Pagi itu, gue masih merasakan nyamannya kasur gue. Gaya tengkurap, pantat nungging, seperti dunia hanya milik gue dan bantal guling gue.
Tok tok tok....
"Bang Satria!, sekolah yuk!"
Dengan mata yang masih tertutup gue menghapus iler gue. Gue garuk - garuk kepala enggak peduli sama mimpi yang ada suara si Dora.
"bang Sat, ayo sekolah"
Gue duduk di atas kasur, menguap dan mengulet.
"iya ini gue bangun, udahan ngapa mimpinya!"
Dengan mata yang masih ogah melek gue turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.
Gue ke luar dari kamar mandi dalam keadaan tampan. Meskipun dari lahir pun gue udah tampan, tapi air PAM di rumah gue menambahkan kadar ketampanan gue.
"du du du du"
Gue memakai seragam di depan kaca besar lemari gue.
"ah mantab!. Ganteng banget gue!"
Gue mengalungkan dasi tanpa di ikat. Gue sisir rambut gue ke belakang sambil di oles pomade.
"duh gue terlanjur tampan", puji gue ke diri gue yang di kaca.
Gue gendong tas ransel gue, pakai sepatu di depan pintu. Tangan gue berusaha meraih gagang pintu.
Ceklek...
"inalillahi, subhanallah, Allah hu Akbar!. Jangan muslihatkan saya wahai dakjal!", teriak gue karena melihat sosok perempuan berambut seperti Dora yang ada di depan pintu.
"ih ini Lola!"
Gue menutup pintu, berdiri di baliknya.
"jadi suara tadi itu nyata! Bukan fatamorgana!"
Ceklek...
Gue ke luar lagi dari kamar.
"ayo kita berangkat sekolah bareng, bang Sat"
Lah enak amat ini anak ngomong!. Kayak enggak ada beban hidup!. dia enggak tahu habis ini gue bakal banyak beban.
Digo lewat depan kamar gue, sama - sama sudah siap berangkat ke sekolah. Lola berbalik lalu menyapa dia.
"halo calon adik ipar"
Anjir. Gue enggak tahu gimana remuknya perasaan Digo saat ini. Gue menelan saliva, memandang Digo tanpa dosa. Gue yakin habis ini bakal ada azab setelah dia berdoa.
Digo pergi tanpa berkata apa - apa. Bahkan nyumpahin gue aja enggak. Nah yang begini gue takuti, jangan - jangan nanti malam gue bakal di santet.
"lo ngapain sih!. Kerajinan amat!", omel gue.
"ini namanya usaha. Usaha itu harus sebanding dengan gaya. Lola udah kayak pacar, bang sat belum?"
Gue akui ini hari dia agak cantik, bibirnya mengkilap kayak kaca mobil baru di semir.
"lo mau audisi?"
"iya, Audisi pacarnya, bang Sat"
"serah lo ae dah"
Gue berjalan melewati dia. Dia berjalan di belakang udah kayak bayangan.
Di meja makan gue terus di cuekkin sama Digo.
"Digo berangkat"
Bahkan dia pergi ke sekolah duluan, meskipun biasanya juga gitu.
***
Sejak di rumah sampai di sekolah, dia terus ngikutin gue di belakang. Udah kayak bodyguard, padahal badan kecilan dia.
"udah napa! Pisah! Udah sampai sekolah!"
"kan belum sampai kelas!"
"jangan!. Bikin malu lo. Sana lo pergi"
Kalau dia sama gue terus, dia bisa menghilangkan kesempatan gue buat nempel sama Dakota.
"hai, Sat!"
Pucuk di cinta, nasi ulam pun tiba. Dakota pun datang di antara kita. Wajah Dakota yang cerah mendadak bad mood melihat Lola.
"lo ngapain?", tanya Lola.
"jalan bareng sama bang Sat"
Dakota merangkul lengan gue.
"Sat, ke kelas bareng yuk!"
Gue jalan bareng Dakota ninggalin Lola. Tapi dia masih aja ikutin dia.
"dia kayak bayangan deh, Sat. Seram!"
"udah biarin. Dia yang mau"
Gue sama Dakota pun terus berjalan tanpa menghiraukan dia.
***
Ternyata dia enggak bosen ngikutin gue. Bahkan sampai gue pulang sekolah gue harus sebus sama dia.
"kapan sih lo bosen?", tanya gue ke dia yang sekarang duduk di samping gue.
"sampai Lola tua"
"semoga besok lo udah tua!"
Gue turun di halte dekat rumah, lalu dia ikutin gue dari belakang dong. Ini anak ngapain sih? Gue jadi berasa kayak tulang yang di kejar guguk.
"lo ngapain lagi coba?"
"silaturahmi"
"belum lebaran!"
"menjaga hubungan baik sama Mamanya Bang Sat"
"yaudah jadian aja sana sama nyokap gue"
Dia terus ngikutin sampai ke dalam rumah. ya udah kayak bayangan aja gitu. Ini gawat kalau Digo lihat, bisa terjadi perang bubat. Gue pergi, duduk di ruang tamu. Tiba - tiba dia hilang, datang tiba - tiba hilang pun tiba - tiba, benerkan dia ini jin!.
Baru gue bilang dia suka tiba - tiba, lalu tiba - tiba saja di ada di meja makan. Bantuin nyokap gue menata makanan. What! Ucapan dia enggak becanda, mampus gue! Alamat nikah muda nih. Gue bakal viral enggak sih karena nangis di pelaminan sambil di iringin soundtrack crayon shinchan.
"eh Satria. Kamu habis pesugihan ya? Kok di ikutin sama cewek cantik"
Apaan pesugihan! Malas amat orang pesugihan dapat peliharaan dia. Dapat duit enggak malah ngabisin pembalut.
"iya itu Satria dapat dari ale - ale Ma. Hadiah gosok itu loh"
"enggak kok, Tante. Lola ini hadiah dari tuhan buat Bang Sat"
"bbbrrrpppp uhuk uhuk", Untung gue keselek ludah bukan gigi geraham.
Hadiah dari tuhan? Gue baru tahu kalau dia ada magang jadi malaikat pencabut nyawa. Ini anak lahirnya pasti lewat sedotan besi nih, enggak di cuci lama jadi tetanus gitu kena karat.
"tuh kan Sat, manis banget lagi. Udah terima aja, udah enggak laku itu jangan belagu"
Wah nyokap ngeremehin gue sebagai buah dari upilnya. Ini gue anaknya bukan sih? Woy kasih info please tentang biaya Tes DNA. Langsung inbox aja ke Author (enggak usah ngerepotin gue Sat ๐). Sekedar info, Authornya jomblo. (introspeksi Sat๐). Ini alasan Author jomblo, karena dia jutek. (episode berikutnya loe mati ye Sat๐). Jangan Thor kan gue belum di cium Dakota, masa aspal duluan yang dapat.
Baik gue teruskan cerita gue, dia nebeng makan siang sama kita. Iya gue dan keluarga gue, kalian mengerti kan kalau gue di akui sebagai keluarga. Digo lagi Les jadi dia belum pulang, kalau udah pulang gue bakal siap tombak, pedang, sama perisai. Karena ini rumah bakal jadi medan perang.
Sejak di mulainya sesuap nasi masuk ke gua basah yang gue namakan mulut, itu cewek enggak pernah berpaling memandangi gue. Gue geser kekanan, matanya gerak ke kanan, gue geser kiri, matanya ke iri, gue berdiri, matanya naik, gue jongkok, dia malah masuk kolong meja.
"Bang Sat ngapain?"
"latihan nari"
"emang Bang Sat ikut eskul tari?"
"enggak. Gue nge Band"
"oh megang apa?"
"bass betot"
Gue pun berdiri dan kembali duduk, kelamaan jongkok bisa keluar cepirit gue.
"Bass betot itu suaranya kayak gimana?"
"teot teot"
ya mana ada Band main bass betot!, gue heran kenapa dia bisa dapat predikat pintar?, jelas pemahamannya kurang!.
Selesai makan siang, dia bantuin nyokap gue cuci piring. Mungkin besok dia yang akan mencuci kancut gue.
"assallamuallaikum"
Gawattt, saudara datang. Gue gelagapan buat sembunyi, lari ke kanan enggak jadi, lari ke kiri enggak jadi. Alhasil gue cuma kayak orang yang lagi nari rambo yanbe ramko, aronawa ole...
"lo ngapain bang?", tanya Digo.
"lagi latihan jaga gawang!"
"gawang apaan?"
"sepak takraw"
Digo geleng - geleng melihat tingkah gue yang pecicilan kanan kiri kayak vacum cleaner. Lagian ngapain juga ya gue lari?. Gue berdiri tegak, lalu jalan ke kamar. Kasihan si Esmel belum makan siang.
Si Esmel udah galau aja daritadi, udah kayak baru ketemu mantan di pelaminan. Padahal mayoritas dari mereka itu kawin lari.
"maaf ya Mel, Babang lupa"
Dia buang muka dan enggak mau lihat gue, cuma pantatnya aja yang goyang - goyang. Wah gawat nih! Dia birahi.
Ceklek...
"bang Sat"
Lama - lama gue ganti kunci kamar gue pakai sidik jarinya Dakota nih.
Dia jalan ke gue, ngapain coba?.
"apaan!"
"boleh enggak Lola masuk?"
"beli tiket dulu sana di loket"
Dia keluar lagi dan celingukkan ke samping kanan - kiri.
"mana loketnya?"
Tepok jidat gue!. Ya lo kata gue pesut sirkus mau di lihat kudu pakai tiket.
"enggak ada lah bodoh! Yaudah masuk"
Dia masuk, duduk di samping gue, matanya lihat ke atas, kanan, kiri, bawah.
"kalau pulang sekolah itu ke rumah! Enggak usah mampir - mampir"
"di rumah enggak ada orang"
"lo tinggal di kebon kosong memang?"
"enggak. Papa kerja"
"Mama?"
"Mama sama Papa tiri"
Dengan entengnya dia bilang Papa tiri, udah kayak punya nyawa 9. Tapi bodo amat juga, enggak kepingin tau juga.
Dia melirik ke rumah Esmel, wah gawat kalau nanti Esmel di cabuli. Dia mulai beranjak dan melangkah mendekat. syuuttt gue cepat - cepat peluk rumah Esmel, si Esmel aja sampai mau datang bulan kali karena begitu kagetnya.
"ngapain sih lo?"
"itu apa?"
"teman sejati!"
Kepalanya menggeliat berniat mengintip si Esmel yang sedang merasa terancam.
"aku juga punya hewan peliharaan! Nanti aku bawa, kita main bareng ya"
Bodo amat Bambank, gue enggak sudi!. Kalau sampai dia pelihara hama wereng kan bahaya buat populasi Padi. Meski mereka udah jarang nongol di TV.
Ceklek
"Bang lihat sempak gue enggak?", tanya Digo yang tiba - tiba masuk.
Seketika gue dan Lola menoleh ke arah kedatangannya.
Bila masa, tlah tiadaaaa aaa kereta kencana datang tiba - tiba ๐ถ
Brakkkk
Dia menjatuhkan semua kancut bolongnya, dia berdiri jadi patung melihat gue dan gebetannya. Mamam gue!.
"mulai hari ini kita putus Bang"
Dia berlari keluar sedang gue berusaha mengejarnya.
"tunggu rayi!!! Ini tidak seperti yang kamu bayangkan"
Kita berlari berkejaran di lorong rumah,
Mengapaaaaa aku beginiiiii,
Janganlaaahhh kau pertanyakan ๐ถ
Dia berhenti di depan kamarnya, yang jaraknya cuma setapak dari kamar gue tadi. Itu tadi larinya cuma kebutuhan panggungnya author doang coy. (author๐).
"gue bisa jelaskan, gue enggak godain dia, dia aja yang kecentilan sama gue, serius. Enggak ada apa - apa kok, dia masih perawan, hymen nya enggak gue jebolin. Asli"
"udah lah bang. Udah gue bilang dia enggak suka sama gue"
Mendadak suasana jadi melow, tampang dia jadi sengsara banget.
"gue juga enggak suka sama dia, Dig"
Dia masuk ke kamar dan menutup pintunya.
"Digo, Digo kamu jangan kecewa"
Si Dora berlari menyusul kita, semua ini gara - gara anak itu.
"kancut bolongnya Digo ketinggalan"
Gue memalingkan wajah karena ogah melihat wajahnya, kamu terlalu pahit untuk masuk ke dalam keluargaku Lola.
***
Enggak tahu gimana lagi ceritanya dan kegiatannya, apakah dia sudah menemukan peta yang pastinya begitu malam itu cewek udah enggak ada. Ya mungkin kontraknya sebagai manusia sudah habis, jadi dia berubah lagi menjadi seekor kepik.
"selamat malam anak - anakku, yang setengah ganteng dan seperempat ganteng. Karena full ganteng hanya milik Papa ha hahaha"
Hoaaammm ini kapten America udah balik. Bokap balik dari tugas terbangnya. Langsung duduk di kursi dan makan bareng sama kita.
"kok muka benih - benih Papa jadi kusut gitu kayak Tas KW. Kenapa?"
"kurang berfotosintesis, Pa", jawab Mama asal.
"wah gawat kalau gitu!"
Bokap langsung berlari ke gue sambil membawa Hp, dia mendempetkan wajahnya lalu cekrekkk, cekrekkk,
cekrekkk....
"nah udah tuh, tetep aja Papa yang full ganteng", katanya sambil menunjukkan hasil jepretan selfinya.
Sumpah gue mau tanya ke kakek, gimana dulu caranya Papa lulus sekolah? Pakai ujian National atau ujian Bangao?.
"oya Pa, tadi anaknya Kapten main kesini?"
"si Lola?"
"iya"
"ngapain?"
"PDKT sama Mama. Padahal Mama maunya PDKT sama Papanya"
"oh gapapa Ma, Papa juga lagi PDKT sama Mamanya Lola"
Seketika nyokap langsung menancapkan garpu trisulanya di atas ayam panggang utuh yang ada di meja makan.
"Papa!"
"ya kan sama - sama"
"tidur di luar!"
"jangan dong Ma. Mama enggak kangen sama si jalu?"
"ah iya Mama kangen, yaudah di pending dulu deh berantemnya"
Andai setiap anak dapat memilih keluarga saat dia masih jadi sperma. Gue mau pilih keluarga yang setidaknya tahu jawaban 1+1 11.
"ngapain si Lola kesini Ma?", tanya Papa lagi.
"itu, Lola kan suka sama Satria"
"innalillahi wainnalillahi rojiun"
Maksudnya apa? Gimana coba gimana?, jadi gue yang bikin bencana buat Lola gitu?. Gue yang bakalan dapat bencana, btw.
"jangan gitu dong pa sama anak. Mendingan kan kalau si Satria ini di taksir cewek"
Iya iya iya. Tolong DM please tutorial cara mencoret nama sendiri di kartu keluarga.
Wajah Digo masih asam saja daritadi, Asamnya aja sampai ngalahin sayur asem nyokap yang udah basi dari dua hari yang lalu. Dia mundur dari kursinya, pergi ninggalin makanan yang ada di piringnya. Gue berasa durhaka deh sebagai kakak.
Selesai makam malam, gue berniat nyamperin Digo ke kamarnya.
"Digo!"
Di depan pintu kamar tertulis.
Digo lagi jalan - jalan ke mars!
Jangan di ganggu!.
Gue pun jadi sedih melihatnya. Hanya karena Lola dia jadi gila. Lihatlah, dia sudah mulai berdelusi.
****
Terimakasih, buat yang sudah mampir ke karyaku ๐. jangan lupa rating ya๐.
atau mau saran - saran juga boleh ๐