Hari ini Audi harus kembali ke aktivitas seperti biasanya, ia malas pergi ke sekolah karena masih capek. Tapi, Alex memaksa Audi untuk pergi ke sekolah karena ada ulangan harian. Audi berjalan menuruni tangga dengan malas, ia sangat tidak bersemangat.
Alex menatap Audi seperti orang bangun tidur, Audi terlihat sangat lelah. Lina menggandeng tangan Audi, ia takut jika Audi masih mengantuk.
"Ngapain sih sekolah? Gue capek tau," omel Audi dengan menatap Alex yang sedang memakan buah.
"Jangan gitu dong, Audi. Lo harus semangat sekolah, itu juga buat bekal lo di masa depan," sahut Sefan dengan mengambil lauk yang tersedia di meja makan. Audi menutup telinganya, ia tidak ingin mendengar ceramah pagi-pagi.
Jarum jam menunjukkan angka enam lewat dua puluh menit, Audi dan Alex mengendarai motor dengan ngebut agar cepat sampai di sekolah. Gerbang sekolah sebentar lagi ditutup, semua ini karena Audi yang malas berangkat sekolah pagi ini.
Kenzie melihat Audi yang sedang berjalan sengan Alex, ia menghampiri Audi karena ada sesuatu yang akan disampaikan. Audi berjalan mengikuti Kenzie, ia bingung mengapa Kenzie mengajaknya berbicara hanya empat mata?
"Ngapain sih sebenarnya?" tanya Audi dengan menatap Kenzie tajam.
"Nih, gue ada hadiah buat lo," jawab Kenzie sembari memberikan gelang berwarna silver. Audi menatap Kenzie, ia tidak tahu maksud dari semua ini.
"Nggak, gue nggak mau terima. Mending lo kasih ke Aura," ucap Audi lalu mengembalikan gelang yang sudah dipasang Kenzie ke tangannya.
"Kasih gue kesempatan lagi, ya?" balas Kenzie yang membuat Audi terkejut, apakah sekarang dirinya sedang bermimpi? Audi hanya diam beberapa detik, ia tidak tahu harus berbuat apa. Apakah Audi harus memberi kesempatan kedua untuk Kenzie?
"Yaudah iya," jawab Audi.
"Makasih ya," ucap Kenzie dengan tersenyum.
Audi berjalan ke kelasnya, senyumnya mengembang seolah tak ingin berhenti. Ia berharap semoga Kenzie tidak main-main dengan ucapannya, Audi merasa sangat bahagia.
Alex menatap Audi, ia bingung mengapa Audi tampak sangat bahagia? Apakah terjadi sesuatu diantara Kenzie dan Audi? Alex langsung membuyarkan lamunannya, ia tidak ingin menerka-nerka.
"Lo kenapa? Kok kelihatan bahagia gitu," tanya Alex dengan menyenggol bahu Audi.
"Iya, tadi Kenzie ngasih gue ini," ucap Audi sembari memperlihatkan gelang pemberian Kenzie, "Terus tadi dia minta kesempatan kedua," sambung Audi dengan tersenyum lebar.
Alex hanya diam, bibirnya seperti tidak bisa terbuka. Ia harus menerima kenyataan ini jika Audi tidak mencintai dirinya, Alex tersenyum kecil kepada Audi. Andai saja, Alex mengenal Audi lebih dulu daripada Kenzie.
Audi tersenyum sambil mengusap gelang pemberian Kenzie, ia berjanji akan menjaga gelang itu. Kemudian, ia mengambil secarik kertas dan menulis surat untuk Kenzie. Audi sudah tidak memikirkan lagi tentang Kenzie mengetahui pengirim surat misterius itu, kalau pun Kenzie tahu, Audi juga sudah siap.
"Nulis surat lagi?" tanya Alex dengan menatap Audi bingung, lalu Audi mengangguk dengan cepat.
"Walaupun gue udah dekat sama Kenzie, tapi gue akan selalu ngirim surat ini," jawab Audi sembari melipat kertas dan memasukkan ke dalam amplop putih yang sudah diberi parfum.
"Oh."
Bel istirahat berbunyi, Audi berjalan menuju kantin karena Kenzie mengajaknya. Kenzie menggandeng tangan Audi sepanjang jalan, ia bahagia karena Audi memberinya kesempatan kedua. Kenzie memilih bangku yang tidak terlalu ramai, lalu memesan makanan.
Kenzie menatap Audi yang sedang lahap memakan, Kenzie tertawa kecil ketika melihat ekspresi Audi. Audi menepuk tangan Kenzie, ia kesal karena Kenzie menertawainya.
"Jangan gitu, gue malu tau," ucap Audi.
"Nggak apa-apa, lo cantik," jawab Kenzie dengan tersenyum lebar. Pipi Audi memerah seperti udang rebus, rasanya ingin terbang saja.
Alex berdiri tak jauh dari tempat Audi dan Kenzie, ia melihat mereka sedang tertawa bersama. Alex bahagia karena Audi kembali bahagia, tetapi disisi lain hatinya menahan sakit yang tak bisa diungkapkan. Alex tersenyum, lalu berjalan kembali menuju kelasnya.
Bel pulang sekolah berbunyi, Audi bingung menatap Alex. Mengapa sedari tadi Alex hanya diam? Apakah Audi membuat salah padanya? Alex berjalan mendahului Audi, lalu Audi mengejar Alex hingga menuju parkiran.
"Lo kenapa sih, Lex? Gue ada salah?" tanya Audi dengan menatap Alex yang sedang sibuk memasang helm ke kepalanya.
"Nggak kok, gue cuma capek aja. Yuk pulang," jawab Alex malas, lalu menyalakan motornya dan pergi dari sekolah.
Sepanjang perjalanan, Alex hanya diam seribu bahasa. Audi ingin mengajaknya berbicara, namun Audi takut. Ia tidak ingin membuat Alex lebih marah lagi, Alex membelokkan motornya menuju penjual ketoprak. Audi turun dari motor, lalu mengikuti langkah kaki Alex yang sedang memesan ketoprak.
"Lo mau?" tanya Alex singkat.
"Mau," jawab Audi.
Audi memakan ketoprak dengan lahap, ini adalah salah satu makanan favoritnya. Alex menatap Audi yang asyik makan, senyum di bibirnya mengembang dengan sendirinya. Entah mengapa perasaan Alex sangat bahagia, Audi sadar jika Alex menatapnya lalu memukul tangan Alex.
"Jangan dilihatin gitu," jawab Audi kesal.
"Habisnya lo lahap banget, belum makan berapa tahun?" tanya Alex dengan menatap Audi tersenyum.
"Akhirnya lo mau bicara sama gue, dari tadi kenapa lo cuekin gue sih? Gue ada salah?" tanya Audi.
"Nggak, lupain saja," jawab Kenzie lalu melanjutkan makan. Audi hanya berdecak kesal, mengapa lelaki dihadapannya ini sangat menyebalkan?
Audi dan Alex sudah sampai di rumah, Audi terkejut karena ada Kenzie di depan rumahnya. Kenzie membawa sebuah hadiah besar untuk Audi, ia berharap semoga Audi menyukai hadiah pemberiannya.
Audi turun dari motor, lalu berjalan menghampiri Kenzie. Ia bahagia karena Kenzie memberinya hadiah sebesar ini, Audi sangat penasaran dengan isinya.
"Ini apa?" tanya Audi bingung.
"Tanda permintaan maaf gue, kalau gitu gue balik dulu ya," pamit Kenzie lalu melesat pergi dari rumah Audi.
Alex melihat Audi yang tersenyum sembari membawa kotak itu, ia mengikuti langkah Audi menuju ruang tamu. Audi membuka kotak itu, ternyata berisi gaun berwarna biru yang indah. Audi mencoba mendekatkan gaun itu ke badannya, sepertinya Audi cocok mengenakan gaun ini.
"Cocok nggak, Lex?" tanya Audi dengan menatap Alex tersenyum lebar.
"Nggak," jawab Alex cuek.
"Loh, kok nggak cocok? Memangnya kenapa?" tanya Audi lalu mendekat ke arah Alex, ia tidak tahu apa maksud Alex mengatakan itu.
"Karena itu dari Kenzie, gue nggak suka," ucap Alex singkat.
"Nggak suka? Emangnya lo siapa gue?" jawab Audi dengan menatap Alex kecewa. Alex memandangi Audi yang pergi dari hadapannya, kalimat itu terus mengiang-ngiang di telinga Alex. Ia sadar, jika Audi tidak menganggapnya sama sekali. Alex bukan siapa-siapa Audi.