Jam menunjukan pukul sembilan malam, Audi masih termenung diatas balkon kamarnya. Audi memegang secarik kertas putih, ia sedang mencari inspirasi untuk menulis isi surat untuk Kenzie.
Sedangkan Kenzie juga melamun di kamarnya, ia memikirkan tentang siapa pengirim surat itu. Awalnya Kenzie tidak tertarik, tetapi lambat laun dirinya juga ingin tahu. Kenzie berjalan mengambil kotak hitam yang tersimpan di pojokan, kotak itu berisi ribuan surat putih misterius yang sudah Kenzie kumpulkan dari beberapa tahun yang lalu.
"Siapa sih lo sebenarnya? Kenapa nggak ngomong langsung ke gue kalau lo suka sama gue?" tanya Kenzie dengan menatap tumpukan surat yang berserakan dalam kotak.
***
Hari ini Audi memutuskan untuk berangkat ke sekolah jalan kaki, ia ingin menikmati suasana pagi yang segar. Audi membawa surat putih ditangannya, ia tidak sabar untuk menaruh surat ini di meja Kenzie.
Audi memasuki area sekolah yang sepi, ia berjalan menuju kelas Kenzie. Namun, Audi merasa ada yang mengikuti dari belakang, saat ia menengok ke belakang ternyata itu adalah Kenzie.
"Lo ngapain ngikutin gue?" tanya Audi dengan gugup, seluruh badannya bergetar.
"Nggak, gue cuma mau ke kelas. Lo sendiri ngapain? Bukannya gedung kelas IPS disana ya?" tanya Kenzie sambil menunjuk sebuah bangunan yang ada.
"Em, gue mau nganterin surat izin ini ke 11 IPA 3. Tadi gue dititipin sama pak satpam," jawab Audi berbohong lalu berjalan melewati Kenzie.
Kenzie menatap Audi tak percaya, lalu ia berjalan menuju kelasnya. Sementara Audi berjalan menuju IPA 3 dan memastikan jika Kenzie sudah masuk ke dalam kelas, lalu ia berjalan menuju kelasnya. Hampir saja Audi ketahuan.
Audi duduk di depan kelasnya, memikirkan bagaimana cara agar surat ini tetap tersampaikan kepada Kenzie. Audi menatap Untung, teman sekelasnya yang lumayan akrab dengan Kenzie.
"Eh, Untung!" ucap Audi.
"Iya, kenapa?" jawab Untung dengan menatap Audi kebingungan.
"Gue boleh minta tolong nggak?" tanya Audi ragu, lalu Untung menganggukkan kepalanya. "Tolong kasih surat ini buat Kenzie ya? Bilang aja dari adik kelas," sambung Audi dengan menatap Untung memohon.
"Kenapa nggak langsung kasih sendiri aja?" tanya Untung sembari menerima surat putih itu.
"Itu gue juga dititipin adik kelas, nggak enak gue ngasih ke Kenzie soalnya gak akrab," jawab Audi asal.
"Oke, gue kasih ke Kenzie," ucap Untung lalu pergi.
Akhirnya Audi bisa bernafas lega, semoga saja Kenzie percaya jika surat itu dari adik kelas. Audi langsung masuk ke dalam kelas, ia takut tiba-tiba Kenzie datang menghampirinya seperti beberapa waktu lalu.
Selama pelajaran berlangsung, Audi terfokus kepada materi yang disampaikan guru. Ia sama sekali tidak ingat tentang Kenzie dan kejadian tadi pagi, Audi sangat fokus karena ini adalah pelajaran favoritnya yaitu ekonomi. Audi ingat jika beberapa hari lagi akan diadakan lomba ekonomi, ia berniat untuk mengikuti seleksi sekolahnya. Lomba ini hanya diwakilkan satu tim saja, terdiri dari dua orang.
"Gue harus bisa, semangat," ucap Audi menyemangati dirinya sendiri.
Bel istirahat berbunyi, Audi dan Riza berjalan menuju kantin. Audi ingin membeli nasi uduk dengan es teh, sedangkan Riza membeli bakso. Ia duduk di meja yang kosong, lalu disusul Riza.
"Riz, lo nggak pengen ikut seleksi buat lomba ekonomi?" tanya Audi sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.
"Gue mah nggak terlalu jago ekonomi, nggak percaya diri gue," jawab Riza lalu menatap Audi. "Kalau lo? Ikut?" tanya Riza.
"Iya, gue pengen coba. Siapa tau gue bisa terpilih jadi wakil SMA Vla," jawab Audi dengan santai.
Kenzie, Rafy, dan Jeff menatap Audi dan Riza. Audi berusaha keras tidak menatap ke arah Kenzie, tetapi tidak bisa. Kenzie menatap Audi dengan tatapan yang sulit diartikan, ia berpikir apakah Kenzie sudah mengetahui siapa pengirim surat putih nan wangi itu?
Kenzie duduk disebelah pojok, ia masih menatap ke arah Audi yang sedang asyik menyantap makanannya. Jeff menatap Kenzie yang sedang fokus kepada Audi, sedangkan Rafy asyik memakan makanan milik Jeff.
"Gue yakin kalau Audi orangnya, percaya sama gue Ken," ucap Jeff lalu menatap Kenzie yang sedang kebingungan.
"Gue jadi curiga sama dia, tadi pagi gue lihat Audi bawa surat putih mirip sama surat misterius itu. Tapi ketika gue tanya dia, katanya itu surat titipan dari pak satpam," jawab Kenzie dengan tatapan kosong.
"Dia pasti bohong, itu surat pasti dari dia," sahut Rafy dengan menatap Kenzie dan Jeff secara bergantian.
Kenzie berpikir tentang ucapan teman-temannya, apakah benar surat itu dari Audi? Tetapi mengapa jika Audi ditanya oleh Kenzie malah menjawab tidak? Entahlah, Kenzie sangat pusing memikirkan hal ini, tapi disisi lain ia juga penasaran dengan siapa pengirim surat putih itu.
Riza menatap Audi yang sedari tadi fokus memakan makanan, ia merasa nama Audi sedang disebut oleh Kenzie dan temannya. Riza menarik tangan Audi dan menjauh dari kantin agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Duh apaan? Gue lagi enak makan juga," protes Audi kesal karena tiba-tiba tangannya ditarik.
"Gue punya firasat kalau lo lagi diomongin sama Kenzie, Rafy, dan Jeff deh. Sekilas, tadi gue dengar nama lo disebut," ucap Riza dengan menatap Audi, lalu Audi menatap balik Riza.
"Masa sih? Kok gue nggak dengar?" tanya Audi.
"Gimana mau dengar, lo makan aja kayak badak," omel Riza lalu disusul tawa Audi yang renyah.
"Yaudah sih, maaf," ucap Audi. "Gue pasrah deh kalau misalnya Kenzie tau siapa pengirim surat itu," sambungnya lalu melangkahkan kakinya menuju kelas.
Bel tanda seluruh pelajaran hari ini telah berbunyi, Audi berjalan menuju perpustakaan untuk meminjam buku latihan soal untuk lomba ekonomi. Ditengah perjalanan, Audi berpapasan dengan Kenzie lalu Audi berjalan cepat untuk menjauhi Kenzie. Audi berharap agar Kenzie tidak bertanya aneh-aneh, Kenzie menyenggol lengan Audi.
"Kenapa lo selalu lari kalau lihat gue?" tanya Kenzie dengan menatap Audi.
"Nggak, gue lagi buru-buru," jawab Audi.
"Lo mau ikut lomba ekonomi?" ucap Kenzie dengan melihat tumpukan buku yang dibawa oleh Audi, lalu Audi menganggukkan kepalanya. "Gue juga mau daftar," sambung Kenzie yang membuat Audi kaget.
"Apa? Kenzie mau daftar juga? Padahal kan dia anak jurusan IPA," batin Audi dengan menatap Kenzie dari atas hingga bawah.
"Kenapa? Kok ekspresinya kayak gitu?" tanya Kenzie yang menyadari perubahan ekspresi wajah Audi.
"Nggak kok, yaudah gue duluan ya, Ken," pamit Audi lalu berlari menuju gerbang sekolah. Kenzie menatap punggung Audi yang mulai menjauh, senyum tipis terlukis indah di wajahnya.
"Gue akan cari tahu siapa pengirim surat itu sebenarnya, gue akan terus mendekati lo, Audi," ucap Kenzie dengan menebar senyum tengil.