saja bertengkar dengan Zach. Bisa-bisa Zach semakin emosi padanya. Saat ini saja ia tidak tahu kenapa Zach bisa semarah itu padanya, apa karena waktu itu ia tidak sengaja mendengar percakapan Zach dan Luna yang mengatakan bahwa hubungan mereka hanyalah hubungan sandiwara.

"Darren, hello " ujar Luna dan Dinda bersamaan, saat mereka melihat Darren malah melamun tidak menjawab pertanyaan Luna.

"eh iya, maaf-maaf. Tadi Lo tanya apa? " ujar Darren saat tersadar dari lamunannya.

"Lo berantem sama siapa? " Luna bertanya lagi karena penasaran melihat temanya yang lebam di wajahnya.

"Gue, gue tadi... " belum sempat Darren menjawabnya guru sudah masuk kedalam kelas.

"Ada guru, gue jawab nanti" ujar Darren setengah berbisik pada Luna.

°°°°°

Jam istirahat akhirnya tiba setelah para murid melewati dua mata pelajaran tadi. Saatnya untuk mengisi perut mereka yang sedari tadi berbunyi minta diisi.

Seperti yang dibilang Rama tadi mereka akan membicarakan permasalahan yang terjadi diantara Zach dan Darren agar semua ini cepat berakhir dan alasan mereka bertengkar seperti tadi. Sungguh tidak enak omongan anak-anak yang membicaraka pertengkaran kedua sahabat itu, jika tidak diselesaikan maka bisa-bisa akan membuat seseorang terluka karena mendapat bullyan siswi-siswi yang tidak terima karena telah membuat kedua sahabat bertengkar. Rama walaupun belum mendengar apapun dari Zach maupun Darren, sepertinya sudah menyadari apa yang membuat Zach dan Darren bertengkar pasti ini menyangkut soal Luna.

"Ayo Zach, kita harus ke ruang Paskib" ajak Rama setelah guru keluar dari kelas mereka. Zach yang sedari tadi hanya diam duduk ditempatnya mendongakkan kepalanya melihat Rama.

"Kenapa kesana? " tanya Zach datar.

"Udahlah ayok, kita ikut Rama aja" Fajri langsung menarik lengan Zach agar berdiri.

Akhirnya Zach berdiri tapi melepaskan tangan Fajri dari lenganya. Lalu ia mendahului kedua temannya itu keluar kelas. Baru saja kakinya melangkah keluar Pandu sudah datang sambil merangkul bahu Darren. Zach yang melihat itu hanya menatap tajam, lalu tak menghiraukan kedua orang yang berjalan mendekatinya. Zach malah berjalan dulu meninggalkan ke empat temanya yang ada dibelakang dirinya, pergi terlebih dahulu menuju ruang paskib.

......…

Kini ruang paskib hanya ada lima orang itu, mereka semua sudah disuruh Rama untuk pergi dulu. Karena mereka berlima ingin memakai ruangan itu untuk berdiskusi. Tau sendirilah Ruang Paskib selalu menjadi tempat para murid apalagi anak paskib untuk menikmati waktu istirahat mereka. Sehingga harus disuruh pergi dulu baru ruangan itu sepi.

Merreka berlima duduk melingkar, Darren dan Zach duduk berjauhan dan tidak saling melihat satu sama lain mereka hanya diam tak bersuara.

Rama yang duduk ditengah saling memperhatikan Zach dan Darren bergantian.

"Kalian berdua gak ada yang mau bicara" ujarnya memperhatikan kedua orang itu yang saling diam secara bergantian.

Rama memang dikenal sebagai orang yang diam, tapi bijak serta cara pemikiranya yang dewasa. Pasti dia terus yang menyelesaikan masalah diantara lingkup pertemannya ini.

Fajri dan Pandu hanya memperhatikan saja, melihat Rama yang mulai membuka suaranya bicara pada Zach dan Darren.

"Ayo siapa yang mau bicara duluan? Jangan diam begini, kalian diam tidak akan menyelesaikan masalah. " Rama membuka suaranya lagi.

"Zach, lo dulu deh yang ngomong. atau nggak gue yang tanya" Zach hanya diam mendengar ucapan Rama.

"Oke deh, gue yang tanya. Gue gak mau basa-basi. Lo kenapa tiba-tiba mukul Darren,? " Tanya Rama langsung kepada intinya.

Zach seperti biasa diam, tidak mau menjawab hal itu.

"Kalo lo diem, ini semua gak bakal selesai. Lo mau ngerusak persahabatan kita, seorang sahabat yang pernah selalu buat lo tiba-tiba pergi dari Lo. gimana perasaan Lo, Lo pernahkan ngerasain kehilangan. Lo mau ngerasain lagi, kalau lo mau siap-siap aja, kita-kita orang mau menjauh dari Lo" ujar Rama menohok membuat Zach melihat kearahnya Yang lainpun juga melihat kearah Rama, bagaimana bisa Rama berani berbicara itu pada Zach sedangkan selama ini mereka berusaha menjaga perasaan Zach karena masa lalunya itu.

°°°°°°°

Luna sedang berada dikantin bersama kedua temanya menikmati santapan mereka. Terlihat dimeja ada dua piring somay, satu nasi goreng serta tiga jus jeruk. Itu semua yang akan mengisi perut mereka yang meronta-ronta untuk diisi sedari tadi.

"Eh, eh itu Luna kan. Gue denger dia udah putus sama Zach tau"

"Serius Lo, dia beneran putus sama Zach. Baguslah gue bisa deketin Zach dong"

"Baguslah mereka putus, Luna gak pantes sama Zach. Zach mungkin sadar kali kalau cewe kaya Luna tuh gak pantes buat dia"

Berbagai macam suara terdengar ditelinga Luna yang membicarakan dirinya mengenai hubungannya dengan Zach.

Tapi, Luna hanya diam saja menyantap makanannya. Untuk apa perduli omongan orang yang memang tidak menyukaimu, membuat pusing kepala saja. Hal itulah yang selalu Luna tanamkan dalam dirinya jadi ia bodo amat dengan itu semua.

Tapi berbanding terbalik dengan kedua temanya yang sepertinya merasa terganggu dengan ucapan mereka. Bisa dilihat saat ini Anya dan Dinda memperhatikan mereka tadi yang membicarakan Luna dengan tatapan tak suka.

"Gak usah dengerin mereka" ujar Luna pada kedua sahabatnya yang terus-terusan memperlihatkan tatapan membunuh.

"Lo serius putus sama Zach" tanya Anya memastikan apakah berita itu benar atau tidak.

Luna hanya tersenyum tidak mengiyakan dan juga tidak mengelak.

Membuat Dinda dan Anya saling tatap,

"Kok Lo malah senyum sih, iya atau nggak? " tanya Dinda yang begitu penasaran sekali.

"Udah ah, gue kekelas dulu ya. Somay gue udah habis" Luna mengabaikan pertanyaan Dinda, lalu ia undur diri untuk kembali kekelas terlebih dahulu.

.........…

"Gue minta maaf, " ujar Zach singkat setelah ia terdiam saat mendengar ucapan Rama tadi.

"Gue gak suruh lo minta maaf sama Darren, gue hanya pengen tau kenapa lo berantem sama Darren. Kalau lo minta maaf tanpa tau kebenaran pasti terulang lagi pertengkaran kalian seperti tadi" jelas Rama memperhatikan Zach. Bukannya dia membela Darren, ia hanya tidak ingi persahabatan mereka diwarnai dengan kesalahpahaman.

"Kalian berantem kaya gini ada sangkut pautnya sama Luna kan? " tebak Rama. Fajri dan Pandu langsung menatap Rama yang menebak seperti itu.

"Kan bener kata gue, ini pasti soal Luna yang deket banget sama Darren" celetuk Pandu dan langsung dibungkam oleh Fajri. Zach memperhatikan itu,

"Ishh, Lo bisa diem nggak sih. Liat tuh manusia es natap lo begitu. apa Lo gak takut" bisik Fajri ditelinga Pandu.

"Kalau lo ngira gue ada hubungan lebih sama Luna. Lo salah besar, gue sama Luna cuma temenan aja" Darren yang tadi diam membuka suaranya menjelaskan pada Zach.

"Bukan itu yang menjadi permasalahan gue, Tapi karena lo yang nyebarin gosip murahan tentang gue sama Luna kalau kita udah putus"

"Atas dasar apa Lo nuduh gue, kalau gue yang nyebarin"

"Siapa lagi kalau bukan Lo, yang denger perkataan gue sama Luna kemarin kan Lo" Zach masih saja menuduh Darren.

"Gue gak nyebarin itu, buat apa gue nyebarin hal gak penting. Ngapain juga gue kaya gitu sama sahabat sendiri. Sorry bro, gue bukan tipe teman makan teman kaya Yang viral waktu itu. Gue bukan musuh dibalik selimut. Gue pergi dulu, kayaknya lo butuh sendiri, dan omongin permasalahan lo sama Luna" Darren berdiri dari duduknya lalu pergi keluar ruang paskib meninggalkan keempat temanya yang masih berdiam mendengarnya tadi bicara.

°°°

T. B. C