Chereads / BANG'SAT / Chapter 12 - PAHLAWAN KESIANGAN

Chapter 12 - PAHLAWAN KESIANGAN

Hari itu gue pulang sekolah bareng sama Dakota, seperti biasa gue selalu nyamperin dia ke kelasnya. Dengan tampang gue yang menggemaskan gue berdiri di depan kelas Dakota.

"Yuk Sat"

Dia sekarang udah enggak kaku, lihat ada gue langsung di gandeng. Jangankan kamu gandeng, di taliin aja aku mau!, di tarik, di ikat pun aku mau, asal kamu yang melakukan itu.

Udah 2 minggu gue dekat sama Dakota, gue lagi nyari waktu yang tepat buat nembak dia. Siang ini kita janjian mau makan bakso di dekat pangkalan angkot.

"Ayo sat, keburu ramai"

"Kamu bisa makan bakso?"

"Ya bisalah gue kan punya gigi"

"Maksud gue, lu enggak ada acara diet - dietan gitu, biar badan lu langsing kayak tiang bendera"

"Hahaha enggak lah. Lihat badan gue,

Katanya sambil menunjukkan tubuh yang begitu melekuk indah.

Badan gue kurang bagus emang?"

"Baguslah. Jangankan lu begini ta, andai lu gendut pun gue mau, mau dalam kondisi apapun itu gue akan selalu mau, asal itu bukan orang lain"

"Wuuuu gombal loe!", ucapnya sambil mengacak - acak rambut gue.

Untungnya warung bakso enggak terlalu rame, ada cuma anak - anak dari sekolah kita aja. Gue memesan 2 mangkok bakso, bakso urat dia dan gue bakso telur.

"lu suka makan di pinggir jalan?"

"Kalau sama Ifan, enggak. Dia enggak mau kalau makan di pinggir jalan"

"Aku mah makan apa aja mau asal sama kamu"

"Hahahaha wah gila sweet banget sih lu"

Bakso ini panas, tapi gue makin berkeringat ketika melihat Dakota mengikat rambutnya. Wah ini sih

bidadari.

Lagi asyik - asyik makan bakso sama Dakota, tiba - tiba ada angin ribut enggak di undang masuk ke tenda, membuat segalanya jadi rusuh dan kayak ngajakin ribut.

"Ngapain lu deket - deket sama dia"

Tangan Ifan menarik kasar tangan bidadari gue, wah enggak bisa ini! Enggak bisa. Gue pun langsung sigap berdiri merebut Dakota dari rahwana.

"Apa - apaan sih loe! Kasar banget!"

"Tau! Kasar banget"

"Lu enggak pantas sama dia, Ta!", seru Ifan.

"Maksud lu apa?, gue enggak peduli lu suka gue bareng dia atau enggak"

Dakota langsung mendekat dan merangkul mesra tangan gue. Ini nih yang gue suka.

"Lepas enggak!"

Ifan berusaha memisahkan kita, gue juga enggak mau kalah. Gue tendang aja dia pakai kaki kanan gue yang lagi enggak berhalagan.

Baaaakkk

"Wah sialan lu!"

"lu yang gelut duluan, Fan!"

Tatapannya mulai sengit, gue lihat tangannya udah mengepal saja daritadi. Dia mulai pasang kuda - kuda, lalu lari ke arah gue tapi

Zzzzrraaasshhhh

Air cucian mangkok bakso tertuang di atas kepalanya. Makan tuh kuah bakso!.

"Mau ngapain sama gebetannya Lola"

Ah tambah lagi bocah ini, mending enggak usah nolongin. Kalau dia mah, pasti setelah ini Dakota yang lecet.

"Wah lu songong ya!"

Ifan pun mulai bersiap menyerang Lola, entah kenapa dengan sigap gue menangkis tangannya dan berdiri tegap di depa melindungi Lola dengan tubuh gue.

"Oh jadi lu yang mau berantem", ucap Ifan yang komoknya jadi bertambah songong.

Gue pun dengan mudahnya menghalangi pukulannya dengan telapak tangan gue, gue juga bingung kenapa gue jadi 2x lebih kuat ya! Apa ini efek air tajin yang ketuker sama susu tadi pagi. Tangan kanan yang gue tangkis, eh tangan kirinya mukul gue

Bwakkkk

Pipi gue yang berharga akhirnya ternodai oleh tangan Ifan yang begitu bedebah.

"kok Bang Sat di pukul!", omel Lola yang sekarang lagi berdiri tegak sambil berkacak pinggang di depan Ifan. Duh ini cewek belagu banget, gue nya lemah dianya malah nantangin.

"lu mau gue pukul juga"

Bwakkkk

Braaakkkkk

Ajaib!, Lola dengan machonya nendang Ifan sampai jatuh tersungkur bersama kursi - kursi bakso yang tidak ikut berdosa. Gue pun terperangah, ini cewek?. Enggak sampai situ, belum sempat Ifan bangun dia udah ambil celah buat mengancam dengan menempatkan kakinya di atas dada Ifan.

"Awas ya kalau kamu berani lagi! Aku rusak tulang rusuk kamu!"

Sadissss, ini dia sosok apaan! Waw gue enggak pernah lihat yang kayak gini.

Akibatnya si Ifan lari tunggang langgang ninggalin kita. Kudu terimakasih seharusnya, tapi gue takut dia baper nih. Lola berbalik badan dan berdiri di hadapan gue, matanya menyorot tajam kayak mata pahlawan bertopeng yang mau mengeluarkan sunat laser.

"Makanya kalau pacaran jangan di tempat umum!"

Dia berpaling gitu aja lalu cabut, untung aja si Dakota enggak di recokin. Dakota langsung deketin gue sambil mengelus pipi gue, Auto dusta dong gue pastinya.

"Sakit, Ta", keluh gue.

"Duh Maaf ya", ujarnya yang sentuhannya jadi semakin lembut. Asyik, rezeki anak soleh.

"Yuk pulang yuk"

Akhirnya kita pergi dari warung bakso dan nyegat angkot buat pulang. Beda dengan gue yang ngangkot, si Lola masih ngelihatin gue dari kaca mobil Alphardnya. Gue mah romantis aja deh dia angkot, kan kita berjuang dari bawah.

"Duh maaf ya. Si Ifan emang liar"

"Gapapa. Asal kamu gapapa"

"Besok aku bakal labrak si Ifan"

"Jangan, Ta, nanti kamu di apa - apain, biar aja udah jangan balas jahat"

Padahal guenya aja yang lemah,

"Ya ampun Sat, lu baik banget deh"

Ini namanya lemah membawa berkah.

"Udah kamu turun duluan aja"

"Mau nganterin sampai rumah kamu, Sat"

"Enggak usah. Gue bisa sendiri, nanti loe capek. Gih sana"

Dia akhirnya turun duluan, Gue juga ikut turun, dia agak bingung sih melihat gue ikutan turun.

"Kok lu ikut turun, Sat?"

"Mau mastiin aja kalau lu aman sampai masuk ke rumah"

Dia tersenyum lalu berbalik badan dan berjalan masuk ke gerbang rumahnya. Dia kasih senyuman manis ke gue sebelum dia benar - benar hilang dari pandangan gue. Rasanya kayak ada manis - manisnya gitu.

***

Malam itu bokap mau pergi terbang, biasalah agak drama gitu sama nyokap. Pelukkan ciuman, gesek - gesekkan.

"Ma, Papa pergi ya jangan nakal di rumah"

"Papa, nanti kalau Mama kangen kirimin foto ganteng ya Pa?", kata Mama sambil nyender di pundak Papa.

"Kamu juga setiap hari kirimin foto Sexy ya, Ma"

Apakah ini termasuk pornografi?, mereka melakukan itu di depan anak mereka loh! Kalau gue trauma terus ikut - ikutan sange gimana?. Kan ada pepatah yang bilang, buah jatuh enggak jauh dari yang dagang.

Papa pergi sambil narik kopernya, melambai - lambai dengan Mama yang menangis hingga bersimpuh di lantai, remote mana remote? Mau gue ganti acaranya.

"Bye bye Mama"

"Paaapaaaa huuu hiks hiksh"

Jebrettt

Pintu di tutup (bacanya pakai efek suara KRL bisa kan kalian?).

"Enggak usah lebay kali Ma"

Mama gue bangun sambil mengusap air matanya,

"Kamu enggak pernah tahu rasanya di tinggal orang yang kita cintai"

Mama berlari masuk ke kamar. Please Ma, udah 20 tahunan lebih Papa kayak gitu, masih aja berasa kayak kemarin sore.

Gue masuk ke kamar, gue lihat Esmel lagi bersantai di rumahnya.

"Esmel, Esmel main yuuukk"

Perlahan antena Esmel mulai terlihat dia keluar dengan goyangan pantatnya yang lucu. Gue segera mengambilnya dan meletakkan di atas telapak tangan gue.

"Mel, aku mau ngomong sama kamu. Sebelumnya maaf, karena kenyataan ini akan buat kamu Baper.

Si Esmel udah mulai mundur dengan antena yang mengarah ke gue.

Jadi, aku itu sebentar lagi punya pacar"

Ssssssrrrrtttttttttty sssssrrrtttttttttt

Tiba - tiba aja sayap Esmel mengembang lalu mengepak - ngepak, kemudian dia mengudara yang sebelumnya nemplok dulu di jidat gue. Dia terbang tinggi, muter - muter di kamar.

Sssssssrrrrrrrttttttt

"Esmel jangan jauh - jauh"

Dia terbang semakin tinggi lalu merayap di langit - langit kamar. Gue jadi enggak sanggup ngejarnya, gue terus berlarian sambil terkadang naik - naik ke lemari dan meja.

"Esmel aku tahu kamu terluka, tapi tolong ngertiin aku. Aku ini manusia Esmel, aku juga butuh cinta. Kembalilah Esmel"

Dia diam lalu perlahan merayap dinding, perlahan gue mengulurkan tangan dan menggapainya. Hap, ke tangkap juga. Dengannya yang masih gengsi, dia jaga jarak sambil membelakangi gue.

"Ayo dong mel, aku juga butuh pacar manusia"

Dia terbang lagi, tapi kali ini dia masuk ke rumahnya.

Esmel! Esmeralda!"

Dia masuk dan tidak menunjukkan antenanya lagi, riweuh memang kalau cewek udah ngambek. Gue jadi gelisah sambil bertopang dagu di kasur, kan

gue jadi galau.

***

Digo udah menghadang gue di tengah jalan ketika gue mau ke bawah untuk sarapan. Dia menunjukkan wajah yang sangar dan nampak kesal.

"Bang, tunggu"

Dia menghadang gue sambil membusungkan dada. Ini anaknya bambang ngapain juga?.

"Mau ngapain sih? Gue mau sarapan, terus mau ngejar bus gratisan"

"Kenapa si Lola?"

"Kuotanya habis kali, makanya jadi Lola"

"Bukan jaringan, tapi Lola tambatan hati gue"

"Bbrrrppp hahahaha bahasa lu cong cong. Ngemil aja masih kinder joy"

"Jawab!", dia mulai bentak.

"Santai dong! Gue kutuk lu jadi sepatu converse baru tahu rasa. Ya lu tanya aja sama orangnya! Mana gue tahu"

"Dia cerita sama gue kalau dia galau karena abang!"

Bocah ini sudah gila! Dia mengajukan diri jadi teman curhat gebetannya yang jelas naksir gue?, kebanyakkan ngemil bibit bayam ini orang.

"Heh dia cerita sama lu? Curhat? Ngapain lu tampung, Bambank!. Lu kan naksir dia"

"Cinta itu tidak harus memiliki Bang"

"Tapi kalau sakit bukan cinta namanya"

"Tapi cinta itu buta bang"

"Bukan!. Cinta itu rabun jauh, kalau lu enggak pakai kacamata bakal burem kelihatannya. Makanya pakai kacamata lu! Baru deh jelas semuanya"

"Gue hanya bisa itu bang. Cuma itu yang bisa bikin gue dekat sama dia"

"Jangan jadi bucin deh lu"

Yah walaupun gue juga bucin, tapi ya adik gue jangan lah.

"Gue enggak bucin bang, tapi cinta gue enggak setengah - setengah. Karena cinta gue bukan nasi di warteg, yang bisa di pesan setengah"

"Bagus tuh jadi thread di twitter"

"gih nanti retweet. Eh tadi kan gue bahas si Lola"

"Ck udahlah Go. Gue cuma suka sama Dakota"

Gue buru - buru pergi karena bisa ketinggalan bus gratis. Lama - lama ini rumah bakalan pecah hanya karena cinta.

Saat gue berdiri di halte, gila ini halte sepi banget enggak ada orang. Apa gue enggak tahu kalau semalam bumi diserang Zombi. Gue berdiri lama di halte bus tapi enggak ada orang, kemudian ada seorang kakek lewat. Dih ini kok kayak di film, gue di Prank ya? Gue celingukkan mencari kamera.

"Hei nak, kamu nunggu apa?", tanya Kakek itu.

Biasanya kalau di film gitu ini kakek jelmaan malaikat, atau jin sakti habis itu gue di kasih anugerah wajah ganteng biasanya.

"Nunggu bus sekolah kek", ucap gue dengan penuh kelembutan sampai 7 lapisan.

"Hahaha mana ada de. Ini kan hari minggu"

Apa? Gue salah? Gue bego ya?, pantesan aja si Digo tadi cuma pakai boxer. Dia juga enggak kasih tahu gue lagi kalau ini minggu, bedebah! Adik durjana.

Akhirnya gue balik lagi ke rumah dengan penuh kekecewaan yang tidak berdasar. Gue melangkah di bawah terik matahari yang menyorot, menyilaukan ketampanan gue yang hakiki. Tapi, tiba - tiba.

"Lu pasti yang namanya Satria?"

"Bukan!, gue bijaksana"

Gue lanjut jalan melewati segerombolan anak berandalan yang bawa rantai, bambu runcing, pisau dapur dan gunting kuku.

"Bukan, bro"

Bodoh nama gue Satria Bijaksana Wibawa, seketika gue langsung lari se kencang - kencangnya.

"Woy dia kabur berarti bener tuh dia Satria"

"Kejarrrrr!!!!!"

Gue berlari kencang, melompati pagar, gerobak buah segar, menyenggol tukang sayur, masuk ke pasar.

"Eh de pelan - pelan larinya!", teriak ibu - ibu.

Duh mana ada lari pelan? Di kira jalan santai. Gue terus berlari, dengan mereka yang terus mengejar. Gue melompat di tukang daging, melewati ikan laut, menyenggol tukang jamu.

"Mas, senggolannya mancung banget"

Apa sih mbak bohay!, gue terus berlari. Melewati sekelompok ayam yang sedang meeting.

Pok pok pok pok pok pok pok pok

kuk kuk kuk

Sorry yam, gue ganggu.

Petok petok petok pok pok piyek piyek

pok pok pok kuk kukuk....

Mungkin ayam itu sedang ngatain gue bangsat. Lalu sampailah gue di ujung gang, yang penuh waria. Tiiiiidddddaaaaakkkkkkkk, ini malapetaka! Ini cobaan hidup! Gue harus gimana? Gue bagai di pintu neraka!!!!!. Gue menengok ke belakang, ada maut, ke depan juga ada maut. Ya Allah, kirimkanlah malaikat untuk hamba. Gue berlutut dan bersimpuh sambil mengadahkan tangan sambil menutup mata. Aku sudah putus asa, mungkin ini akhir dari segala perjalanan gue! Gue kena kuwalat karena Author (author be like 😍).

"Bang Sat"

Alhamdulillah ya Allah ada malaikat yang kau kirim, gue buka mata gue. Lalu terlihat siluet perempuan berambut pendek, perasaan gue enggak enak.

"Lola!"

Dia berdiri di depan gue sambil memamerkan senyum bocah ciliknya. Yah udah aja, habis nyawa gue.

"Woy itu dia!"

Gawat mereka datang, gue pun langsung buru - buru berdiri dan dengan refleks tangan gue menarik Lola, gue mengajaknya berlari dan bersembunyi di rumah tripleks yang ada di dekat sana. Kami menyamping dengan dia yang ada di ujung pintu.

"Kenapa kita lari?"

"Mereka ngejar gue!"

"Siapa?"

"Ssstttt gerombolan itu. Dia mau ngeroyok gue"

Dia menatap gue sejenak, lalu dengan leluasa dan tanpa berdosa dia keluar. Ya ngapain bodoh!.

"Hei!"

Hei katanya? Ini bocah otaknya udah lama enggak di masukkin kulkas kali ya? Meleleh dan mengalir seiring urine. Gue ngintip mereka yang sudah berdiri berjajar di depan Lola. Lari dora! Lari! Teriak gue, tapi di dalam hati.

"Mana cowok tadi?"

"Tuh!"

Dia nunjuk ke dalam, gila ya ini cewek! Bangsat!. Udah tamat lah novel gue, gue pun keluar perlahan. Mereka udah siap senjata dan wajah sangar. Mama dan Papa, maafin Satria yang kadang enggak ngasih kesempatan kalian buat bikin adik.

"Kalian mau apa sama Bang Sat?"

Ini cewek pakai segala nanya, kalau bawa senjata tajam apa kelihatannya mereka mau ngajak gue duet nyanyi lagu celengan rindu.

"Gue mau kasih pelajaran sama bocah itu"

"Kalau belajar ya di sekolah", sahut Lola.

"Eh lu itu perempuan, enggak usah ikut campur"

Kalian tahu daritadi gue cuma bisa apa? Diam, mematung tidak bergeming melihat kesilauan pisau dapur yang di pegang.

"Kalian maju, Lola panggilin banci ya?", ancam dia.

Ini anak mau ngancam atau main gelitikan, ya enggak mungkin lah mereka takut banci. Salah satunya celingukkan, berjinjit melihat sekumpulan waria yang sedang berkumpul.

"Iya coy ada banci"

"Mana ? Mana?"

Mereka pun penasaran dan bergantian melihat ke arah depan.

"Ses ses", teriak Lola memanggil banci - banci itu.

Banci itu menoleh mereka tersenyum menggemaskan lalu berjalan ke arah kita.

"Kesini, lari lari lari"

Mereka lari terbirit - birit, ya mereka sudah lari lalu gue?. Gue menelan ludah bersamaan dengan Lola sambil tatapan mata.

"Bang, sebenarnya Lola juga takut banci"

"ya ngapain lu panggil, cangak!"

Waria itu semakin dekat dan gue menarik tangan Lola mengajaknya berlari.

"Aaaaaa larrrrriiiiiiii!!!!!!"

"Hey mas, mas kok lari sih. Iya sih hey Mas"

Gue berlari bersama Lola keluar dari Gang, dan mengambil arah berbeda dengan para preman itu. Mereka ke kanan gue lari ke kiri. Enggak bisa di percaya, gue lari - lari bersama Lola yang seharusnya gue lari sama Dakota. Authornya ngajak ribut!. (author : 💩).

Kita terus berlari, enggak tahu dimana intinya daritadi gue lurus terus, enggak ada nama jalannya, ya namanya juga dunia novel kalau penulis menggambarkan jalan gatot subroto enggak akan bisa, kasihan jangankan gambar jalanan, jalan hidupnya aja enggak bisa di gambarkan. (author : hai anak muda, bedebah kau🙄).

"Bang, tunggu aku capek"

Lola berhenti sambil membungkukkan badan dengan nafas yang tersengal - sengal.

"Nanti kita hom!"

"Kita kan lari ke arah beda"

Lola menepi ke trotoar lalu duduk mengatur nafas, kasihan ini anak nafasnya senin kamis gitu. Gue pun ikut duduk,

"Kenapa lu ada di pasar?"

"Enggak tahu. Authornya yang bikin Lola tiba - tiba ada di pasar"

(author : anggap gue enggak ada, sempak! Bisa acting enggak sih loe!😤)

"Sssttt lu jangan gitu jawabnya, ini cerita kita lagi ditulis lalu akan di baca di wattpad, nanti setelah itu Follower IG kita naik. Gue tanya ulang ya. Kenapa lu ada di pasar?"

"Aku ikutin Bang Satria, tadi aku ada jauh dari halte memperhatikan Bang Sat dari jauh, eh Abang lari yaudah aku ikutin"

Lu tahu gue lagi di kejar sama orang daritadi kenapa baru tadi nolongnya!, dasar cangkang kura - kura bertabur bubuk keju. 🐢: aku di panggil. (author : ini ngapain coba kura - kura sebelah masuk ke scene gue! Hah!!!😠😡😫)

"Kenapa ikutin gue? Kenapa enggak nolong gue!"

"Aku pikir Bang sat lagi main biasa sama temen - temen"

Entah gimana masa kecilnya, hingga segala arit, pisau, di jadikan mainan biasa! Apa waktu dia kecil dia main sama cobra?.

"Ya mana ada main biasa bawa arit!"

"Siapa tahu aja lagi main sawah - sawahan"

Oke cukup, ini tidak akan selesai kalau gue masih waras.

"Ya gue memang lagi main, simulasi pembunuhan"

Gue merasa lelah bicara dengan anak ini, udahlah gue cabut.

"Udah ah gue mau pulang"

Dia langsung bergerak cepat berdiri dan menggandeng tangan gue.

"Ngapain sih loe!"

"Mau melindungi Bang Sat, kalau di film atau di novel cowok yang jadi malaikat pelindungnya. Kalau disini biar Lola aja, gapapa"

Lu bikin novel apa sih thor! Masa gue di lindungi sama Marshmallow kayak dia.

(author : apa ya? Gue lagi makan Indomie 🍜)

And then, gue naik mobilnya dia. Gue numpang sama cewek yang gue tolak mentah - mentah.

"Bang aku boleh tanya?"

"Asal enggak nanya berapa jarak bumi ke matahari?"

"aku udah tahu yang itu"

"Kalau di rumah, pembantu lu masaknya pakai remahan bubuk RPUL yang di sobekin ya?"

"Pakai mecin. Abang itu harus banyak makan mecin biar cerdas"

"Itu malah bikin bodoh!"

"Enggaklah. Kan pakai Mecin, Mecintai kamu"

Apa sih ini cewek! gombal tapi wajahnya datar kayak presentase di Lab IPA.

"He he he he", sumpah gue kepaksa ini ketawanya.

"Aku mau tanya, kalau aku jadi kayak Dakota, Abang suka aku kan?"

"Jangan! Eh setiap orang di ciptakan berbeda. Kalau loe berubah jadi Dakota gimana coba keluarga loe, masa pulang - pulang wajah loe berubah"

"Cuma gayanya aja"

Dia kayak Dakota? Jelas enggak! Dakota enggak pernah nginjak kaki atau teriak manggil waria.

"Tetap enggak bisa. Cinta itu dari hati! Paham?"

Dia ngangguk, entah ngerti atau enggak itu urusan dia. Gue di turunin di depan rumah gue.

"Mau Lola anterin sampai depan kamar?"

"Enggak sekalian bobo bareng?"

"Belum boleh"

"Gue juga enggak mau!"

Gue keluar dan langsung masuk gerbang tanpa bilang terimakasih. Sampai di rumah Mama dan Digo memperhatikan gue.

"Udah sekolahnya?", tanya Digo dengan polosnya.

"Udah"

"Sekolah di mana?"

"Hogwarts. Mereka enggak pernah libur kan kalau sabtu sama minggu"

Hari ini benar - benar enggak banget, lupa hari, di kejar preman, di kejar banci dan yang lebih parah harus seharian sama Lola!. Apa Author ini enggak bisa di bukakan pintu hatinya, agar gue dan Dakota jalan bareng?.

(author : 🛀)