Adit tertegun mendengar pernyataan Zafran. Apa yang dikatakan Zafran memang benar, lebih baik bucin kepada orang yang benar-benar tulus mencintai kita dan jangan sampai membuang-buang waktu bersama orang yang salah. Betapa sakit dan kecewanya diri kita ketika telah menghabiskan banyak waktu bersama orang yang salah. Kekecewaan bermulai karena kita terlalu berharap kepada orang lain. Ketika kita tidak mendapatkan hal yang kita harapkan, disitulah kita akan merasa kecewa.
Setiap perbuatan yang kita lakukan pasti ada karmanya, lebih tepatnya disebut balasan atas apa yang telah kita perbuat. Terkadang ketika kita melakukan sesuatu dengan kesadaran maupun tanpa kesadaran, disengaja maupun tidak disengaja, tetapi itu bisa saja membuat orang lain sakit hati. Di dunia ini memang tidak ada yang sempurna, tetapi setiap orang berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik.
Keinginan menjadi terbaik itulah yang membuat seseorang buta akan perbuatannya. Mereka akan melakukan dengan berbagai macam cara agar keinginannya tercapai tanpa menyadari bahwa perbuatannya bisa saja merugikan orang lain. Mereka terlalu ambisi untuk mendapatkan sesuatu yang ingin dicapai.
Seseorang yang ambisinya besar memang terlihat tidak baik dan kadang pula terlihat baik, semua tergantung dengan tujuan ambisi untuk mendapatkan kebaikan atau malah menjatuhkan orang lain. Belajar sungguh-sungguh memang harus kita lakukan ketika ingin mendapatkan sesuatu. Namun, pada saat itulah seseorang juga harus bisa bersikap bijak agar tidak merugikan orang lain.
Bersaing dalam kehidupan ini memang sering terjadi. Namun, bersainglah tanpa ada kecurangan. Jangan asal menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan sesuatu karena hal itu akan terlihat cupu di kemudian hari. Orang yang benar-benar mampu ataupun tidak mampu akan terlihat bagaimana cara kerja mereka.
"Gila banget nih anak, kesambet apa sih dia? pagi-pagi sudah punya kata-kata bijak banget," gumam Adit. Dia memandang punggung Zafran dari jarak jauh. Adit kira Zafran akan mau menerima ajakannya, tetapi dia malah meninggalkannya.
Apakah Zafran benar-benar akan tobat? lalu siapa yang akan menemaninya ketika cari perhatian tiap pagi kepada para cewek-cewek. Adit sadar bahwa dirinya tidak sefamous Zafran, bisa-bisa dia hanya mendapat mangsa sedikit tanpa adanya kehadiran Zafran.
"Woy, bro!" sapa Dirga sambil menepuk bahu kanan Adit.
"Salam dulu gitu, jangan malah bikin orang terkejut. Lo rela kalau gue masuk ke rumah sakit karena serangan jantung?" omel Adit.
Walaupun Adit seorang pria, dia memang suka mengomel-ngomel jika dirinya merasa diganggu. Dia paling tidak suka jika ada seseorang yang membuatnya terkejut. Bisa-bisa masih kecil terkena serangan jantung kalau setiap hari dibuat terkejut.
Bukannya tidak menghargai perasaan Adit, Dirga memang sering sengaja membuat Adit terkejut karena mau melatih jantung Adit agar tidak lemah. Memang terdengar konyol sih, tapi memang itulah tujuan pada pikirannya.
"Cupu banget lo!" ejek Dirga membuat Adit sebal.
Tangan kanan Adit mengepal kemudian menghantam dada Dirga. Eits, jangan salah sangka dulu, mereka tidak akan berantem kok. Memang seperti itulah cara mereka melampiaskan kekesalannya. Lagi pula Adit memukul Dirga tidak dengan kekuatan dalam.
"Cupu-cupu pala lo peyang! lo nggak tahu gimana rasanya terkejut, jantung gue rasanya mau lepas," ucap Adit merasa tak terima karena dirinya diejek.
"Masih rasanya, belum beneran, hahaha."
"Sinting! kalau gue mati gimana? ya kali masih kecil, jomblo, ngenes, kesepian mau mati duluan."
"Justru kalau lo mati, banyak orang yang akan perduli sama diri lo. Nggak percaya? silahkan dicoba dan gue adalah orang pertama yang akan menjadi saksi kesedihan banyak orang yang berada di sekitar lo," tantang Dirga.
Adit berdecak kesal. Ternyata seperti ini rasanya ketika bertemu dengan teman yang menyebalkan. Pria saja menyebalkan apalagi wanita, bisa-bisa kepala Adit akan botak karena terlalu banyak diuji dengan kesabaran.
"Lo saja dulu, ntar gue nyusul. Gue tahu kalau lo juga masih jomblo dan gue orang pertama yang akan menerima roti dari kematian lo, hahahaha."
Mereka berdua memang selalu tidak ada yang mau kalah. Jika salah satunya belum ada yang mengakhiri, mereka berdua akan terus berdebat. Memang kelakuan mereka berdua seperti wanita, banyak omong.
Di saat mereka berdua sedang berdebat, mereka tidak terlihat maco. Justru mereka malah terlihat seperti bencong. Untung saja ketika mereka berdua bertemu dan berdebat tidak ada wanita yang mendengarkan pembicaraannya. Kalau hal itu terjadi, bisa-bisa reputasinya hancur. Mau ditaruh mana mukanya? di balik seorang pria yang suka tebar pesona ada jiwa bencong di dalamnya. Gila sih, jangan sampai orang lain mengetahui itu.
"Makan roti saja nunggu kematian, situ nggak mampu beli roti harga seribuan? hahahaha."
"Diam deh, gue lagi mikir, itu si Zafran kenapa pagi-pagi sudah murung gitu, kayak kurang asupan?" tanya Adit.
Dirga menghembuskan napas kemudian tersenyum mengejek. Biasalah ciri khas seorang pria ketika merasa heran namun masih ingin terlihat cool di hadapan orang lain. Mereka ingin selalu terlihat dan dianggap keren di hadapan semua orang.
"Dia lagi bucin," jawab Dirga.
Sontak kedua mata Adit membulat sempurna. Ternyata tuduhannya kepada Zafran memang benar bahwa dia sedang dalam masa bucin. Pantas saja wajahnya terlihat sangat kusut seperti banyak beban.
Adit menggelengkan kepala tidak percaya. Zafran melakukan banyak perubahan demi orang yang dicintainya. Dia benar-benar rela berjuang demi cintanya. Apa sih yang membuat Zafran rela melakukan itu semua? tetapi tidak masalah jika selama Zafran berubah menjadi orang yang lebih baik.
Namun, Adit hanya takut jika suatu saat nanti Zafran ada masalah besar dengan orang yang dicintainya dan melampiaskannya dengan mengakhiri hidupnya. Jaman sekarang banyak orang yang mengakhiri hidupnya karena ditinggal pergi oleh orang dicintainya. Oh tidak, Adit segera menghilangkan pikiran kotornya itu.
"Lo yakin kalau Zafran masih bucin? gue lihat dia lagi banyak masalah. Pas mau gue ajak caper sama cewek-cewek, dia malah nolak dan katanya mau pensiun. Gila sih, ini bukan Zafran banget, padahal dia selalu nomer satu pas gue ajak buat caper," jelas Adit.
Dirga mencerna setiap kata yang Adit ucapkan. Sebegitu mudahnya Zafran berubah untuk Zea. Namun, orang yang diperjuangkan Zafran malah hilang entah kemana, kasihan sekali nasib dia. Di saat mau berubah justru malah hubungannya telah berakhir. Mungkin ini yang dinamakan kecewa selalu berada di akhir.
"Dia seperti itu karena Zea. Sudah dua hari Zea tidak ada kabar. Apa lo tahu dia ada dimana?"
"Gue nggak tahu. Gue saja jarang nyapa Zea dan memang sih sejak kemarin gue nggak lihat dia."
Dirga menghembuskan napas kasar. "Maka dari itu dia murung terus, gue kasihan banget sama dia. Nanti pulang sekolah gue, Zafran, sama Sintia mau ke rumah Zea, kita mau memastikan kondisi Zea."
"Oh gue ingat, terakhir kali gue lihat Zea itu pucat banget. Apalagi pas pertandingan antar kelas, gue lihat seperti ada sesuatu yang dia disembunyikan," ujar Adit mencoba mengingat kondisi Zea.