Chereads / BANG'SAT / Chapter 4 - BIANG..... GULA

Chapter 4 - BIANG..... GULA

Gue duduk di bangku gue dengan tenang, lalu memantau ke kursi belakang. Hemp bisa atur strategi. Bukan Satria namanya kalau akalnya cuma satu.

"Dim, ikut gue"

"ngapain?"

"bawa tas lu"

Gue dan Dimas berjalan ke bangku yang ada di belakang Dira. Si cewek pintar yang bisa gue begoin ha ha ha (tertawa jahat).

"sstt pindah loe ke tempat gue"

"mau ngapain sih?", protes dua cewek yang duduk di belakang Dira.

"mau gak?", gue mengeluarkan jurus andalan. Coklat internasional oleh - oleh dari bokap gue, beruntung emang punya bokap yang kerjaannya terbang - terbang.

"mau, sat"

"pindah sana"

Dengan senang hati mereka merampas coklat gue dan duduk di bangku gue. Gue mencolek Dira dan menggodanya. Dira kelihatan Bete saat gue mengedipkan mata ke dia. Karena kalau mata gue sudah berkedip itu pertanda, akan terjadi sebuah kerusuhan massal yang akan membuat suasana porak poranda.

"anak - anak, ibu harap kalian sudah siap dalam ulangan"

"Sudah bu!!!!"

Guru mulai membagikan soal, lalu anak depan mengoper ke belakang. Saat Dira mengoper ke gue, gue mengedipkan mata lagi padanya. Dia langsung balik badan.

Kita mulai mengerjakan soal, kalau kayak gini gue kerjain aja yang gampang - gampang dulu. Kayak aljabar atau mengurutkan bilangan desimal, sisanya minta pencerahan.

"Dira, cantik. Nengok dong! Babang Satria kangen nih"

"berisik tau!", dira nengok ke belakang.

"minta pencerahan dong!"

"itu namanya nyontek"

"ck cuma orang yang sok suci bilang itu nyontek. Sesungguhnya itu amal"

"makanya belajar"

"lu enggak tau betapa sibuknya gue, Dir. Pulang sekolah gue bikin pisang goreng buat di jual, habis itu ngumpulin koran bekas, terus tusukkin sate, kadang nyuci baju tetangga. Hiks hiks maklum lah, lu kan tau bokap gue bangkrut"

"ih iya iya. lu jangan bikin gue mewek dong. Nomor berapa?"

"lembar jawaban lu di bentangin ke gue"

"ck iya"

Dira memperlihatkan lembar jawabannya ke gue. Tanpa beban rumah tangga gue pun menyalin apa yang gue butuhkan. Deny pun juga ikut bergabung.

"Satria!", tegur guru.

"mampus gue"

Dira cepat - cepat meletakkan lembar jawabannya ke atas mejanya. Guru itu berjalan mendekat ke gue. Tapi gue? Santai saja.

"kamu nyontek ya?"

"siapa bu?"

"kamu?"

"saya?. Ibu kenapa sih curiga banget sama saya? Apa saya mirip mantan pacar ibu?"

"banyak omong kamu. Sini lembar jawaban kamu"

Guru mengambil jawaban punya gue,

"punya kamu juga Dira", Dira pun ikhlas gak ikhlas kasih jawabannya ke guru.

"nah kan kalian nyontek?"

Gue pun segera bangkit dari kursi gue. Gue menghela nafas,

"ibu kenapa sih suudzon terus sama saya?"

"memang benar kamu nyontek kok! Nih jawaban kamu sama?"

"mana bu?"

Gue pun mengambil kedua lembar jawaban itu. Gue melihat segala penjuru kelas seakan memberi kode kepada semua teman gue yang melihat ke arah gue. Dan gue mengedipkan mata kiri gue.

"wah iya sama!. Wah Dir, lu nyontek gue ya?", kata gue pake urat.

"dih kok gue sih!", Dira berdiri dan emosi.

Deny pun berdiri dan mengambil jawaban anak sebelah.

"wah ini juga nih. Lu nyontek gue ya!", tuduh Dimas.

"eh kagak. Bae bae bacot lu"

Lama - lama semua bergerak dan saling menuduh hingga terjadi keributan. Itu juga di manfaatkan untuk mengambil jawaban teman sebelah agar bisa di salin dengan leluasa.

"wah lu juga nih, nyontek gue ni"

"eh sembarangan lu"

"sini gue lihat. Wah ini juga nih wah lu parah"

"wahhh parah - parah"

"woy lu juga ya! Wah sini coba lihat. Tuh kan sama"

'/'"3$*?""6#:+:6?*'3"'6'6'"*?:6:+'6"@¿6"(3¤~_~£ndjaksjlajkqideemjudeyshakoauwfehskskelaldjalzksjjwkwlsllalskuwuqksk.

"eh diam semua!"

Msiajdjasllwkerhkwosujsjxklodejadawjndgamxjvmjdgwjllpwksldlzbdiakwaswiojslp

Percuma aja bu gak bakal di dengerin ahhaahhah itu yang namanya kode kerusuhan. Bukan Satria namanya kalau akalnya cuma satu.

***

Saat jam istirahat guru tadi masuk ke kelas. Dengan mata sembab dia mendatangi gue.

"Satria!, kamu bikin saya terluka!"

"duh maaf, bu. Tapi sejak dulu saya hanya cinta Dakota, ibu cari murid ganteng lain aja"

"heh! Ngaco kamu!"

Ibu guru melotot ke gue. Gue pun segera memasang wajah menawan nama tahu bisa bikin dia berubah pikiran.

"ibu akan hukum kamu!. Berdiri di tengah lapangan, hormat ke tiang bendera sampai pulang sekolah!"

Karena gue maskulin, gue langsung berdiri dan ke luar dari kelas. Dimas tampak sedih melihat kepergian gue.

"Satria!. Jaga dirimu baik - baik!", serunya.

Duh malu gue!. Gue cuma ke lapangan, bukan di suruh ke korea utara.

Gue berdiri memberi hormat pada tiang bendera. Menikmati terik matahari yang seakan godain gue, "hai, cowok ganteng". Tuh, matahari aja godain gue, masa Dakota no respon.

Beberapa menit setelah jam masuk, Dakota berjalan ke arah toilet lewat depan gue. Dia menoleh memandangi gue.

"aku baik - baik saja kok, Dakota", seru gue.

Dia menaikkan kedua bola matanya, lalu berjalan menghampiri gue.

"lu ngapain?"

"berbakti pada nusa dan bangsa"

"di hukum?"

"bukan. Memberi hormat pada bendera bukan hukuman tapi kebanggaan. Dakota, bangga kan punya gebetan kayak gini"

"hah?, mimpi!. Terusin gih kebanggaannya"

Dakota berbalik, kibasan rambutnya tak sengaja mengenai wajah gue. Rasanya?, ah mantap!. Dia berjalan meninggalkan gue. Ya gapapa yang penting udah dapat rambut.

Lama - lama matahari ini semakin bernafsu sama gue, terasa kian menit kian panas. Siapa yang bikin jelous sih nih?, efek nya bikin panas satu dunia. Mata gue nyaris enggak bisa melek. Tapi, mendadak ada yang teduh gitu.

swinggg swinggg

Eh kok ada angin, angin. Eh kok rasa enak.

"adem kan?"

Eh eh eh, seperti ada suara - suara yang tidak gue harapkan nih. Gue pun menoleh, ternyata Dora ABG lagi berdiri mayungin gue, sambil pegang kipas mini yang ala - ala korea. Pantas lah semeriwing.

"ngapain lu di sana?"

"berbagi penderitaan dengan, bang Sat"

"halah enggak usah. Sana balik ke kelas"

"Lola udah minta di hukum sama, Pak guru"

"kurang kerjaan ya lu!. Ngapain anak baik di hukum!"

"tadi Lola bisa jawab soal di papan tulis, terus sebagai hadiah Lola minta di hukum"

Haduh, ini anak masih sodara sama Patrick star ya?. Ngadi - ngadi!. Bisa jawab soal malah minta di hukum.

"bentar lagi juga kelar!. Pergi sana!"

"enggak!"

Ini anak tetap ngotot berdiri di sambil gue sambil megangin payung. Duh apa kata tetangga kalau kayak gini.

*****

Bel pulang berbunyi, akhirnya hukuman gue selesai. Ibu guru itu mendatangi gue.

"udah kamu pulang sana!. Awas jangan jadi biang gula lagi di kelas!"

"hah?"

Ibu guru pergi. Tapi si Dora masih ada.

"udah. Balik"

Dia mengangguk lalu pergi. Akhirnya gue terbebas dari beban kehidupan.

***

Ketika hendak pulang, gue lihat Dakota dengan membawa tasnya dan keluar dari kelas. Dia melambai tangan ke teman - temannya. Dia sendirian tuh? Wah kesempatan good nih.

"bentar Dimas, gue ada bisnis"

Gue segera berlari mengejar Dakota. Dakota, tunggu babang, sayang. Gue mempercepat lari gue, syut syat syut dengan cepat gue udah berdiri di depan Bidadari kelas sebelah.

"yeelah lu lagi, lu mulu, lu juga", protes Dakota.

"iya gue enggak pernah bosan untuk mengejar lu"

"basi lu ah!"

"mau pulang ya?"

"iya"

"kemana?"

"kerumah gue lah!"

"enggak kerumah gue? Rumah gue kan rumah lu juga, tuh nyokap gue lagi buka lowongan calon mantu"

"mimpi lu!. Awas!"

Gue pun menghalangi kemanapun kakinya melakangkah.

"sat, gue mau pulang"

"aku juga"

"yaudah! Gerbang kan disana", tunjuknya ke arah gerbang.

"bukan! Disini nih", kata gue sambil menunjukk dimana tempat jantung gue berada.

"bukan! disini nih", katanya sambil menunjuk pelipis gue.

"gerbang apa?"

"gerbang pikiran waras!, Soalnya lu gila!"

Dia menerabas tubuh gue dengan sekuat tenaga hingga tubuh gue terdorong. Gue demen nih cewek strong, dia berjalan terus.

"nengok ! Nengok!"

Lalu dia menengok ke belakang,

"yes! Tunggu babang panah hatimu, Dakota"

***

Gue berjalan ke halte bus, seperti biasa naik bus kuning yang gratisan. Biar gue punya uang, gue harus tetap merendah, meski merendah dan rendahan itu beda tipis. Pintu bus terbuka, semua anak berjubel naik ke dalam. Gue harus dapat tempat duduk!. Kalau di bus sekolah lu gak perlu berdiri kalau ada nenek - nenek, lagipula neneknya siapa yang naik bus sekolah.

"anjiirrr beneran ada nenek - nenek masuk bus sekolah. Nenek siape itu?"

Gue pun berdiri dan memberikan kursi itu pada nenek.

"nek silahkan, nek"

"terimakasih, Cu"

"kok nenek naik bus sekolah?"

"nenek habis sekolah, cu. Kejar paket C"

Eh buseh, patut di acungi jempol nenek - nenek ini.

Kemudian ada seseorang yang menepuk pundak gue. Gue melihat ke arahnya. Lah ini bocah yang nembak gue di kantin, si Dora versi dewasa.

"abang duduk di kursi ku"

"eh enggak perlu, masa laki di kasih tempat duduk sama cewek"

"gapapa, bang sat"

"udah lu duduk aja"

Gue menggiringnya dan mendudukkannya lagi. Dia masih aja nengok - nengok ke belakang. Duh gak enak nih gue, jadi merasa tampan.

"bang, kiri, bang"

Gue sampai di depan halte dekat rumah, so pasti gue turun lah. Gue perhatiin anak itu masih melihat gue dari jendela. Dia itu naksir atau ngira gue nyolong dompetnya sih? Di intai mulu gak di kasih kendor.

Gue sampai di rumah dan hendak masuk. Tapi gue lihat ada sepatu papa di luar, ah si raja udah pulang. Jangan bilang pas gue masuk mereka lagi mesum.

"Assallamuallaikum"

"waallaikumsallam", jawab mereka kompak di ruang tamu. Tumbenan kagak lagi gali lubang.

"kamu udah pulang? Adik kamu mana?"

"ya mana satria tahu"

"kalian itu lucu, satu sekolah tapi gak pernah pulang bareng"

"Papa salah!"

"kok salah?"

"bukan cuma satu sekolah! Tapi satu rahim! Bedanya dia lebih songong", jawab gue.

"kamu itu sekali - kali bareng lah sama adikmu"

"Assallamuallaikum"

Hem yang baru di omong, baru nongol. Adik songong dari rahim nyokap gue.

"ada apa ma? Pa?", tanya nya polos.

"katanya, lu kurang ganteng", kata gue lalu meninggalkannya.

"ada juga lu yang kurang pinter!"

Kan songong!

Kan songong!

Bodo amat lah!

Gue jalan lalu masuk kamar. Di kamar sudah ada seseorang yang setia menanti kehadiran gue.

"Siang, Esmel", gue menyapa sambil melambai di gelas akuarium.

Gue mengambilnya lalu meletakkan di telapak tangan.

"makin cantik aja nih ye si esmel"

Dia terlihat malu - malu sambil meggerakkan kumisnya. cewek yang punya kumis itu memang nampak bikin geregetan. Apalagi kalau lagi manja kayak gini nih, euh kumisnya berkibar kayak bendera baru di kerek.

"Esmel, Tadi aku ngerayu dakota loh"

Dia mundur satu langkah menjauh dari wajah gue. Hemp tanda - tandanya cemburu nih.

"ih kamu cemburu ya. Jangan dong, tetap lah kamu itu yang paling imut di hidup aku"

Dengan imutnya kumis yang dia miliki bergerak - gerak lagi. Ihh gemes deh kalau punya cewek kayak gini.

Tok tok tok

Siapa lagi siang - siang ngetuk pintu, padahalkan ada bel.

Ceklek...

"Satria"

"kenapa ma?"

"nanti malam dandan ganteng ya"

Gue terkejut, se umur - umur baru kali ini gue di suruh jadi ganteng. Ada apa ini?. Badan gue terpental lalu ngesot ke belakang.

"Mama mau jual aku ya?"

"astaga! Ngaco kamu ah!"

"se umur hidup ma. Baru kali ini Satria di suruh ganteng"

Gue merangkak mendatangi mama dan bersimpuh memohon.

"tolong, Ma. Jangan jual ginjal aku, aku masih butuh hiks hiks"

"eh anak sinting! Siapa yang mau jual ginjal kamu! Mama aja gak mau di kasih ginjal kamu"

Kok mama gue jahat ya? Ini mama gue atau bukan ya? Atau jangan - jangan mama gue tertukar di minimarket?.

"Mama tega! Tega sekali!"

"anak setengah ganteng, jangan latihan drama disini. Nanti malam temen papa mau datang, Kapten kevin bersama dengan anaknya. Jadi anak mama jangan ada yang kumel"

"memang selama ini aku kumel, ma?"

"enggak, cuma kelihatan agak gembel aja"

Kalau minta tuker tambah mama ke tuhan itu durhaka gak ya?. Tapi kayaknya ini tawaran yang sangat di nantikan oleh Papa. Apa gue ajuin proposal aja ya ke Papa buat tuker tambah mama. Astagfirullah, jangan sampai dosa ini menodai ketampananku.

***

Malam hari gue menonton TV sambil ngemil rangginang di ruang tamu. Gue nonton kesukaan gue.

Lah lah Miki momo

Cobalah kau dengarkan

Lah lah Miki momo

Yang ada di hatiku....

Haha bisa jadi ide nih ini lagu cuma namanya di ganti jadi dakota.

Ratu penyihir,

Penyihir....

Dengan rasa berdebar bertemu denganku, di sebrang jalan itu.

Hebat ini orang ketemu penyihir efeknya cuma berdebar doang. Kalau gue mah udah auto ngerontokkin bulu ketek kali saking ngerinya.

Ingin menjadi apa setelah dewasa?

Ingin menjadi apa tak terbayangkan...

Ini lagu PR banget dah! Pakai segala

nanya orang ingin jadi apa, gue saranin kalau bikin lagu jangan bikin orang mikir. Langsung aja bilang harus jadi apa! Kayak gini.

Ayo kamu jadi besar setelah dewasa,

Coba kalau kamu besar tak terbayangkan...

Apalagi nyanyinya sambil ngelus si otong, kali aja kan ada reaksi. Surga dunia bagi para bidadari yang turun karena tercium aroma parfum axe.

Tring tring tring...

"Ma ada tamu!", teriak gue ke mama.

"Sat, bisa buka gak? Apa kamu udah lupa cara buka pintu. Pintunya kan ada 3 langkah depan kamu!"

Seketika gue menoleh, settt. Lah iya pintu deket banget sama gue. Gini nih manusia, gak peka sama yang udah dekat.

Cekrek

Kriet...

"selamat malam"

"malam"

Ada om - om ganteng berdiri depan pintu gue.

"Ma? mama upgrade suami?", tanya gue berteriak.

"eh! jangan sembarangan!"

"kok ada om - om ganteng dateng?"

"Apah! Mama upgrade suami? Awas ya mama nanti Papa juga upgrade istri!", sahut Papa kemudian.

"apa gak ada yang waras di rumah ini? Hah?", sahut Mama menimpali.

Om ini lirik - lirik ke kanan dan kiri seperti orang bingung. Atau memang dia penari bali ya?.

"om cari siapa?", tanyaku.

"saya kevin, teman kerja Papa kamu"

"Papa. Katanya namanya Kevin?", teriak gue lagi.

"kevin siapa? Julio? Jeremy? Kurniawan?"

"Dr. Kevin merk sepatu!"

"papa gak pesan sepatu!"

"om kevin siapa?"

"apa saya salah rumah?", tanya om itu kebingungan.

"memang om mau ke rumah siapa?"

"pak Bastian"

"oh pak Bastian! Yang anak sulungnya yang ganteng banget itu! Yang anak keduanya agak jelek! Yang istrinya cantik ! Pak Bastian yang tukang mesum itu kan?"

"kamu tahu?"

"iya tau lah. Nih om rumahnya itu ..."

gue celinggukkan ke rumah samping. "Di sini!. Masuk om" kata gue sambil menunjuk ubin.

"hahahaha kamu lucu ya. Kayak joker"

"eh gak ada yang lain om?"

"sayang"

Om itu berteriak memanggil seseorang yang ada di dalam mobilnya. Ini istrinya nih, gue tebak nih pasti istrinya cantik kayak luna maya nih. 1 2 3....

Seluruh kota merupakan tempat bermain yang asyik. Oh senangnya...

Te te tet

Aku senang sekali...

Tet tet tet tereret...

Si Lola ini mah. Hemp ternyata dia anaknya temenya Papa gue. Dia berdiri di depan gue lalu tersenyum.

"eh, bang sat"

"Lola kamu gak boleh lancang sama orang"

"memang namanya bang sat, pa"

"iya om. Pakai spasi, gak di sambung"

"oh... Bang spasi sat?"

"iya kirim ke 9288. 2000/sms belum termasuk pajak"

"mahal! Kalau gitu saya UNREG"

"oke. Permintaan sukses"

"kita gak masuk?", tanya Lola dengan tampang polosnya.

"oya lupa. Masuk silakan"

Mereka masuk ke dalam. Papa pun menyambut temannya. Tadi aja kebanyakkan minta password.

Enggak nyangka gue kalau bokapnya Lola juga pilot dan teman bokap gue. Sedaritadi dia melihat ke arah gue terus, sedangkan Digo melihat ke arah Lola terus. Apakah ini yang namanya cinta segitiga?.

Saat makan juga si Lola duduk di depan gue, sedangkan Digo terlarut memandangi Lola di samping. Kalau Digo sampai tahu itu cewek naksir gue? Bisa perang babad!.

"Lola, kamu se kelas sama Digo ya?", tanya nyokap gue.

"iya tante"

"berarti kamu adik kelasnya Satria juga ya?"

"iya"

"wah... Udah kita jodohin aja", sahut Papa.

Gue curiga papa bangkrut deh, kalau enggak ngapain anaknya mau di jodohin.

"Lola. Kamu pilih mana Satria atau Digo?"

Duh mama ngapain lagi nanyai pertanyaan viral kayak gitu.

"Satria", jawabnya lugas.

"uhukk uhuk uhuk uhuk"

"kenapa satria?"

"Ma ini kayaknya ayamnya hidup lagi deh! Tulangnya bernafas ek ek aaa huk huk"

"minum - minum"

Mama menegukkan segelas air buat gue. Gila ini cewek frontal banget. Bisa perang babad gue sama adik gue. Gue lihat Digo mulai tampak cemburu. Dia melirik tajam ke arah gue.

"he he he Lola jujur sekali ya", kata Papa.

"memang Lola suka dengan Bang Sat. Papa, Lola boleh gak suka sama Bang sat?"

Haduh makin mampus gue, ini cewek terbuat dari apa sih. Gue di bikin malu di depan keluarga sendiri.

"enggak mau sama Digo aja, Digo lebih ganteng loh?", tawar Bokapnya.

Jehh di kata kita ini jeruk ponkam pakai segala di tawar - tawar. Digo boleh ganteng, tapi gue memang engga ada apa - apanya. Makin merana aja kan hidup gue saat ini.

"BTW, apa sih alasan Lola suka sama Satria?", tanya Papa.

Lola melihat ke arah gue, dia tersenyum.

"ganteng, bodoh dan memalukan"

Itu alasan?, tapi terdengar layaknya penghinaan luar dan dalam.

"hahhaha. Kok Lola suka sama yang bodoh?", tanya papa lagi.

Ini papa terlihat semakin senang jika anaknya semakin terhina nampaknya.

"karena Lola udah pintar, om. Jadi Lola mau melengkapi bang Sat"

Dia mau melengkapi tapi terasa seperti beramal.

"gimana menurut kamu, Sat?. Jangan belagu, Sat. Jangan pilih - pilih", hardik mama.

"satria udah punya gebetan, ma. Namanya Dakota"

"Dakota hanya cantik, tante. Nolak bang Sat terus", sahut Lola.

Wah ini anak ngajak gelut. Membuat gue jadi semakin terhina di depan keluarga.

"kamu di tolak?, anak papa di tolak?", tanya Papa seakan tidak terima.

Tiba - tiba gue menjadi haru, melihat bokap yang marah perkara anak gantengnya di tolak.

"hiks hiks hiks Iya, Pa"

"keputusan yang baik"

Wah, aku tertipu kediaman mu.

***

Selesai makan malam, om kevin dan papa melakukan gosip man di Ruang tamu.

"gimana si itu?", tanya Papa.

"oh yang maskapai tetangga"

"iya. Yang wajahnya mirip pevita"

Lalu mereka bisik - bisik. Setelah itu cengengesan. Ngomongin apa sih bapak - bapak.

Sementara si Dora lagi ngobrol datar sama nyokap gue.

"kamu suka make up?"

"enggak"

"tahu lipstick?"

"enggak"

"terus sukanya apa?"

"ehm belajar. Sama bang Satria"

Okay, jawaban memperkeruh suasana. Si Digo daritadi sudah melotot ke gue. Gue jadi buru - buru bungkus wajah gue pakai kantong plastik.

Setelah agak malam, mereka pun pamit pulang. Ya baguslah enggak usah lama - lama nanti vitaminnya hilang. Begitu semua pergi disitulah gue merasa kalau pertarungan sedarah segera di mulai. Gue dan Digo saling memandang satu sama lain. Setelah itu Digo berpaling dan pergi. Pengen songong tapi dia satu - satunya adik gue, Dilema banget jadi seorang kakak yang berbakti pada nusa dan bangsa.

"mungkin ini memang takdir gue", kata Digo yang masih menyamping di tembok. Gue kaget ada orang segede tokek nemplok di dinding.

"loe jangan nempel di dinding gitu dong. Nyaru!"

"akhirnya gue harus melepas cinta gue untuk kakak gue sendiri hiks hiksh"

"apaan sih loe? Lebay!. Jangan kayak tersanjung!"

"baik lah bang kalau Lola lebih bahagia sama loe", dia mengambil tangan gue lalu menggenggamnya. "Gue ikhlas", lalu di cium tangan gue.

Baru kali ini gue berasa jadi orang tua, ini anak kalau patah hati jadi sopan ya!. Tahu gitu dari kemarin aja gue sakitin.

"lepaskan", ucap gue lalu menarik tangan.

"tolong jaga Lola baik - baik"

"ngapain? Memang dia pintu air!. Di lepas juga gak ada yang mau"

"hati - hati ya dengan ucapan abang!", kata sambil mengacungkan jari.

"bro bro... Eling gue ini abang loe!"

"gue titip Lola bang, jaga di baik - baik"

Ucapnya dengan tampang minta receh lalu berbalik meninggalkan gue.

Seketika gue jadi ikut sedih. Kasihan dia harus patah hati, ini akan jadi PR buat gue. Gue lemah, hingga berlutut di lantai dengan wajah tertunduk.

"kamu ngapain Sat? Lagi latihan masuk keraton?"

"latihan tari saman, pa", ucap gue sambil mendongakkan kepala.

"oh semangat ya. Ganbate"

Gak tau apa ini lagi dramatis?, memecah suasana aja. Lanjut lagi yang tadi, ini tugas gue untuk menyelesaikannya.