Audi sudah sampai di sekolah, suasana masih sepi seperti biasanya. Ia berjalan ke kelas Kenzie, disana belum ada seorang pun. Audi mengendap-endap masuk ke dalam kelas itu, lalu meletakkan surat putih di laci meja. Saat Audi keluar dari kelas, ia bertemu dengan Jeff lagi. Keringat Audi bercucuran, semoga saja Jeff tidak semakin curiga.
"Lo lagi apa disini, Di? Ada yang ketinggalan lagi?" tanya Jeff dengan menatap Audi curiga.
"Iya, kemarin waktu ekskul buku gue ketinggalan. Gue duluan ya, Jeff," jawab Audi lalu pergi menjauh.
"Ekskul apaan woi, orang kemarin dia udah pulang kok. Gue jadi semakin yakin kalau Audi pengirim surat itu," gerutu Jeff dengan menatap punggung Audi yang mulai menjauh.
Audi duduk di depan kelasnya sembari mengusap keringatnya, Riza menatap Audi bingung. Apakah Audi sedang sakit sampai berkeringat begini? Riza mendekat ke arah Audi, lalu menempelkan tangannya ke dahi Audi yang dipenuhi keringat-keringat kecil itu.
"Lo sakit?" tanya Riza bingung.
"Nggak lah," jawab Audi kesal.
"Terus kenapa lo berkeringat gini?" ucap Riza lalu duduk disebelah Audi dan menatapnya serius.
"Tadi gue hampir ketahuan sama Jeff lagi, untung aja gue punya alasan yang pas," jawab Audi dengan menatap Riza. "Udah, yuk masuk ke kelas," sambungnya lalu berjalan memasuki kelas.
Saat pelajaran berlangsung, fokus Audi terpecah ketika Kenzie dan teman-temannya lewat didepan kelasnya. Audi menatap Kenzie yang sedang memainkan bola, ia menyusun kata-kata isi surat yang akan dikirim untuk Kenzie besok.
"Audi, fokus. Lo diliatin Bu Gina tau," bisik Riza di telinga Audi.
"Mumpung lewat, nggak boleh disia-siakan," jawab Audi dengan pandangan mata yang tidak lepas dari Kenzie.
Bu Gina menghampiri Audi karena ramai sendiri, Audi masih tersenyum tidak jelas sambil melihat ke arah jendela. Bu Gina sudah memanggil nama Audi bolak-balik tetapi belum direspon oleh Audi, lalu Bu Gina memukul meja Audi yang membuat Audi tersadar dari lamunannya.
"Eh, ibu. Udah lama disini, bu?" tanya Audi dengan cengegesan seperti tak berdosa.
"Senyum-senyum saja! Sekarang kamu keluar dari kelas saya!" ucap Bu Gina dengan sedikit berteriak.
"Duh, maaf bu. Saya masih ingin ikut pelajaran, bu," jawab Audi lalu menyalami Bu Gina. Namun, Bu Gina langsung menyuruh Audi untuk keluar. Mau tidak mau, Audi pun menuruti perintah gurunya itu.
Audi berjalan keluar dari kelasnya, ia duduk menatap ke arah lapangan. Audi melihat kelas 11 IPA 1 sedang olahraga, ia terus memperhatikan Kenzie yang fokus mengoper bola ke temannya.
"Andai gue bisa dekat sama lo, Ken. Asal lo tau, gue sayang banget sama lo, pangeranku," ucap Audi dengan pelan sambil menatap Kenzie.
Kenzie menatap ke arah Audi, ia merasa ada yang memperhatikannya sedari tadi. Apakah itu Audi? Kenzie duduk sambil meneguk air mineral, ia melihat ke arah Audi yang masih terus memperhatikan dirinya. Awalnya Kenzie tidak terlalu menghiraukan Audi, tetapi tatapan mata Audi membuatnya tidak nyaman.
"Itu si Audi ngapain ngelihatin gue terus ya? Risih gue," ucap Kenzie dengan menatap kedua temannya.
"Kan gue udah bilang, Audi tuh emang suka sama lo," jawab Jeff lalu menatap ke arah Audi.
"Mungkin aja sih, Jeff. Tuh lihat aja, pandangannya nggak lepas dari Kenzie," timpal Rafy sambil meneguk air mineral yang direbut dari tangan Kenzie.
"Gue nggak yakin kalau dia suka sama gue," kata Kenzie lalu berjalan mengambil bola basket dan memainkannya.
Bel istirahat berbunyi, hukuman Audi telah selesai. Ia berjalan bersama Riza menuju kantin, disana sudah ramai dipadati siswa dan siswi. Audi tidak sengaja bertabrakan dengan Kenzie, ia tidak berani menatap mata indah milik Kenzie. Audi bangkit dari jatuhnya, dibantu oleh Riza.
"Maaf, gue nggak sengaja," ucap Audi lalu berlari menjauhi Kenzie dan teman-temannya.
"Kenapa dia langsung pergi?" tanya Kenzie datar.
"Karena dia deg-degan pas lihat mata lo," jawab Jeff dengan menatap Kenzie.
"Maksudnya?" tanya Kenzie lagi.
"Susah ya, ngomong sama orang yang nggak pernah jatuh cinta. Udahlah, yuk makan," ucap Jeff kesal karena Kenzie tidak paham maksud ucapannya.
Jantung Audi seperti berhenti berdetak ketika bertabrakan dengan Kenzie, seluruh tubuhnya bergetar dan keringatnya bercucuran deras. Audi bingung harus berbuat apa ketika berhadapan dengan Kenzie, ia terlalu takut untuk berinteraksi langsung dengan Kenzie.
"Kenapa tadi lo langsung lari? Andai aja lo natap matanya, pasti dia langsung klepek-klepek sama lo, Di," ucap Riza lalu menatap Audi yang sedang melamun.
"Gue nggak bisa, gue terlalu takut untuk menatap mata Kenzie," jawab Audi pasrah.
"Terus sampai kapan lo kayak gini? Setiap hari ngirim surat ke Kenzie, tapi nggak pernah dibalas. Lo nggak capek?" tanya Riza.
"Capek sih capek, tapi mau gimana lagi. Ini satu-satunya jalan terbaik buat gue," jawab Audi dengan menatap ke arah lapangan.
Bel masuk berbunyi, Audi mengikuti pelajaran dengan serius. Ia mencoba melupakan kejadian di kantin tadi, Audi tidak ingin Kenzie curiga. Terlebih lagi, Jeff sudah dua kali memergoki Audi berada di kelasnya.
Jam menunjukan pukul dua siang, bel yang ditunggu semua murid akhirnya berbunyi juga. Audi mengemasi seluruh barang-barang lalu memasukkan ke dalam tasnya, ia berjalan keluar kelas menuju gerbang sekolah. Ditengah perjalanan, Audi tidak sengaja berpapasan dengan Kenzie, Jeff, dan Rafy. Audi menundukkan kepalanya, lalu berjalan melewati Kenzie.
"Dia kenapa kok nunduk gitu?" tanya Kenzie sambil menatap Rafy dan Jeff.
"Karena dia suka sama lo," jawab Rafy santai.
"Nggak, dia nggak suka sama gue," protes Kenzie dengan menatap Rafy.
"Terserah ajalah," timpal Jeff kesal.
Jeff kesal dengan Kenzie, parasnya saja tampan tetapi dalam hatinya sangat polos melebihi apapun. Walaupun banyak siswi yang menyukai Kenzie, ia tidak pernah berpikiran menjadikan salah satu dari mereka untuk jadi pacarnya.
Audi berdiri disamping tiang listrik, ia menunggu Sefan menjemputnya. Audi memikirkan tentang Kenzie dan juga Jeff, ia yakin jika Jeff tahu siapa pengirim surat putih misterius itu. Audi ingin sekali mengatakan kepada Jeff untuk tidak memberi tahu Kenzie, tetapi ia ragu melakukan itu.
"Ngelamun aja, yuk pulang," ucap Sefan sambil membunyikan klakson dan membuka kaca mobilnya.
"Iya, iya sabar kali," jawab Audi lalu masuk ke dalam mobil. "Temenin gue ke toko buku ya, kak?" ajak Audi dengan mengeluarkan ekspresi melasnya.
"Yaudah iya," ucap Sefan singkat.
Audi mengitari rak buku yang ada dihadapannya, ia mencari buku berisi sajak indah. Audi ingin sekali mempunyai buku hasil karyanya sendiri, ia ingin menulis tentang Kenzie dalam buku itu. Setelah lima belas menit mencari, akhirnya Audi menemukan buku yang pas untuk dirinya.
"Suatu saat nanti, gue bakal nulis di buku kayak gini dan isinya semua tentang lo, Kenzie," ucap Audi dengan tersenyum lalu berjalan menuju kasir.