Chereads / BANG'SAT / Chapter 10 - KENCAN PART II

Chapter 10 - KENCAN PART II

Mereka berdua sibuk berdebat, berebut genre film yang akan di tonton. Udah banyak orang yang kesal di belakang karena kelamaan mengantre. Gue sampai panik, bahkan keringat dingin gue deras kayak air terjun.

"Woy! Buruan!", teriak orang dari belakang.

"Keburu mulai filmnya!"

Tapi, cewek - cewek ini masih sibuk berdebat, bahkan mereka ngomelin orang yang marahin mereka.

"Berisik lo! Sana cari bioskop yang lain", sahut Dakota.

"Harus film horror!", kata Lola.

"Enggak bisa!. Komedi! Kudu!"

"Heh! Ngalah dikit dong sama yang lebih muda!"

"Lo yang harusnya hormat sama yang tua!"

"Bendera kali! Lo enggak lebih suci dari bendera!"

"Eh kurang ajar lama - lama"

Dakota menjambak rambut Lola dengan keras. Tak mau kalah Lola pun membalas.

"Woy! Udah!"

Gue menarik mereka ke luar dari antrean. Pertengkaran mereka tetap berlanjut.

"Lo harus ngalah!", seru Dakota.

"Kakak yang harus ngalah!"

Gue benar - benar kepusingan!. Pantas ya orang betah jelek!, jadi orang ganteng ribet begini.

"STOP!", seru gue.

"DIEM LO!", balas mereka.

Anjir malah gue yang di nyolotin. Haduh gue kudu gimana!. Perempuan memang selalu benar dah!.

Dua orang satpam menghampiri kita lalu memisahkan mereka. Mereka tetap berusaha memberontak dan berusaha memberikan perlawanan.

"Berhenti!", tegas seorang satpam.

Akhirnya mereka berhenti dengan keadaan yang berantakkan. Pipi mereka lecet, rambut acak adut, eyeliner luntur, ileran.

"Lebih baik kalian keluar daripada membuat keributan", perintah seorang satpam yang sangar.

Gue merasa malu dan tidak enak hati. Gue pun menarik tangan mereka untuk gue ajak pergi.

Gue bawa mereka ke luar dari bioskop. Gue pun terengah - engah menarik mereka, 2 cewek langsing kalau jadi satu berat juga ya!.

"Gara - gara lo! Kita gagal nonton!", protes Dakota.

"Heh! Kakak juga ikut mendukung keributannya!"

Yailah mereka ribut lagi!. Gue buru - buru berdiri di tengah - tengah mereka.

"Stop! Stop!. Gimana kalau kita ganti tempat kencan aja? Atau nontonnya di rumah gue?"

Mereka saling melihat, secara bersamaan mereka menggandeng tangan gue.

"Ayo!", seru mereka.

Haduh! Gue pasti di kira orang pakai pelet kalau kayak gini.

***

Dengan sangat terpaksa gue bawa mereka ke rumah gue. Daripada gue harus jadi buron karena bikin keributan di dalam bioskop. Tangan gue enggak mereka lepaskan daritadi, bahkan sampai masuk ke dalam rumah.

"Sat", mama melotot, terkejut melihat anaknya yang pulang - pulang bawa 2 anak perawan orang.

"Hah?. Kamu habis pasang pelet dimana? Lepas nak! Nanti kamu susah mati", kata Mama.

Boro - boro pasang pelet, masang sempak aja kadang masih bingung mana yang depan, mana yang belakang.

"Siang, Tante", sapa Dakota lalu menyalimi Nyokap.

"Selamat ketemu lagi tante", sapa Lola dengan lambain tangan dan tangan satunya masih megangin tangan gue.

"Lagi?", tanya Dakota bingung.

"Iya. Sayangnya, Mama nya Bang Sat udah dekat sama Lola, Lola pun hari ini nginep di sini"

"Aku juga mau nginep!", ujar Dakota dengan tegas.

Mama semakin terperangah tak berdaya. Apalagi gue, rasanya kayak keselek halilintar waktu dengar keinginan Dakota.

"Sadar, Nak. Kamu itu cantik, tapi anak mama enggak terlalu tampan, mending pikirin lagi", kata Mama.

"Enggak, Tante. Ini udah fix, aku enggak bisa biarin Dora Live Action ini berduaan sama Satria!"

Mama mulai sempoyangan sambil megangin kepalanya.

"Mama enggak nyangka anak mama bakal ada yang poligami", Mama menghela nafas dan kembali masuk ke dalam.

Gue menyetel film di ruang tamu, karena mereka rebutan antara komedi dan horror akhirnya gue putuskan untuk nonton Tayo aja.

"Hey! Hey tayo he Tayo dia bus kecil ramah", Lola menyanyi dengan heboh sambil bergoyang. Gue pun enggak bisa nahan ketawa nontonin dia.

"Hahahaha"

Dia langsung melihat ke gue, tapi sumpah gue enggak bisa berhenti ngakak.

"Akhirnya Lola bikin bang Sat ketawa. Lola senang"

Seketika gue diam, gue melihat Dakota. Dia terlihat kesal dengan bibir yang menkerucut.

"Gue juga bisa"

Dia berdiri di depan gue, ngikutin Lola.

"Hey Tayo, Hey Tayo dia bus kecil ramah"

Jujur gue spechless. Karena suaranya lebih jelek dari Lola tapi tertolong kok karena wajahnya yang cantik. Lola ketawa melihat dia.

"Hahahaha suaranya jelek banget", ejek nya.

Dakota nampak tidak terima. Dia langsung menarik ikatam rambut Lola.

"Ih Lola kan enggak kasar"

Sebelum mereka ribut lagi, gue langsung berdiri di tengah - tengah mereka.

"Etttss kita cari kegiatan lain aja"

Mereka berdua saling ada otot mata. Petaka!. Ternyata enggak selamanya enak jadi anak ganteng.

Akhirnya gue bawa mereka ke taman belakang. Mama pun sudah menyiapkan camilan dan jus di meja taman. Kita duduk dengan gue yang jadi pemisah mereka.

"Besok - besok enggak usah bawa dia deh!. Kencan kita jadi enggak manis, padahal ini kan first date", adu Dakota.

"Iya. Besok kita berduaan aja", jawab gue menenangkannya.

"Enggak akan bisa selama ada Lola", sahut Lola.

"Tahu diri ya!", balas Dakota.

"Beli kaca aja di Miniso"

"Dia itu rasanya pengen gue tabok"

"Sabar, nanti cantik kamu luntur", ucap gue menenangkannya.

Suara siulan datang ke taman belakang. Suara si kapten America nih.

"cuit cuit... Satria, nyulik darimana tuh?"

"Hai, Om", sapa Lola.

"Hai, nikmati jadi orang ketiganya ya, Lol"

Tak lama si Digo ikut nimbrung. Dia berdiri di samping Papa memperhatikan kita. Wah, makin gawat. Dakota berdiri, dia memandangi Digo dengan mata yang bersinar lalu dia tersenyum. Nah loh, pertanda apa ini! Apa ini pertanda kalau cerita gue akan semakin rumit.

"Kencan ya, Bang?", tanya Digo dengan satir.

"Ehm bukan. Lagi wawancara"

Digo terlihat kesal, dia berbalik dan masuk ke dalam. Tak lama setelah pergi Dakota kembali duduk.

"Siapa?", tanya Dakota.

"Adik gue"

"Jomblo ?"

Tuh kan, kenapa jadi ke tukar gini?. Gue nengok ke Lola. Dia nampak tersenyum menyindir.

"Udah deh. Bang Sat itu di takdirkan untuk Lola", katanya.

***

Sore harinya Dakota pamit pulang. Sejak lihat Digo dia jadi berubah pikiran. Setelah itu dia juga jadi nanyain Digo mulu, bikin gue jadi bete.

Setelah gue antar Dakota sampai taksi, Lola nunggu di balik pintu.

"Masa yang katanya tulus sama bang Sat nanyain cowok lain?", katanya.

Sumpah nyebelin banget ini anak. Udah perasaan gue lagi waspada, gara - gara dia jadi darurat.

"Sana ke kamar lo!", kata gue lalu pergi.

Dia ngikutin gue sampai masuk ke dalam kamar.

"Ngapain lo ikutin gue, Dora!"

"Kak Dakota itu cuma lagi sedih aja. Dia jadiin bang Sat pelampiasan"

"Terserah, yang penting gue sayang sama Dakota"

"Kalau kak Dakota beneran sakitin bang Sat, dia akan aku jambak"

"Heh heh! Jangan sentuh tuan putri gue"

Dia ambil tangan gue lalu di elus - elus ke rambutnya. Gue merasa aneh dan langsung narik tangan gue.

"Ngapain sih lo! Aneh!"

"Yang tuan puteri bang Sat itu ini", katanya sambil menunjuk diri sendiri.

Dia pun berbalik dan meninggalkan kamar gue. Alhamdulillah, gue tenang sejenak.

Malam harinya, gue gelisah sambil guling - guling di ranjang. Gue gelisah mikirin Dakota yang enggak ada kabar. Apa iya dia suka Digo?. Dia berubah pikiran. Gue telentang menatap ke langit - langit. Jangan - jangan ini Karma!. Gara - gara Lola, gebetan gue malah suka sama Digo. Rumit banget jalan hidup gue. Author, lo ada masalah apa sih? Ribet banget bikin cerita gue.

Author be like "Ini kok gue lagi makan nasi padang, leher gue merinding. Ada makhluk halus yang ngomongin gue ya?"

***

Tengah malam gue merasa haus. Gue beranjak dari tempat dan berniat mengambil minum di dapur. Begitu ke luar dari kamar, gue berpapasan dengan Digo yang juga sedang memegang gelas kosong.

"Haus juga?", tanya gue.

Dia hanya mengangguk. Duh perasaan gue jadi enggak enak.

"Abang haus? bukannya tadi siang udah dua?", sindir nya.

Gue meletakkan gelas gue. Gue pasang wajah serius berhadapan dengan dia.

"Gue enggak kasih kesempatan Lola, tapi dia ngejar gue terus"

"Kasih kesempatan aja, dia baik kok"

Dia sudah selesai menuang air dan hendak beranjak pergi. Segera gue menahan tangannya.

"Gue enggak akan nyakitin adik gue dengan cara ambil gebetannya"

"Lola tadi ngomong sesuatu sama gue"

"Dora itu ngomong apa?", tanya gue penasaran.

"Dia bilang, Cinta itu tidak bisa di paksa. Dan gue mengerti, Bang", Digo menepuk pundak gue. "Gue sportif kok"

Dia melepaskan pundak gue lalu pergi. Gue menghela nafas lalu menepuk jidat. Ngapain sih itu Dora ngomong gitu, kan jadi bikin adik gue putus asa!. Apa gue kurang tegas nolaknya?. Oke, gue akan cari cara untuk memperjelas lagi. Persaudaraan gue enggak boleh berantakan hanya karena sebatang Lola, itu akan memalukan!. Dasar, Dora Live Action!.