Chereads / BANG'SAT / Chapter 6 - KESEMPATAN PERAK

Chapter 6 - KESEMPATAN PERAK

Ketika gue berjalan melewati lorong dekat tangga, gue lihat Dakota yang sedang menangis di depan pacarnya. Anjir gebetan gue di apain!.

"tapi Fan, aku sayang sama kamu"

"tapi aku bosan sama kamu. Udah ya, kita selesai"

"Fan, gapapa deh kalau kamu mau selingkuh tapi kita jangan putus"

"ah gue udah enggak mau lagi sama loe. Kita putus! Titik!"

"Fan!", Dakota berteriak sambil mengis tersedu - sedu.

Ifan pergi meninggalkan Dakota melewati gue, gue langsung tangkap tangannya lalu gue tarik dia ke hadapan gue.

"ada urusan apa loe?", tanya dia melotot.

Bwakkk

"buat loe yang udah bikin gebetan gue nangis"

Mampus, gue bogem!. enak aja cewek se cantik Dakota di sakitin.

Dakota berlari menghampiri kita berdua.

"Sat!", seru Dakota sambil menarik guw untuk menjauhi Ifan.

"sorry Ta, gue gak ikhlas kalau ada yang nyakitin loe"

Gue tarik kerah kemejanya sampai ia berdiri berdapan dengan gue lagi.

"Vangke loe"

Belum sempat dia memukul, tapi tangan gue lebih lincah dan bisa menangkis tangannya. Segera gue lempar dia hingga membentur tembok.

Bukkk,

Gue berjalan mendekat lalu memberikan dia peringatan.

"ini enggak seberapa dari apa yang bisa gue lakuin! Awas loe! Jangan bikin gebetan gue nangis lagi!"

Gue mengusap keringat gue, lalu pergi tanpa membantu Ifan berdiri. Biar aja dia ngesot!.

"Satria..."

Asyikkk bidadari gue berlari mengejar gue, gue harus tungguin.

"udah gak usah bilang terimakasih",

"thanks", lalu gue di peluk.

Anjay gue di peluk sama Dakota, demi apa ini demi apa!. Enggak akan gue cuci baju ini. Gue juga enggak bakal mandi, langka ini bro. Harus ritual dulu 1000 malam baru dapat yang beginian.

"hiks hiks hiks Makasih ya, Sat"

"iya sama - sama. Sudah jangan nangis lagi"

Dia melepas pelukannya lalu gue menghapus air matanya. Tangan gue nyentuh pipi Dakota, lalu menghapus air matanya.

"jangan nangis, nanti bumi hujan kalau kamu menangis"

Tangan Dakota meraih tangan gue lalu di genggam.

"ternyata lo sayang banget ya sama gue", ucap Dakota

Enggak akan gue cuci ini tangan gue. Perlahan wajah Dakota mendekat. chuppss.

"bye.. Nanti pulang bareng ya"

Anjir, itu apaan? Bibirnya Dakota asli? Dia cium pipi gue!.

"Yes ciat ciat ciat"

Gue lompat - lompat jejingkrakan di koridor sekolah sambil joget - joget holahop. Rezeki mah emang enggak kemana!. Dakota yang sudah jalan menoleh lagi ke belakang. Dia tersenyum lalu kasih wink. alamak, meleleh gue.

***

Sepulang sekolah gue jemput dia di depan kelasnya. Gue berdiri tepat di depan pintu, supaya dia enggak usah susah payah menemukan gue. Tak lama dia datang menghampiri gue.

"Sat, kan gue bisa ke kelas loe"

"kamu jangan lelah, biar aku saja"

Teman - temannya bergerumun di dekat Dakota lalu melihat gue. Mereka suka ya sama gue? Apa gue mau di gilir?.

"loe pulang sama Satria Ta?", tanya salah satunya.

Dakota beranjak ke samping gue, tangan gue pun di gandengnya.

"iya"

"kok tiba - tiba loe mau sama agen coro ini?"

eh btw dia tahu darimana gue ada hubungan baik sama coro?.

"terserah gue lah"

Dia pun langsung menarik tangan gue.

Kita berjalan bersama sambil bergandengan tangan. kayak raja dan ratu lagi blusukan ke pasar. sumpah ini kayak mimpi. gue terharu

Di tengah jalan kita ketemu sama Ifan yang wajah gantengnya di hias lukisan tangan karya gue. Dia melirik sinis ke arah kami berdua, Dakota pun buang muka seperti ogah melihatnya. Sekali - kali menang mah wajar ya kan?.

"kenapa kamu putus sama Ifan?", tanya gue kepo.

"dia selingkuh"

"oh. Aku enggak kok"

Dakota cuma tersenyum menanggapi gue.

"mendung", kata gue sambil memandangi wajahnya.

"ah masa?", tanya dia yang tidak percaya sambil mendongak ke atas.

"iya kan?"

"mana sih? Cerah tahu!", katanya sambil memandangi langit.

"mendung!"

"cerah, Sat"

"enggak usah nengok ke atas, begini aja kelihatan"

Kepalanya pun turun lalu melihat ke arah gue.

"langitnya kan di atas, Sat"

"itu langit orang lain, langit aku mah beda lagi"

"ha ha ha"

Akhirnya dia jadi 1000 kali lebih cantik.

"dasar tukang gombal!"

"enggak. Aku kan tukang nyontek"

"hah?"

"nyontek cara film buat bikin kamu senyum lagi"

"oh hahahaha"

Kami pun berjalan lagi, tak lama Ifan lewat dengan membonceng Karen di atas motor kerennya. Dakota melihat mereka dengan tatapan nanar.

"Ta"

"kenapa?"

"apa rasanya di boceng pakai motor nungging kayak gitu?"

"ya berasa keren aja"

"oh cuma keren aja. Kirain berasa jadi anak sultan"

"hahaha ya enggak lah. Anak sultan kan naik tandu yang berlapis emas"

Tenang Ta, si Ifan cuma bikin loe terlihat keren. Tapi, gue akan bikin loe terlihat seperti anak sultan.

Jalan bareng Dakota membuat gue merasa jadi manusia paling beruntung di dunia, meskipun aslinya gue sial terus. Gue harap semua baterai jam habis serentak satu dunia, supaya waktu bisa berhenti berputar. Duh Dakota, kamu bagaikan sari alang - alang bercampur lidah buaya, berkilau dan menyegarkan tenggorokan.

"eh itu ngapain dua - duan!", seru seseorang yang kehadirannya benar - benar tidak gue harapkan di saat kayak gini. Dia akan merusak kesempatan gue. shit!.

"ngapain Kak Dota dekat - dekat sama Bang Satria!"

Yeelah ini Dora ngapain lagi sih? Apakah dia kelihangan peta?. Segala cewek gue di panggil Dota. Gue tepok jidak lalu tersenyum seribu terpaksa, berusaha ramah tapi asli nafsu banget masukkin ini anak ke dalam karung.

"gini Ya, sepupunya Diego. Adik kelas itu tolong agak jaga jarak dikit sama senior"

Enggak ada permisi atau spada, itu bocah nyempil di tengah dengan congor bebeknya. Dengan kasar dia menyenggol Dakota hingga terpental, eh itu pusaka gue ngapain coba di nodai.

"loe apaan sih!", ujar gue sambil memegangi Dakota yang bentar lagi mau nyium Aspal. Enggak ikhlas gue masa gue yang Prospek tapi Aspal yang Closing.

Si Lola lalu memisahkan tangan kami. Gila, ini anak udah kayak ibu tiri. Dengan PD nya dia menggandeng tangan gue.

"aku cemburu kalau Bang sat deket - deket sama cewek ini"

Ya apa urusan loe munah? Kan bukan pacar. Ini anak terlalu agresif apa dia di setting untuk jadi matador ya? Nyereduk mulu hawanya.

"ya gue kan bukan pacar loe!"

"tapi Lola suka, Bang sat"

"iya bukan berarti loe bisa gangguin gebetan gue!"

"Lola cuma menempatkan kejujuran diatas segalanya"

"loe mah frontal bukan jujur!"

"yang penting Lola enggak munafik"

"ya tuhan gue enggak ngerti bahasa apa yang bisa dia mengerti?"

"daritadi kan Lola ngomong pakai bahasa Indonesia"

"kesalah bukan ada di bahasa, tapi di usus 12 jari!"

"kenapa ke usus?"

"iya, karena pencernaan loe kurang lancar!"

Gue menarik tangan Dakota lalu pergi ninggalin si bocah petualang itu. Gue harus jauhin Dakota dari dia, atau nanti dia jadi lecet.

"gue sebel deh sama cewek itu, rokes banget", protes Dakota.

"ya maklum lah gue kan orang ganteng"

"hahahaha ya ya ya"

Dakota berlari mendahului gue sambil ketawa - tawa. Gue langsung kejar dia dong dan langsung berdiri di samping dia. Kan gawat nanti kalau dia di kira orang gila, kalau di sampingnya ada gue kan, kesannya jadi dia tergila - gila karena gue. uhuy.

Gue hanya bisa sebatas mengantarnya pakai bus sekolah. Ya setajir - tajirnya Ifan dia cuma bisa naik motor, enggak naik bus. Semahal - mahalnya motor enggak akan semahal bus sekolah yang di beli sama pemerintah. Jadi tahu dong siapa yang tajir?.

"kamu udah tahu kan apa bedanya aku sama ifan?", tanya gue ke Dakota yang lagi melihat pemandangan.

Kenapa dia enggak lihat wajah gue aja sih?, apa dia belum paham kalau wajah gue lebih indah dari hamparan taman bunga Cibodas.

"iya tahu, Ifan ganteng tapi loe tengil"

"bukan. Ifan pakai motor, gue pakai bus. jadi loe enggak kena debu. Masa cewek secantik loe di debuin, jangan! mending di hallalin eh!"

"hahahaha loe itu harusnya jadi pelawak aja, Sat"

"gue kan enggak lucu"

"apaan orang daritadi gue ketawa mulu karena loe"

"itu bukan lucu, tapi semacam pesona. Kalau loe ketawa ya berarti, selamat anda telah terpesona"

"hahahaha, Satria - Satria"

"bang kiri ya"

Bus berhenti, lalu Dakota berdiri. Dia akan turun duluan di pintu masuk komplek yang gue tahu itu rumah harganya mahal semua.

"hati - hati ya"

"iya. bye"

Dia melambai ke gue dan menebar senyumannya. Kok dia enggak salim sih? Padahal gue baru cuci tangan pakai dettol, jadi bersih dari kuman.

"gue duluan ya sat"

"eh.. Kapan kita bisa satu rumah?"

Dia cuma tersenyum berlalu pergi dari pintu bus. Ekor bayangannya aja udah cakep, Dakota Dakota.

Bus berjalan lagi, lalu ada satu sosok tidak enak yang muncul dari belakang dan duduk di samping gue.

"astagfirullah, ada siluman ular kerdil"

"aku Lola!", protesnya.

"ya ngapain sih?"

"mau pulang bareng sama Bang Sat"

Ini anak!. Gue harus cari lampu ajaibnya nih, biar dia gue masukkin terus gue lempar ke gurun sahara. Udahlah bosan gue, gue diem aja.

"memang Lola harus cantik kayak Dakota ya supaya Bang Sat bisa naksir?"

"ye enggak juga. Naksir itu dari hati"

"coba sisain hatinya sedikit buat Lola"

Anak ini kira hati gue sambal geprek ya?, kalau udah gak kuat di sisain!.

"ya enggak bisa gitu Lola. Kenapa kamu enggak sama Digo aja?"

"kan naksir itu pakai hati, hati Lola sudah sama Bang Sat"

Aduh, susah ngomong sama anak TK yang terperangkap di badan belia. Yaudah deh terserah apa kata dia aja.

"tapi hati Digo buat kamu"

Gue berdiri karena bentar lagi sampai di halte.

"sorry, tapi gue enggak bisa bersaing sama adik sendiri"

Gue berjalan ke dekat pintu bus. Bus berhenti, anak itu masih memandangi gue dengan mata yang berkaca - kaca. Sorry, tapi harus kayak gini. Mungkin gue akan kena azab lagi nanti, Karena bikin Lola nangis. Tapi setidaknya gue enggak kena azab karena bikin adik gue nangis.