Terhitung sudah tiga hari, Alex tidak berbicara dengan Audi. Mereka saling diam satu sama lain. Sebenarnya Audi merasa sangat hampa karena Alex dan Kenzie tidak mewarnai hari-harinya. Tapi apa boleh buat, memang sudah begini kenyataannya.
"Kok kalian saling diam, sih?" tanya Lina dengan menatap Audi dan Alex yang sedang duduk di meja makan.
Audi hanya diam, begitu juga dengan Alex.
"Kalian ada masalah, ya? Coba diomongin berdua. Jangan lomba patung kayak gini," sahut Sefan.
"Hm," jawab Audi.
Audi beranjak pergi menuju taman rumahnya. Ia butuh udara segar untuk menenangkan pikirannya walaupun tidak bisa sepenuhnya tenang. Audi mengambil semprotan dan mulai menyemprot bunga yang ada di taman rumahnya.
"Enak banget ya jadi kalian. Tiap pagi disiram, diperhatiin. Nah sedangkan gue, akhir-akhir ini dicuekin terus sama dua cowok itu. Padahal kan gue nggak tau apa-apa," ucap Audi.
Alex menatap Audi dari balik pintu. Audi tampak lucu karena mengajak bunga berbicara. Senyum di bibir Alex tidak bisa padam. Gadis itu tampak sangat cantik ketika sedang marah seperti ini.
Malam telah tiba. Kini rumah Audi sangat ramai dengan sanak keluarganya yang berkunjung karena sebentar lagi Sefan akan menikah. Mereka banyak membantu untuk mengurus souvenir dan keperluan lainnya.
Audi duduk di depan televisi sembari mengemil pop corn. Ia seakan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya yang sudah seperti pasar.
"Audi, kamu bantu-bantu sana," ucap mama Audi.
Mama dan papa Audi sudah pulang dari luar kota setelah beberapa bulan mengurus pekerjaan disana.
Audi menatap mamanya. "Nggak ah, enak disini aja."
Mama Audi menggelengkan kepalanya lalu berjalan pergi meninggalkan Audi.
"Lo marah sama gue?" tanya Alex yang tiba-tiba duduk di sebelah Audi.
Audi berpura-pura tidak mendengar ucapan Alex. Ia sangat kesal karena dicueki oleh Alex beberapa hari ini. Audi ingin membalas dan mendiamkan Alex hingga pernikahan Sefan nanti.
"Oh, jadi ada yang mau bales gue nih? Oke, gue jagonya kalau diam-diam kayak gini," sambung Alex.
Dahi Audi mengerut. Bagaimana bisa Alex membaca pikirannya? Atau jangan-jangan Alex punya kelebihan bisa membaca pikiran orang? Membayangkan semua itu, Audi jadi ngeri sendiri.
"Apaan sih, nggak jelas!" ucap Audi lalu pergi.
*****
Hari ini Audi tampil cantik dengan mengenakan gaun berwarna peach. Wajahnya dihiasi dengan make up bernuansa natural. Audi juga mengenakan sepatu jinjit yang berukuran lima centi meter.
Audi turun dari kamarnya lalu berjalan menuju ruang tamu rumahnya. Disana sudah banyak orang yang berkumpul. Audi melihat Lina sangat cantik mengenakan gaun pengantin berwarna senada dengan dirinya.
"Ya ampun, kakak cantik banget," puji Audi.
Lina tersenyum. "Makasih ya, kamu juga cantik kok. Doain kakak ya, habis ini akad."
Audi mengangguk lalu mengangkat jempolnya.
Akad nikah akan dimulai sebentar lagi. Audi duduk bersama saudaranya yang lain. Sefan mulai mengeluarkan kata-kata suci untuk meminang Lina hingga akhirnya semua berkata sah.
Setelah akad nikah selesai. Audi langsung memeluk Lina dan mengucapkan selamat kepada keduanya.
"Selamat ya, kak," ucap Audi dengan bahagia.
"Makasih ya," jawab Lina.
Audi menatap Sefan lalu memeluk kakaknya itu. "Cie udah sah jadi suami orang. Jangan lupain gue, ya?"
"Nggak akan lupa dong. Lo kan adik gue yang paling gue sayang," jawab Sefan sembari mengusap rambut adiknya itu.
Mereka sibuk berfoto-foto dengan para tamu. Sedangkan Audi hanya duduk di taman sembari meminum segelas teh. Entah mengapa rasanya Audi ingin menangis karena Sefan sudah menikah. Audi merasa bahagia, tapi disisi lain ia juga sedih karena kehilangan sayap pelindungnya.
"Kok nangis?" ucap Alex.
Audi menggeleng pelan.
"Karena Bang Sefan, ya? Tenang aja, dia nggak bakalan lupa sama adiknya. Apalagi lo sangat disayang sama dia. Jadi, jangan takut. Percaya sama gue," ucap Alex meyakinkan Audi.
Mendengar ucapan Alex, hati Audi merasa sedikit tenang. Semoga saja kakaknya tidak lupa akan keberadaan adiknya ini. Semoga Sefan tetap sama dengan dulu, kakak yang selalu ada untuk adiknya.
****
Audi membuka matanya dengan perlahan. Sinar matahari mulai menusuk masuk ke dalam kamarnya. Ia bangun dari tidur lalu membasuh wajahnya.
Hari ini Audi izin tidak masuk sekolah karena ia akan menghadiri resepsi pernikahan Sefan yang diadakan di tepi pantai. Audi mengenakan gaun berwarna putih ala-ala pantai.
"Kamu udah siap? Yuk berangkat," ucap mama Audi.
"Kak Sefan mana?" tanya Audi.
"Dia udah sama Lina kesana. Jadi kita berangkat berempat," jawab mama.
Audi mengangguk lalu berjalan menuju mobil. Ia duduk di tengah bersama Alex. Mereka tak saling membuka obrolan. Audi masih malas untuk berinteraksi dengan Alex karena kejadian beberapa hari lalu.
Mereka telah sampai di tempat resepsi. Audi turun dari mobil dan melangkah mendekat ke arah pinggir pantai. Tempat ini indah dengan hiasan bernuansa simpel tapi elegan. Audi menatap air pantai yang bergelombang dengan tenang. Entah mengapa rasanya Audi ingin berteriak dan menangis untuk menghilangkan semua beban yang ada di pikirannya.
"Kok ngelamun?" tanya Lina.
Audi tersadar dari lamunannya. "Eh iya, kenapa kak?"
"Kamu ada masalah ya? Kok murung kayak gitu. Cerita aja sama aku," ucap Lina.
Audi menggeleng pelan dengan tersenyum.
"Ikut aku yuk," ajak Lina.
"Kemana?"
"Nanti kamu juga tau."
Lina mengajak Audi ke tempat make up. Ia ingin adik iparnya itu berdandan cantik layaknya puteri di negeri dongeng. Audi hanya diam ketika wajahnya mulai dihiasi dengan berbagai polesan make up.
Sementara itu, Alex sedang duduk bersama Sefan. Mereka menunggu Lina dan Audi selesai make up dan berfoto bersama. Alex terus menatap ke arah Audi, ia sangat cantik hari ini.
"Gimana hubungan lo sama adik gue? Baik-baik aja, kan?" tanya Sefan.
"Nggak juga sih, bang. Dari kemarin dia mogok ngomong sama gue," jawab Alex.
Sefan tertawa kecil. "Dia emang gitu. Jadi, lo sabar aja kalau mau ngerebut hati dia. Gue yakin, suatu saat nanti dia bakal luluh sama lo."
Alex menganggukkan kepalanya.
Acara resepsi sudah dimulai. Para tamu undangan tampak bahagia begitu juga dengan pasangan pengantin baru ini. Audi duduk di bagian belakang karena ia tidak terlalu suka keramaian seperti ini. Berbeda dengan Alex, ia sangat enjoy menikmati resepsi ini. Alex sedang berbincang-bincang dengan seorang lelaki yang tidak tahu siapa.
Audi menatap kedua orang tuanya yang berada diatas pelaminan. Mereka terlihat sangat bahagia dengan acara ini. Melihat itu, Audi tersenyum.
"Loh, Audi? Kamu kok nggak ikut kesana?" tanya seorang ibu-ibu.
Audi tersenyum. "Iya, tante nanti aja. Audi masih pengen disini."
Ibu-ibu itu tersenyum dan mengangguk lalu pergi meninggalkan Audi sendirian.
"Kenapa di acara se-rame ini, gue ngerasa sepi dan hampa, ya? Apakah semua ini gara-gara Alex dan Kenzie yang cuekin gue?" tanya Audi di dalam hatinya.