Chereads / Thoughts (You & Me) / Chapter 12 - Remember?

Chapter 12 - Remember?

Dua anak kecil sedang asyik bermain dihalaman belakang rumah mereka. Si anak cowok sedang bermain mobil-mobilan remot miliknya, sedangkan si anak perempuan sedang menggambar dengan lucunya.

Tik tik tik...

Hujan turun membasahi bumi. Setetes demi setetes, dan lama kelamaan semakin deras. Hujan itu menginterupsi dua anak kecil yang sedang bermain disana.

"Ra! Ayo kita masuk ke rumahku, ujannya gede banget!" ujar Si anak laki-laki.

Si anak perempuan itu mengangguk pelan kemudian mengikuti si anak laki-laki yang berlari masuk kedalam rumahnya.

Karena hujan turun cukup deras, gambar yang dibuat Si Anak perempuan itu pun basah.

Wajah anak perempuan itu tampak sedih, dan anak laki-laki yang menyadari ada perubahan pada raut wajah si anak perempuan langsung menghampirinya dan bertanya, "Rara? Kamu kenapa? Kok sedih?" tanyanya.

Si anak perempuan yang bernama Rara itu menunjukan gambarnya yang basah dan sudah tidak berbentuk kepada si anak laki-laki, "Gambar aku rusak Ren.." katanya.

"Udah jangan sedih ya Ra.." Si anak laki-laki mengelus-elus bahu si anak perempuan itu, "Nanti kita buat gambarnya bareng-bareng lagi deh." hiburnya.

"Tapi.. Tapi gambarnya udah aku buat bagus. Aku mau unjukin gambarnya ke Mom dan Dad," kata si anak perempuan itu.

Si anak laki-laki itu menghela nafas pelan, "Udah kamu jangan sedih ya, aku janji deh aku bakal bantu kamu nanti buat bikin gambar yang baru. Nanti kamu bisa tunjukin ke Om sama Tante," katanya.

"Eh iya Ra, aku mau ngajak kamu ke rumah pohon deh besok," kata anak laki-laki.

"Rumah pohon?" tanya si anak perempuan.

Si anak laki-laki mengangguk pelan, "Iyaa, rumah pohon. Aku jamin, kamu pasti suka deh rumah pohon itu." katanya. "Disana indah," tambahnya lagi.

"Pokoknya besok kamu musti ikut aku kesana. Oke?"

"Oke." Kata si anak perempuan itu.

〰〰〰

Sudah satu minggu Rania koma dan sampai sekarang belum juga ada tanda-tanda kalau Rania akan sadar. Reno hampir frustasi, ia sangat tidak tega melihat Rara-nya terbaring lemas seperti itu terus.

Sudah satu minggu juga Reno tidak bersekolah demi menjaga Rania. Percuma saja ia ke sekolah kalau pikirannya tidak konsentrasi pada pelajaran yang dijelaskan oleh guru-guru, kan?

"Ra.." lirihnya, "Lo kapan bangun sih Ra?"

"Lo gak cape tidur terus?"

"Lo gak kasian sama Daddy lo, sama Mommy lo dan sama.. sama gue?" tanya Reno.

Reno menghela nafas pelan, "Gue kangen sama lo Ra. Gue lebih milih lo bersikap jutek sama gue, dari pada gue harus ngeliat lo kayak gini.."

"Sumpah ya Ra, hidup gue gak lebih indah kalo gak ada lo.." Reno menatap sendu kearah Rania yang masih tertidur.

Tiba-tiba tangan Rania bergerak, Reno yang menyadari hal itu langsung menoleh kearah Rania, "Ra? Ra lo udah bangun Ra?" tanyanya.

"...Re--Ren.." kata Rania terbata.

Reno tersenyum, "Iya Ra iya ini Reno. Sebentar ya gue mau manggil dokter," katanya.

Reno pun keluar untuk memanggil dokter yang memeriksa keadaan Rania.

"Jadi bagaimana dok keadaan Rania?"

tanya Reno.

Dokter itu tersenyum, "Syukurlah, Nona Rania sudah siuman. Kondisinya sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Tapi Nona Rania harus tetap banyak istirahat dulu ya," katanya.

"Oke dok oke. Makasih ya Dok," kata Reno.

"Ra, gimana keadaan lo? Apa yang lo rasain?" tanya Reno setelah dokter yang memeriksa Rania pergi.

Rania tersenyum, "Gue baik. Lo.. lo kayak mayat idup Ren.." katanya.

"Lo lama banget tidurnya Ra.." Reno terkekeh pelan, "...gue kangen sama lo."

"Cie yang kangen sama gue," canda Rania.

Raut wajah Rania seketika berubah, "Givran.. Gue udah tau semuanya Ren.." katanya. "Gue udah tau kalo--"

"Ssshhh!" Telunjuk Reno sudah berada dibibir Rania, "Gue udah tau. Dan gue udah kasih pelajaran ke dia," katanya.

"Maksud lo?"

"Udah lo tenang aja. Gue gak akan diem aja ngeliat ada orang lain yang nyakitin lo," kata Reno.

"Gue udah putus sama Givan, Ren." lirih Rania.

〰〰〰

Setelah Rania siuman, Reno kembali ke sekolah. Melihat Rania sudah sadar lagi, semangat hidup Reno kembali datang pada hidupnya.

Belakangan ini rumah sakit menjadi rumah kedua bagi Reno, karena setiap mau berangkat ke sekolah pasti ia selalu menyempatkan diri untuk pergi ke rumah sakit demi melihat Rania, bahkan Reno rela terlambat masuk kelas dan terkena hukuman oleh guru piket karena sering terlambat. Tetapi itu tidak masalah baginya.

Pulang sekolah pun begitu, setelah latihan basket untuk turnamen yang akan berlangsung dua bulan lagi, Reno selalu kembali ke rumah sakit hingga malam. Bahkan terkadang ia menginap dirumah sakit kalau orang tua Rania sedang banyak pekerjaan.

Mereka menjadi semakin dekat. Mengenal satu sama lain dengan lebih dekat. Perlahan-lahan Rania pun mengingat kembali masa kecilnya ketika bersama Reno.

Walaupun belum semuanya diingat olehnya, namun beberapa memori ketika dulu waktu mereka kecil sudah berhasil diingatnya.

"Ayo aaaaa," Reno menyuapi bubur kepada Rania.

Rania menggeleng, "Gamau, udah kenyang.." katanya.

"Sekali lagi deh abis itu udah, ayo aaaaa," kata Reno sambil mencoba menyuapi Rania lagi.

Dengan terpaksa Rania pun memakan suapan terakhir itu.

"Ren.." panggil Rania.

"Hm?" jawab Reno.

"Gue inget waktu kecil dulu kita sering main bareng ditaman belakang rumah. Gue selalu main sama lo, gue ketawa bareng lo, lo selalu jagain gue layaknya seorang hero, gue inget itu," kata Rania sambil tersenyum.

Reno tersenyum kearah Rania, "Jangan lupa juga waktu lo kecil sama sekarang sama aja. Sama-sama nyebelin," katanya.

"Enak aja lo!" Rania menoyor kepala Reno.

"Becanda Ra," Reno terkekeh pelan, "Eh iya nanti abis lo udah balik dari rumah sakit, gue bakal ajak lo ke rumah pohon yang gue dulu bilang ke lo," katanya lagi.

Dahi Rania menyerngit bingung, "Rumah pohon?" tanya Rania.

"Iya rumah pohon Ra, gue bakal ajak lo kesana. Ya soalnya waktu kecil dulu kita nggak jadi kesana kan?" kata Reno. "Gue pengen aja ajak lo kesana. Ada sesuatu yang belom lo liat disana yang pengen gue kasih liat ke lo."

"Sesuatu apa?"

"Ada deh! Makanya cepetan sembuh!"

"Ihh Reno!!!" Reno hanya tertawa saat melihat Rania yang sedang cemberut seperti itu. Menurutnya saat Rania cemberut seperti itu sangat lucu. Lucu sekali. Rasanya Reno ingin mencubit pipinya dengan gemas.

Tbc

***