Alex tidak membalas pukulan Kenzie, ia tidak ingin membuat keributan disini. Audi menatap Kenzie tajam, lalu menarik tangan Alex dan mengobati luka bekas pukulan Kenzie.
"Maafin Kenzie ya?" ucap Audi dengan menatap Alex.
"Nggak apa-apa kok, lagian ini cuma luka kecil," jawab Alex lalu tersenyum ke arah Audi. Kenzie melihat ke arah Alex dan Audi, ia tidak terima karena mereka semakin dekat.
Kenzie berjalan menuju tenda Audi, ia mencoba menarik perhatian Audi tetapi Audi masih sibuk dengan Alex. Audi menyadari jika Kenzie cemburu, hatinya sangat bahagia karena cemburu adalah tanda sayang.
Audi membuka tasnya, ia mengambil surat putih untuk Kenzie. Audi melihat suasana sekitar, Kenzie mulai menjauh dari dirinya dan tenda Kenzie tidak ada orang sama sekali. Audi berjalan mendekat ke arah tenda Kenzie, lalu memasukkan surat itu ke dalam tas Kenzie.
"Lo ngapain, Di?" ucap Jeff yang tiba-tiba datang.
"Eh, gue lagi nyari Alex. Dia dimana ya?" jawab Audi refleks, ia menggarukkan kepalanya yang tidla gatal. Jeff menatap Audi curiga, apa yang dilakukan dirinya di tenda ini? Apakah Audi mengirim surat itu lagi?
Audi menepuk dahinya, ia tidak ingin Jeff curiga lagi padanya. Kenzie bertemu Audi yang sedang kebingungan, ia berjalan mendekat ke arah Audi namun Audi langsung berlari ketika melihat Kenzie mendekat.
"Dia kenapa, ya?" ucap Kenzie dengan menatap Audi heran.
Audi berlari menuju tenda dan masuk ke dalam, ia tidak ingin Kenzie menghampiri dan mengintrogasinya. Audi menatap sekitar, sepertinya Kenzie tidak mengikutinya.
"Lo ngapain?" tanya Alex dengan menatap Audi yang kebingungan.
"Ng-nggak, gue cuma pengen bersih-bersih tenda aja. Lo sendiri ngapain disini?" tanya Audi lalu keluar dari tenda.
"Katanya Jeff lo nyari gue, emangnya ada apaan?" tanya Alex bingung, Audi menggelengkan kepala lalu tersenyum tengil ke arah Alex.
Jam menunjukkan pukul sembilan malam, pentas seni sudah dimulai. Audi sangat suka ketika melihat pentas seni seperti ini, apalagi nanti akan ada acara dimana semua murid harus menyampaikan perasannya.
Kini, giliran kelas Kenzie yang tampil. Audi menatap Kenzie yang sedang menunggu giliran untuk berbicara, Audi penasaran apakah Kenzie akan mengutarakan perasan kepada Audi?
"Halo selamat malam semua, saya disini akan mengutarakan perasaan saya. Saya sedang dekat dengan seorang gadis, ia sangat baik dan cantik. Saya bersyukur karena bisa dekat dengan dirinya, dan setelah lulus SMA nanti saya akan melamar dirinya dan akan menjadi tunangan saya. Saya mencintaimu, Aura," ucap Kenzie dengan tersenyum lebar.
Audi terdiam, apakah dirinya tidak salah dengar? Kenzie menyukai Aura? Mengapa ia tidak jujur pada Audi saja? Audi tidak tahu harus merespon seperti apa, ia hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Audi berdiri dihadapan murid SMA Vla kelas sebelas, ia akan memulai berbicara dalam beberapa detik lagi. Jantung Audi berdegup sangat kencang, ia mencoba menarik nafas lalu membuangnya agar lebih santai.
"Halo teman-teman, saya disini akan menyampaikan suara hati saya. Saya mencintai seorang lelaki selama empat tahun lamanya, ia tidak pernah tahu siapa saya. Bisa dibilang saya adalah pengagum rahasia, tetapi juga tidak misterius banget. Setiap hari saya selalu mengagumi dia, saya cuma ingin bilang 'just let me adore you'. Terima kasih," ucap Audi lalu berjalan menuju kumpulan kelasnya.
Kenzie menyiritkan dahinya, siapa yang dimaksud Audi? Apakah itu Alex? Apakah itu dirinya? Kenzie menatap Audi lekat-lekat, namun dengan cepat Audi mengalihkan pandangannya.
Alex menatap Audi, ekspresi wajahnya seperti orang yang sedang sedih. Ia tahu jika Audi sedih karena Kenzie mengucapkan jika mencintai Aura, Alex mencoba menenangkan Audi. Ia tidak ingin Audi sedih, apalagi melihat dirinya menangis karena lelaki.
"Makasih lo udah tenangin gue," ucap Audi dengan menatap Alex, lalu Alex mengangguk.
Hari sudah semakin malam, pentas seni semakin heboh dan ramai. Audi berjalan di sekitar panggung, ia ingin menikmati suasana malam yang dingin. Ketika berjalan, Audi bertemu dengan Kenzie.
Kenzie menatap mata Audi selama beberapa detik, ia ingin mencari keteduhan di dalam mata Audi. Kemudian, Kenzie menarik tangan Audi dan mengajaknya berbicara berdua.
"Ngapain?" tanya Audi jutek.
"Nggak kok, gue cuma mau berdua sama lo," jawab Kenzie dengan tersenyum lebar.
"Maaf, gue nggak bisa dekat-dekat sama pacar orang. Kalau nggak ada yang penting, gue mau pergi dulu," ucap Audi lalu berjalan menuju arah panggung, tetapi Kenzie menahan tangan Audi agar tidak pergi.
"Lo marah sama gue?" tanya Kenzie.
"Udahlah, lupain aja. Lupain juga kalau kita pernah kenal, bahkan pacaran," kata Audi lalu pergi.
Kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Audi berhasil membuat hati Kenzie sakit, ia menatap punggung Audi yang mulai menjauh. Kenzie ingin melihat Audi bahagia walau tak bersama dirinya, ia tahu jika kebahagiaan Audi berada di seseorang yang dicintainya selama empat tahun belakangan ini.
***
Suara kicauan burung menyambut hari Audi, hari ini adalah hari terakhir mereka camping. Audi sangat sedih, ia ingin lebih lama lagi untuk berada disini. Audi dan Riza mengemasi tenda, lalu melipatnya.
"Enak banget dari kemarin lo nggak kerja," sindir Riza dengan menatap Aura yang sedang mengipasi rambutnya yang keringetan.
"Biarin," jawab Aura sambil menjulurkan lidahnya. Audi hanya berdehem, ia menatap Aura tajam.
Audi dan Riza berjalan menuju bus, mereka memasukkan barang dalam bagasi. Alex membantu Audi untuk memasukkan barangnya, Kenzie menatap mereka cemburu.
Jeff dan Rafy melihat Kenzie yang sedang terdiam menatap ke arah Audi dan Alex, mereka bingung dengan sikap Kenzie akhir-akhir ini. Bukannya tadi malam Kenzie sudah mengucapkan jika lebih memilih Aura daripada Audi?
"Lo kenapa, Ken?" tanya Rafy dengan menepuk pundak Kenzie.
"Nggak, gue cuma lihat kesana aja. Barang lo udah masuk ke bagasi semuanya?" tanya Kenzie sembari mengalihkan pembicaraan, lalu Jeff dan Rafy mengangguk bersamaan.
Bus yang ditumpangi Audi sudah berangkat, selama di dalam bus, Audi mendengarkan lagu dari ponseonya. Kenzie terus menatap ke arah Audi yang sedang menikmati lagu dengan tersenyum, Alex menatap Kenzie tajam ia tidak suka Kenzie menatap Audi seperti itu.
"Lo ngapain lihat Audi kayak gitu?" tanya Alex dengan menatap Kenzie.
"Terserah gue dong, gue kan punya mata. Lo cemburu?" balas Kenzie dengan senyum licik ke arah Alex. Alex hanya bisa menahan amarahnya, ia tidak ingin terjadi keributan disini.
"Untung aja di dalam bus, kalau nggak habis lo sama gue," ucap Alex pelan.
Perjalanan menuju Jakarta sangat padat, Audi suntuk sekali berada di dalam bus ini. Ia sudah memutar banyak lagu, tetapi tetap saja masih suntuk. Audi melihat pemandangan sekitar, banyak mobil yang sedang macet. Andai saja camping diadakan satu minggu, pasti Audi sangat senang.