Malam minggu ini Rania benar-benar sangat bosan. Sesuai dengan perkataannya Reno benar-benar tidak datang lagi ke rumah. Reno menghindarinya. Dan sekarang ia merasa sangat kesepian.
Givran tidak bisa diajak jalan karena katanya ia harus mengantar mamanya ke supermarket.
Letta pun juga sama. Ia tidak bisa karena ada acara keluarga besarnya.
Reno? Tidak mungkin ia mengajaknya. Ia terlalu gengsi untuk meminta Reno menemaninya saat ini.
Rania menghela nafas panjang, hari ini ia benar-benar sendirian.
Ia pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke mall sendirian. Ia mau nonton di bioskop. Tidak peduli bahwa saat ini dia sedang sendirian. Yang ia butuhkan adalah hiburan.
Setelah bersiap-siap, Rania pun berangkat ke sebuah mall yang cukup ternama di Jakarta.
Tak lama kemudian mobil Volkswagen Beetle milik Rania sudah sampai dimall tersebut. Setelah memarkirkannya, Rania pun masuk kedalam mall tersebut. Sendirian.
Ia langsung melangkahkan kakinya menuju ke dalam bioskop.
Saat ia hendak membeli tiket, tiba-tiba ia merasa kalau ia mengenali dua orang yang sedang bergandengan juga sama-sama ingin membeli tiket. Gue kayak kenal deh.. ucap Rania dalam hati.
Matanya membulat seketika, dadanya serasa sesak saat mengetahui bahwa mereka.. mereka tega mengkhianati Rania.
Giv-givran... Dan Letta..?
Rania pun langsung menghampiri mereka berdua, "Hebat! Kalian hebaaat banget!" katanya membuat Givran dan juga Letta terkaget.
"Ra-rania? Lo nga-ngapain disini?" tanya Letta tergagap.
"Gue ngapain? Harusnya gue yang nanya ke lo berdua. Lo berdua ngapain disini? Gandengan tangan segala lagi!" kata Rania.
Ia tidak peduli kalau saat ini mereka sedang dijadikan bahan tontonan gratis bagi orang lain.
"Ran ini gak seperti apa yang kamu lihat sayang.. Ini tuh--"
"Jangan panggil gue sayang. Karna mulai sekarang KITA PUTUS!!!" Air mata Rania mulai turun membasahi pipinya. "Dan lo Let.. Orang yang udah gue anggep sahabat, orang yang udah gue anggep sodara gue sendiri, lo tega ngelakuin ini?! LO TEGA?!" katanya kepada Letta.
Letta merasa bersalah, "Ma-maafin gue Ra... Gue minta maaf, gue tau gue salah. Gue minta maaf sama lo.." katanya.
Rania menggelengkan kepalanya, "Kenapa harus cowok gue Let? Kenapa harus cowok gue yang lo rebut?" kata Rania. "LO PUAS SEKARANG HAH? Gue gamau dan gak akan pernah mau temenan smaa lo lagi! Gue gamau temenan sama pengkhianat kayak lo." kata Rania lagi kemudian ia segera berlari dari hadapan mereka.
Reno bener, Reno udah bilang waktu itu ke gue, bego lo Ra bego! Harusnya lo percaya sama Reno waktu itu!
Ia pun masuk kedalam mobilnya kembali.
Ia mencoba menghubungi Reno.
Ren gue butuh elo...
Tapi Reno tidak menjawab telepon dari Rania. Rania mendesah frustasi, "Gue minta maaf Ren, sumpah gue minta maaf..." katanya.
Ia pun segera mengendarai mobilnya menuju ke rumah Reno. Air matanya terus turun membasahi pipinya. Hatinya saat ini benar-benar hancur, dikhianati oleh pacar sekaligus sahabatnya sendiri.
Apa yang kalian rasakan bila itu terjadi dalam kehidupan kalian?
Sakit bukan?
〰〰〰
Tok tok tok
Pintu rumah Rania diketuk oleh Reno. Entah mengapa perasaannya sungguh tidak enak mengenai Rania. Ia ingin menghubungi Rania, namun ia lupa membawa ponselnya yang ada diatas nakas yang berada di kamarnya.
"Eh Reno, tumben malam-malam kesini, ada apa? Ayo masuk." ajak Tante Franda.
"Itu Tante, Raranya ada dirumah nggak?" tanya Reno.
"Eh Reno, wah sayang sekali kamu datang kesini tapi Raranya sedang tidak ada dirumah," ucap Om Daniel yang masih berkutat dengan iPad-nya karena sedang bermain Clash of Clans.
"Emangnya Rara kemana Om?" tanya Reno.
"Oh Rara, tadi Rara sih bilang mau ke mall katanya mau nonton. Tante pikir dia perginya sama kamu.." Tante Franda menoleh kearahnya, "Memangnya kamu gak pergi bareng Rara?"
Reno menggelengkan kepalanya, "Enggak tante. Jadi begini, udah beberapa hari ini Reno sama Rara ada masalah sedikit, kami sempat bertengkar waktu itu terus jadi diem-dieman sampai saat ini.." Reno memberhentikan ucapannya. "Terus tiba-tiba aja Reno punya perasaan gak enak, makanya Reno cepat-cepat kesini. Reno juga lupa bawa hp makanya juga gak bisa hubungin Rara. Om sama Tante bisa tolong hubungin Rara gak? Reno khawatir sama Rara.." katanya.
Franda mengangguk mengerti, "Jadi gitu.. Yaudah coba tunggu ya tante coba hubungin Rara."
"Iya tante.."
Tut tut tut...
"Suaranya kesambung sih Ren tapi gak dijawab-jawab sama Rara. Mungkin karena Rara sedang nonton film kali ya?" tanya Franda.
"Yaudah kalo enggak Reno tunggu disini aja deh Tante, Om sampe Rara pulang. Boleh?" tanya Reno.
Daniel terkekeh pelan, "Reno reno.. Kamu kan calon menantu Om masa nggak boleh? Kamu mau nginep disini aja juga boleh. Rumah ini juga rumah kamu Ren."
"Makasih Om," Reno tersenyum kearahnya.
Ra semoga gak terjadi apa-apa ya sama lo. Ini serius perasaan gue gak enak banget.. Gue khawatir sama lo.
〰〰〰
Rania mengendarai mobilnya dengan kecepatan sangat tinggi dan dalam emosi yang tidak stabil juga.
Sebenarnya berkendara dengan emosi yang tidak stabil seperti ini sangat tidak baik saat menyetir karena dikhawatirkan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Air mata Rania sedari tadi juga terus mengalir. Pikirannya kacau saat ini. Ia sama sekali tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini. Yang ada dipikirannya saat ini adalah bertemu dengan Reno dan meminta maaf kepada Reno.
Ya, hanya itu saja.
"Harusnya gue dengerin lo Ren. Lo bego banget Ra, lo bego!" Rania memukul stirnya dengan tangan kanannya.
Tin tin tin!!!
Sebuah klakson mobil mengagetkannya. Dari arah yang berlawanan ada sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi juga.
Tin tin tin!!!
Sekali lagi klakson dibunyikan oleh si pemilik truk itu. Lampu sen juga dihidupkan agar mobil Rania segera menghindar dari sana.
Rania shock kemudian membanting stirnya kearah kiri. Ia tidak bisa menyeimbangkan kondisi mobilnya hingga mobilnya menabrak pembatas jalan dan menabrak pohon besar.
Rania yang saat itu tidak memakai seatbelt langsung terhempas ke arah stirnya dan kepalanya mengeluarkan darah yang sangat banyak. Sesaat setelah itu, pandangan Rania langsung berubah menjadi gelap.
〰〰〰
Sudah hampir tiga jam lebih Reno berada dirumah Rania. Sekarang waktu sudah menunjukan hampir tengah malam, namun sampai saat ini Rania belum juga pulang ke rumahnya.
Perasaan Reno semakin tidak karuan. Ia takut kalau akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Tante, Om, kok Rara belum juga pulang ya?" tanya Reno cemas.
Tante Franda pun juga ikutan cemas, "Iya ya Dad, kok Rara belum juga pulang? Masa iya sih dia nonton hingga selarut ini? Mom takut terjadi sesuatu kepada anak kita Dad.." katanya.
"Tenang saja tidak akan terjadi sesuatu pada Rara," kata Daniel mencoba menenangkan Reno dan juga istrinya Franda.
Tenong tenong...
Suara ponsel milik Daniel berbunyi, Daniel segera mengangkat telepon tersebut.
"Halo.."
"Halo dengan Pak Daniel? Orang tua dari Titania Rania Chavali?" tanya orang diseberang sana.
"Iya saya sendiri. Ini dengan siapa? Dan ada perlu apa?" tanya Daniel.
Orang itu menghembuskan nafas pelan, "Begini Pak, saya dari rumah sakit Awal Bross hanya ingin mengabarkan kepada bapak kalau anak bapak masuk dalam ICU akibat kecelakaan. Saya berharap bapak bisa datang ke rumah sakit ini sesegera mungkin," katanya.
"A-apa? A-anak saya ke-kecelakaan?" tanya Daniel shock.
"Iya Pak. Kondisinya sangat memprihatinkan, saya mohon bapak bisa datang kesini secepatnya."
"Baik saya akan segera kesana secepatnya." Daniel memutuskan sambungan teleponnya.
Reno langsung menghampiri Daniel setelah ia memutuskan sambungan teleponnya, "Ada apa om? Apa yang terjadi sama Rara?"
"Ada apa Dad, ayo bilang! Jangan diam seperti itu!" timpal Franda.
Daniel menghela nafas pelan, "Kita ke rumah sakit sekarang. Rara kecelakaan dan dia masuk ICU."
Jderrrrr!
Perkaraan Om Daniel sukses membuat Reno lemas. Dugaannya benar. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Rania saat ini.
Kalo sampe penyebabnya gara-gara mereka gue gak bakal ngampunin mereka. Gue jamin hidup mereka bakalan kelar batin Reno.
Tbc
***