Sesuai janji yang ia katakan pada Rania sewaktu Rania dirawat dirumah sakit, Reno mengajak Rania ke rumah pohon yang dimaksud oleh Reno.
Reno sudah mempersiapkan segala sesuatunya dan tidak kekurangan sedikitpun.
Ini pasti akan sukses! ujar Reno dalam hati.
Mata Rania ditutup oleh kain hitam. Rania sama sekali tidak mengetahui kalau Reno akan mengajaknya kemana malam ini.
"Ren kita mau kemana sih?" tanya Rania.
"Kepo banget sih?" kata Reno.
Rania mendengus kesal, "Jangan-jangan lo mau culik gue? Terus lo mau macem-macemin gue? Duh Ren buang jauh-jauh--"
"Idih pikiran lo kotor banget. Ngapain gue macem-macemin lo sekarang? Kan gue bisa macem-macemin lo-nya nanti pas kita udah..."
"Udah apa?!"
"Udah nikah."
Deg.
"Ta-tapi gue gamau nikah sama lo. Lo nyebelin!" kata Rania kesal.
Reno terkekeh pelan, "Udah elah bawel banget lo. Bentar lagi sampe," katanya.
"Gue penasaran banget tapi Ren lo mau bawa gue kemana.." ucap Rania.
"Sabar ya bentar lagi sampe kok," Reno tersenyum kearah Rania. dan gue bakal bikin malem ini jadi malem yang gak bakal lo lupain Ra.. batin Reno.
Tak lama kemudian mereka sudah sampai ditempat tujuan mereka.
Pas jam 12:00 AM, Reno membuka penutul mata yang menutup mata Rania sejak tadi. Dan saat itu juga...
"SURPRISE!!!"
Duar duar duar!!!
Suara kembang api menghiasi malam itu. Dan puncaknya adalah saat ada sebuah kembang api bertuliskan
HAPPY SWEET SEVENTEEN RANIA!
I LOVE YOU
Rania menatap langit-langit itu, kemudian menatap Reno sambil tersenyum haru, "Lo.. lo inget ulang tahun gue?" tanyanya.
"Mana mungkin gue lupa sih Ra?" Reno terkekeh. "Oh iya ada satu lagi."
"Happy birthday to you
happy birthday to you,
happy birthday happy birthday,
happy birthday... Rara." Reno menyodorkan sebuah cake kepada Rania. "Tiup lilinnya dulu ya, tapi sebelum itu lo harus make a wish dulu," kata Reno.
Rania tersenyum, "Semoga diumur baruku, aku bisa menemukan pangeran yang aku impikan. Semoga hidupku jadi lebih berwarna" katanya dalam hati, kemudian ia meniup lilin itu satu persatu.
Hari ini, usianya bertambah satu. Usianya sudah tujuh belas tahun. Aku hanya bisa berharap semoga hidupnya akan terus bahagia... dengan atau tanpa aku. ujar Reno dalam hati.
"Yeeey!" ucap Rania saat lilinnya sudah berhasil dipadamkan olehnya.
"Eh btw ini rumah pohon yang lo maksud waktu itu Ren?" tanya Rania.
Reno mengangguk pelan, "Iya Ra. Keatas yuk," katanya.
"Keatas?"
"Iya. Ayo." Ajak Reno.
"Ta-tapi gue takut Ren,"
"Enggak jangan takut, ada gue kan yang jagain lo."
Rania akhirnya pasrah dan ia naik keatas rumah pohon itu bersama dengan Reno. Dari atas rumah pohon itu. Dari atas rumah pohon itu, Rania bisa melihat pemandangan yang indah.
"Wow!" Kata Rania kagum.
"Gimana? Suka?" tanya Reno.
Rania menganggukan kepalanya, "Ini keren banget sumpah Ren! Disini indah banget!" katanya.
Reno tersenyum melihat Rania seperti itu.
Tiba-tiba dahi Rania menyerngit bingung, "Ren, ini apa?" tanyanya sambil menunjuk sebuah ukiran dibatang pohon itu.
"Oh itu," Reno terkekeh pelan, "Itu dulu waktu kecil buat ukiran nama lo sama nama gue disini. Dipohon ini." katanya.
"Buat apa?"
"Ya buat nandain aja kalo rumah pohon ini punya lo sama punya gue doang. Gak boleh ada orang lain yang dateng ke rumah pohon ini atau pake rumah pohon ini kecuali lo sama gue," kata Reno.
Sebuah senyum mengembang dibibir Rania, "Jadi, ini cuman punya kita?"
"Iya. Punya kita doang," Jawab Reno.
Reno memberikan sebuah kotak kepada Rania, "Nih ada kado dari gue buat lo."
"Apaan nih?" tanya Rania. "Gue buka ya?"
"Iya. Langsung dipake ya?" tanya Reno.
Rania pun membuka kotak dari Reno tersebut. Sebuah kalung berliontin RR yang berada didalam kotak tersebut.
Rania menyerngit bingung, "RR? Maksudnya?"
"Rania dan Reno." kata Reno.
"Makasih ya, gue suka sama kadonya. Boleh tolong pakein?"
Reno menganggukan kepalanya pelan, kemudian ia memakaikan kalung itu dileher Rania.
Perfect! ucap Reno dalam hati.
"Akhirnya setelah sekian lama lo pake kalung itu juga ya.." kata Reno. "Tapi gapapa, sekarangkan lo udah make kalung itu dan gue seneng kalo lo suka sama kalungnya," Reno tersenyum.
"Lo cantik Ra." Kata Reno lagi.
Jangan sampai Reno ngeliat gue blushing saat ini. Jangan sampe...
"Lo blushing?" Reno terkekeh pelan.
Rania mengerucutkan bibirnya, "Enggak ih! Nyebelin!" katanya.
"Becanda Ra.."
"Ren makasih ya sekali lagi. Buat kadonya, buat surprisenya, buat segala-galanya. Gue seneng banget hari ini, ini ulang tahun terindah yang pernah ada dihidup gue, dan you did it." ujar Rania.
Reno tersenyum, "Sama-sama Ra."
"Gue boleh meluk lo?" tanya Rania.
"Bolehlah." Reno merentangkan tangannya.
Rania pun langsung memeluk Reno saat itu juga. Ada yang lain saat ia memeluk Reno, dan ia sendiri pun tidak tau ada apa yang terjadi diantara dirinya dan Reno.
Ia sangat tidak paham kenapa jantungnya selalu berdetak lebih cepat saat ia dekat dengan Reno seperti itu, saat Reno menatap matanya, saat Reno memeluknya seperti ini dan... dan disaat Reno mencium keningnya saat itu. Dan ketika tadi Reno memujinya, pipi Rania serasa memanas. Ia tidak bisa mengontrol dirinya. Semuanya terasa berbeda.
Apa mungkin ia sudah jatuh pada pesona Reno?
Apa mungkin ia sudah jatuh cinta pada Reno?
Tbc
***