Audi mengawali hari minggu ini dengan ceria, ia bersenandung ketika matahari pagi menyapa dirinya. Audi membereskan kamar dan menyusun rak novel kesayangannya, tak lupa juga menulis surat untuk dikirim kepada Kenzie esok hari.
Audi menulis dengan memperhatikan foto Kenzie yang ia punya, Audi mengambil gambar itu ketika Kenzie sedang dihukum saat masa orientasi siswa. Ia mengambil gambar Kenzie lalu mencetaknya dan diletakkan dalam pigura kecil.
"Gue nggak akan pernah bosan ngirim surat putih ini, entah sampai kapan," ucap Audi dengan mengusap foto Kenzie.
Sefan masuk ke dalam kamar Audi, ia terkejut ketika melihat kamar adiknya rapi seperti ini. Sefan berjalan ke arah Audi yang sedang duduk di meja belajarnya, ia memperhatikan apa yang sedang dikerjakan oleh adiknya itu.
"Lo lagi ngapain?" tanya Sefan menatap Audi.
Audi terkejut ketika mendengar ucapan Sefan, "Duh, untung aja gue nggak punya penyakit jantung," omel Audi lalu menatap Sefan tajam.
"Lo nulis surat buat Kenzie lagi? Sampai kapan, Audi?" tanya Sefan dengan menatap mata adiknya itu.
"Sampai dia tahu kalau gue suka sama dia," jawab Audi enteng.
"Nggak capek?" ucap Sefan singkat. Audi mengangkat kedua bahunya lalu meninggalkan Sefan sendiri di kamarnya.
Audi memutuskan untuk pergi ke toko buku, ia ditemani oleh Sefan. Audi mengelilingi barisan rak buku, ia mengamati satu per-satu sinopsis novel yang ada dihadapannya. Mata Audi terfokus dengan novel yang memiliki sinopsis bagus, isi sinopsis itu adalah tentang menunggu seseorang yang tak pernah menunggu kita.
"Bagus nggak, kak?" tanya Audi sambil menyodorkan novel tersebut ke arah Sefan.
"Bagus kok, mirip sama kisah cinta lo sama Kenzie," ledek Sefan dengan tertawa lepas, Audi hanya menatap kakaknya dengan tajam. Mimpi apa dirinya bisa memiliki kakak seperti Sefan.
"Ledekin terus," jawab Audi kesal.
***
Hari ini Audi berangkat ke sekolah membawa sepeda motor, karena sepulang sekolah ada jadwal untuk bimbingan lomba olimpiade ekonomi. Audi berjalan menyusuri kooridor agar sampai di kelasnya, ia menaruh tas dan mengambil surat putih di saku tasnya.
Audi mengecek keadaan sekitar, suasana kelas Kenzie masih sepi dan dirinya berjalan masuk. Audi memberi Kenzie sebuah surat dan bekal makanan yang lezat, ia menyiapkan bekal itu dari subuh.
"Semoga lo suka sama bekalnya," ucap Audi lalu berjalan keluar dari kelas 11 IPA 1.
Audi duduk di pinggir lapangan, ia melihat anak-anak yang sedang bermain bola. Riza menghampiri Audi yang sedang duduk sendirian, ia melihat sahabatnya sedang tersenyum tidak jelas. Riza menepuk pundak Audi untuk menyadarkannya dari lamunan.
"Lo sejak kapan ada disini?" tanya Audi dengan menatap Riza.
"Dari tadi, lagian lo ngapain senyum-senyum sendirian?" ucap Riza lalu menatap Audi, ia mengikuti arah pandangan Audi. Ternyata Audi memperhatikan Kenzie yang sedang memakan sebuah bekal. "Pantesan lo senyum-senyum nggak jelas," sambung Riza.
"Gue bahagia karena bekal yang gue kasih, dimakan sama Kenzie," ucap Audi dengan tersenyum lebar.
"Lo ngasih bekal ke Kenzie?" tanya Riza dengan heboh.
"Iya," jawab Audi singkat, Riza hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat tingkah laku sahabatnya itu.
Bel istirahat berbunyi, Audi memilih untuk duduk di kelas dan membaca novel yang baru dibelinya kemarin. Ia mengamati halaman per halaman yang ada, Audi tidak menyadari jika ada Kenzie yang sedang menatap dirinya dari jendela.
Kenzie memutuskan untuk pergi ke kelas Audi karena bekal itu, entah mengapa hatinya yakin jika Audi yang memasak dan mengirim bekal tersebut untuknya. Namun Kenzie tidak bisa memastikan siapa orangnya, ia belum berhasil membuat Audi mengaku tentang surat putih itu.
"Eh, ada Kenzie tuh," ucap Riza sambil menyenggol lengan Audi, lalu Audi menatap ke arah jendela.
"Ngapain Kenzie ngintipin gue?" tanya Audi dengan dirinya sendiri, apakah ia tidak salah melihat? Kenzie yang dulu terasa jauh, kini mulai mendekat dengan sendirinya. Namun, Audi tidak ingin membongkar identitas dirinya sebagai pengirim surat putih itu.
Kenzie menyadari jika dirinya ditatap oleh Audi, ia menebar senyum manis ke arah Audi kemudian ia dan teman-temannya beranjak pergi. Audi hanya bisa mematung ketika Kenzie tersenyum ke arahnya, ia tidak percaya dengan apa yang terjadi. Apakah ini mimpi?
"Cie, kayaknya ada yang direspon Kenzie nih," ucap Riza lalu duduk disebelah Audi.
"Nggak, mungkin dia cuma iseng," jawab Audi singkat.
"Lo ada cara nggak? Kalau nggak ada, pulang sekolah temenin gue ke toko buku ya?" ajak Riza dengan menatap Audi memohon.
"Gue ada bimbingan untuk olimpiade," kata Audi. "Lain kali aja ya," sambungnya lalu kembali fokus kepada novel yang dibacanya.
Bel pulang sekolah telah berbunyi, Audi segera berjalan menuju perpustakaan. Disana, sudah banyak anak yang ingin mendapatkan bimbingan olimpiade ekonomi, Audi masuk ke dalam perpustakaan. Ia melihat Kenzie disana, apakah ucapan Kenzie yang kemarin itu benar?
Audi duduk dibagian paling pojok, lalu Kenzie pindah ke sebelah Audi. Kenzie menatap Audi mesra, tatapan itu membuat fokus Audi terpecah. Audi ingin terbang saja rasanya.
"Semoga kita satu tim ya," bisik Kenzie ke telinga Audi, suara berat itu menusuk masuk ke dalam teilnga Audi. Audi hanya diam dan mengangguk.
Bimbingan berlangsung sekitar dua setengah jam, kini Audi membereskan semua barang-barangnya. Ternyata soal olimpiade tahun kemarin tidak terlalu sulit bagi Audi, tetapi ia melihat Kenzie yang kebingungan ketika mengerjakan beberapa soal.
Kenzie menunggu Audi di pintu perpustakaan, sementara Audi masih beres-beres. Audi menatap ke arah pintu, mengapa Kenzie berdiri disana? Apakah Kenzie menunggu dirinya?
"Ngapain kok masih disini?" tanya Audi dengan menatap mata Kenzie.
"Nungguin lo," jawab Kenzie singkat, ucapan itu membuat Audi tidak percaya. Jantungnya berdegup kencang tidak karuan, Audi ingin pingsan saja rasanya.
"Gue bawa sepeda motor kok," ucap Audi singkat lalu pergi. Kenzie menyusul langkah kaki Audi dan berjalan disampingnya.
"Kalau gitu, gue anter sampai rumah lo ya? Nanti gue ikutin dari belakang," kata Kenzie dengan memohon. Audi tidak bisa berkata-kata lagi, kepalanya mengangguk dengan otomatis.
Sepanjang perjalanan, Audi tidak fokus menyetir. Pandangannya selalu menatap kaca spion motornya walaupun Kenzie memakai helm full face, pesonanya tidak luntur. Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit, kini Audi sudah sampai di depan rumahnya dengan selamat.
Audi memasukkan motor ke garasinya, sedangkan Kenzie menunggu Audi di depan rumahnya. Audi bingung akan sikap Kenzie, mengapa ia bersikap seperti ini padanya?
"Nggak pulang?" tanya Audi menatap Kenzie yang sedang melepas helm dari kepalanya.
"Gue pulang kalau lo udah masuk ke rumah, cepet masuk gih," ucap Kenzie dengan menatap Audi yang sedang terdiam dihadapannya.
"Eh iya, makasih ya Ken. Hati-hati dijalan," kata Audi lalu menutup pagar rumahnya. Kenzie tersenyum simpul lalu menancapkan gas dan beranjak pergi dari rumah Audi.