Setelah menerima kabar kalau Rania masuk rumah sakit karena kecelakaan, mereka--Om Daniel, Tante Franda dan Reno--langsung mendatangi rumah sakit tempat Rania dirawat sekarang.
Semuanya tegang akan kondisi Rania saat ini. Mereka takut kalau terjadi sesuatu yang buruk pada Rania.
"Bagaimana keadaan anak saya Dok?" tanya Daniel saat sesampainya diruang dokter yang merawat Rania.
Dokter itu menghela nafas pelan, "Kondisinya sangat buruk Pak. Anak bapak kehilangan banyak darah. Anak Bapak sudah selesai menjalani operasi dan operasinya berhasil tapi..."
"Tapi apa Dok?"
"Tapi anak bapak mengalami koma. Kami akan berusaha semampu kami agar kondisi anak bapak membaik. Tapi lebih baik jika bapak memohon doa kepada Tuhan agar anak bapak diberi kesembuhan," ucap sang dokter itu.
Franda tak kuasa menahan air matanya, "Anak saya akan baik-baik saja kan dok? Selamatkan anak saya dok.." ucapnya.
"Saya akan berusaha semampu saya ya Bu. Doakan saja yang terbaik. Tapi untuk saat ini anak Bapak dan Ibu belum boleh dijenguk oleh siapapun karena kondisinya yang masih belum memungkinkan," ucap Dokter itu. "Kalau begitu saya permisi dulu ya."
"Terima kasih ya Dok." ucap Daniel.
Reno yang mendengar semua itu tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia sudah cukup lemas karena kondisi Rania saat ini.
*
Reno melihat gadisnya yang sedang tertidur lemas dengan banyak selang dan juga perban dalam tubuhnya lewat kaca. Hatinya serasa tertohok melihat Rania seperti itu.
Sudah seharian sejak kemarin malam Rania belum juga sadar. Matanya belum juga terbuka.
Melihat Rania seperti itu sama saja menyaksikan kehancuran dirinya. Bagaimana Reno bisa melihat orang yang ia cintai tertidur lemas disana yang entah kapan bangunnya.
"Reno, ini sudah malam, lebih baik kamu pulang, lagipula besok kan kamu harus sekolah." kata Daniel.
Reno menggelengkan kepalanya, "Reno gamau pulang om. Reno mau disini aja sampe Rara sadar.."
Daniel menghela nafasnya pelan, "Reno turutin apa kata Om, oke? Rania juga tidak mau melihat kamu seperti ini. Lebih baik kamu pulang, besok kamu boleh kesini lagi setelah pulang sekolah," katanya.
"Tapi om--"
"Tidak ada tapi-tapian Ren," kata Daniel.
Dengan sangat terpaksa Reno harus menuruti perkataan Om Daniel untuk pulang ke rumahnya. Padahal ia ingin berada disini, ingin berada dekat dengan Rara, ingin mengetahui perkembangan Rara. Namun percuma saja, Om Daniel menyuruhnya untuk pulang dan kembali besok hari.
〰〰〰
Keesokan harinya disekolah, Reno sama sekali tidak konsentrasi belajar. Pikirannya masih berada dirumah sakit. Ia khawatir dengan keadaan Rania. Benar-benar khawatir.
Tiba-tiba Letta duduk disebelahnya. Matanya menatap Reno sendu, "Ren gue mau ngomong."
Reno menoleh kearah Letta kemudian menoleh kembali ke buku catatan yang sedang dipegangnya.
"Please Ren dengerin gue." kata Letta lagi.
"Cepet ngomong, gue gak punya waktu banyak."
"Gu-gue mau ngomong kalo Rania, Rania udah tau semuanya. Dia ngeliat semuanya kemaren lusa," Kepala Letta tertunduk ia takut reaksi apa yang akan diberikan oleh Reno setelah ia berkata seperti itu.
Rahang Reno mulai mengeras. Brengsek! umpatnya dalam hati.
Reno pun langsung bangkit berdiri dan ia mendatangi Givran yang berada dikelasnya, XI IPS 2.
Letta yang melihat akan ada tanda-tanda yang tidak beres dengan Reno langsung mengejarnya dari belakang.
Buk!!!
Satu tinjuan mendarat di rahang Givran.
"Bego!"
Bukk!
"Karena lo udah nyakitin dia."
Buk!!
"Karena lo udah buat dia terluka."
Bukk!!
"Karena lo udah buat dia sekarang lemes gak berdaya dirumah sakit."
Buk buk buk!!!!!!!!
"Karena lo udah buat air mata dia tumpah. Sumpah gue bakal buat lo sengsara!"
Bukkk!
"RENO!!! UDAH REN UDAH!!" Pekik Letta. "Udah..." lirihnya.
"Udah cukup..." katanya lagi.
Reno tersenyum sinis kearah mereka berdua, "Lo pikir ini semua cukup buat bales kelakuan lo berdua? ENGGAK!!!" katanya.
"Lo tau sekarang apa yang terjadi sama Rania?" Wajah Reno berubah sendu, "Dia kecelakaan.. Dia koma sejak lusa kemaren sampe sekarang dia belom sadar-sadar dan itu karna apa? KARNA LO BERDUA!"
"Ko-koma? Kok bisa?" tanya Givran.
"Dia kecelakaan. Mobilnya nabrak pohon setelah dia ngeliat lo berdua. Kepalanya ke bentur stir cukup keras. Otaknya kena pendarahan, dan sekarang dia koma. Lo udah puas?" tanya Reno.
Letta menelan salivanya susah payah, Rania seperti itu karena dirinya dan Givran. Letta menyesali segala perbuatannya. Andai saja ia tau akhirnya bakal begini, ia tidak akan mengkhianati sahabatnya itu.
"Kasih tau gue Rania ada dirumah sakit mana! Kasih tau gue Ren!" kata Letta dan Givran.
"Mau ngapain? Mau makin nyakitin dia? Lo pikir gue bakal ngasih tau dimana Rara dirawat sekarang?" Reno tersenyum meremehkan. "Gak akan!"
"Tapi Ren.. Gu-gue pengen minta maaf sama Rania. Sumpah gue nyesel ngelakuin ini," kata Letta.
Reno mendengus, "Nasi udah jadi bubur. Semua udah terlambat. Gue gak bakal ngasih izin Rara buat deket-deket sama orang pengkhianat kayak lo berdua!"
"Dan lo Givran Adibrata. Kita tunggu tanggal mainnya. Lo udah berani bangunin macan tidur, sekarang lo akan tanggung sendiri amukan macan itu." ucap Reno kemudian segera pergi dari hadapan mereka berdua.
〰〰〰
Sepulang sekolah Reno langsung kembali ke rumah sakit. Tetapi sebelum itu, ia mampir terlebih dahulu ke toko bunga yang menjual bunga mawar.
Pilihannya jatuh pada mawar berwarna merah. Kata orang, mawar merah merupakan simbol keromantisan, bunga ini melambangkan cinta sejati, dan kesetiaan. Katanya, bunga mawar merah adalah bunga yang cocok apabila untuk menyatakan cinta pada kekasihnya.
Reno masuk pada ruangan serba putih. Bau khas rumah sakit menusuk pada indra penciumannya. Inilah ruangan dimana Rania sedang terbaring lemas diruang rawatnya.
Rania sudah dipindahkan dari ruang ICU ke ruang rawat biasa karena kondisinya yang lebih baik daripada kemarin tetapi tetap saja Rania masih koma.
Setelah meletakan bunga mawar pada pot bunga yang ada dinakas sebelah ranjang Rania, Reno duduk didekat Rania.
"Hai, apa kabar?" Reno memegang tangan Rania.
"Gue udah tau semuanya Ra. Gue tau kalo lo pasti udah tau soal Givran dan Letta.. Iya kan?" Celoteh Reno sendiri.
Reno terkekeh kecil, "Gue kan udah bilang sama lo kalo dia gak baik buat lo, tapi lo malah marah sama gue dan bilang kalo dia yang terbaik buat lo. Nyatanya apa? Dia nyakitin lo kan? Bahkan dia sampe buat lo.. Buat lo kayak gini.." lirihnya. "Tapi lo tenang aja. Gue bakal bales apa yang udah dia lakuin ke lo, Ra. Lo gak usah khawatirin itu."
"Gue sayang sama lo, Ra." Ucap Reno.
"Gi..Givran.." Rania mengigau.
Reno menoleh kearah Rania, "Ra? Kenapa Ra?"
"Gi..Givran.." Ulangnya lagi.
Brengsek! Bahkan disaat lagi koma aja lo masih mikirin si brengsek itu?
"Sssttt Ra, tenang ya, Reno bakalan terus ada disamping Rara," ucap Reno.
Tbc
***