Ketika perjalanan menuju rumah, Audi hanya diam tanpa bicara satu kata pun. Alex menatap dirinya dari kaca spion, Audi terlihat sangat sedih. Ia tidak rela jika Audi terus disakiti Kenzie, dan Alex juga tidak rela jika Audi harus menangisi orang yang sama.
"Udahlah, nggak usah dipikirin," ucap Alex.
"Nggak bisa, tetep kepikiran padahal gue udah coba untuk melupakan kejadian tadi. Emang dasar Aura jahat banget," jawab Audi dengan menatap pemandangan sekitarnya.
"Hm," ucap Alex.
Mereka sudah sampai di rumah, Audi duduk di kursi meja makan. Ia tidak ingin pergi ke kamarnya karena malas menaiki tangga, suasana hati Audi sedang tidak enak. Audi berpikir, apakah ia tidak ditakdirkan bersama Kenzie? Apakah ia ditakdirkan hanya untuk menjadi pengagum Kenzie saja?
Sefan berjalan menuju meja makan dan melihat adiknya yang sedang melamun, ia duduk di sebelah Audi dan membuatnya tersadar dari lamunannya.
"Lo kenapa? Ada masalah di sekolah?" tanya Sefan dengan menatap wajah adiknya itu.
"Ya gitu deh kak," jawab Audi.
"Masalah apa emangnya?" ucap Sefan. Audi hanya diam, ia bingung harus mengatakan ini semua pada kakaknya atau tidak.
"Eh, nggak jadi deh," ucap Audi lalu pergi.
"Ada-ada aja tuh bocah."
Audi sedang berada di kamarnya, suasana malam sangat tenang membuat Audi tidak bisa berhenti memikirkan Kenzie. Ia mengambil foto dirinya bersama Kenzie yang ada di pigura berwarna putih, mereka terlihat sangat bahagia. Air mata Audi menetes, ia sangat merindukan Kenzie.
Lina membuka pintu kamar, ia terkejut ketika melihat Audi yang sedang memandangi foto dan menangis. Lina langsung menghampiri Audi, ia bingung mengapa Audi menangis seperti ini? Apakah karena Kenzie lagi?
"Kamu kenapa, kok nangis gitu?" tanya Lina dengan panik.
"Nggak kok, tadi cuma kelilipan aja," jawab Audi berbohong. Lina tersenyum kecil, lalu memegang kedua tangan calon adik iparnya itu.
"Cerita aja sama aku," ucap Lina.
"Nggak apa-apa kak?" tanya Audi lalu Lina mengangguk. Audi menarik nafas panjang lalu menceritakan semua ini pada Lina. Rasanya sangat lega ketika selesai menceritakan masalahnya kepada Lina.
"Jadi, Aura itu calon tunangan Kenzie?" tanya Lina dan Audi mengangguk cepat.
"Aku harus gimana?"
"Kalau menurut aku sih, mending jauhi dulu Kenzie terus kamu lihat sikap dia kalau nggak ada kamu disampingnya. Udah nggak apa, jangan nangis terus nanti cantiknya hilang," ucap Lina dengan tersenyum lalu Audi juga tersenyum.
****
Hari ini masih sama, Audi malas berangkat ke sekolah. Bangak faktor yang membuatnya tidak semangat pergi ke sekolah. Salah satunya adalah Kenzie dan Aura, selain itu memang dirinya sangat malas akhir-akhir ini.
Alex berjalan menuju kelas bersama Audi, ia melihat Audi yang sangat malas pergi ke sekolah. Alex tahu, pasti semua ini karena Kenzie. Lagi-lagi karena Kenzie, ia tidak terima perlakuan Kenzie akan Audi. Mengapa Kenzie menyia-nyiakan cinta tulus Audi? sedangkan Alex menginginkan berada di posisi Kenzie.
"Lo kenapa ngelamun?" tanya Audi dengan menatap Alex yang sedang asyik berada di lamunannya.
"Nggak kok, gue nggak ngelamun. Ayo masuk ke kelas," jawab Alex lalu masuk ke dalam kelas.
Jam pelajaran pertama berlangsung sangat lama, Audi malas mendengar ocehan guru yang membuatnya bingung. Audi memang sangat tidak suka pelajaran ini, terlebih lagi dengan gurunya. Bu Hani selalu identik dengan tugas yang sangat banyak dan tugasnya aneh-aneh, makanya Audi malas pergi ke sekolah.
Bel yang ditunggu-tunggu berbunyi juga, Audi langsung bangkit dari duduknya dan mengajak Alex pergi ke kantin. Cacing-cacing dalam perutnya sudah demo minta diberi makanan. Audi memilih nasi dan soto ayam, sedangkan Alex hanya memesan siomay saja.
"Buset, porsi lo banyak banget, Di. Yakin nggak kenyang?" tanya Alex dengan menatap mangkuk Audi.
"Nggaklah, gue laper banget." Alex tersenyum ketika melihat Audi menyantap makannya, ada kebahagiaan tersendiri jika melihat gadis yang dicintainya senang.
Kenzie berjalan masuk ke dalam kantin bersama Aura. Audi menatap ke arah mereka, hatinya terasa sangat sakit. Kenzie melewati bangku Alex dan Audi, ia hanya menatap Audi sekilas lalu pergi. Aura dan Kenzie tampak mesra, Audi hanya bisa melihat saja.
"Udah, nggak usah dihiraukan," ucap Alex lalu Audi mengangguk.
Bel pulang sekolah berbunyi, Audi sedang menunggu Alex latihan futsal. Ia sangat bosan selama menunggu, Audi terus memainkan ponsel hingga tangannya lelah. Audi hanya diam, pikirannya terus memikirkan tanpa henti.
Tiba-tiba Aura datang bersama Riza da berjalan menuju arah Audi. Mereka menepuk pundak Audi yang menbuatnya menoleh.
"Ngapain kalian kesini?" tanya Audi.
"Gimana, enak kan rasanya dicuekin sama orang yang lo cinta?" ucap Aura dengan menatap Audi penuh kebencian.
"Maksudnya?"
"Nggak usah sok bingung, rasakan aja yang kita rasakan selama ini. Makanya, kalau jadi orang jangan suka mengabaikan orang lain," sahut Riza. Audi menatap matanya, ia sangat merindukan sahabatnya yang dulu.
"Ingat ya kalau lo masih deketin Kenzie, gue nggak segan-segan buat mencelakai nyawa lo. Ingat omongan gue baik-baik!" ucap Aura lalu pergi. Audi tidak merespons, air matanya keluar dari sudut matanya. Mengapa ini semua harus terjadi padanya?
Alex sudah selesai latihan, ia langsung berjalan menghampiri Audi dan mengajaknya pulang. Namun Alex bingung ketika melihat Audi yang menangis, ia memakai tasnya lalu menggandeng tangan Audi menuju parkiran.
Selama perjalanan pulang, Audi tidak banyak bicara walaupun Alex sudah beberapa kali mengajaknya berbicara. Alex tidak tahu apa yang terjadi pada Audi karena tadi ia sibuk latihan. Apakah Audi diganggu lagi oleh Aura dan Riza? Saat sampai di rumah, Audi langsung berjalan masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Alex.
"Kak, boleh nggak kalau besok gue nggak sekolah? Badan gue rasanya nggak enak semua," ucap Audi kepada Sefan yang sedang menonton televisi.
"Lo sakit? Kita pergi ke rumah sakit ya," jawab Sefan.
"Nggak kok, gue cuma kecapekan aja. Boleh ya?" rengek Audi lalu kakanya menganggukkan kepala. Audi lega, karena besok ia tidak usah bertemu dengan Aura lagi.
Audi sedang berada di kamarnya, ia sibuk memainkan laptopnya. Sedari tadi, Audi hanya membuka foto-foto lama dirinya dan Kenzie. Ada dua foto yang mereka ambil denga tersenyum, Audi hanya diam ketika menatap foto itu. Sedetik kemudian, Audi kesal dengan Aura, Riza, dan juga Kenzie.
"Ah! Kenapa sih ini semua harus terjadi sama gue?" ucap Audi dengan keras.
Mendengar teriakan Audi, Lina langsung masuk ke dalam kamar. "Kamu kenapa Audi? Baik-baik aja kan?" tanya Lina dengan khawatir.
Audi langsung memeluk Lina erat. "Aku nggak baik-baik aja," jawab Audi sembari menangis. Ia merasa nyaman ketika berada di pelukan Lina, Audi hanya butuh teman cerita dan sandaran untuk dirinya.