Duk duk priiiiiiitt!! Duk duk priiiit!!!
Suara antara bola basket dengan pluit di lapangan basket indoor SMA Anjaya. Disana terdapat segerombolan anak laki-laki yang sedang berlatih basket untuk turnamen bola basket dua bulan lagi.
Di kursi penonton disana terdapat Rania yang menunggu Givran sedang berlatih basket.
Priiiiiiiit priiiit pritttttt!!!
"Stop! Permainan berakhir sampai disini." kata sang coach.
Semua anak-anak yang sedang berlatih basket memberhentikan permainan mereka dan berkumpul bersama dengan coach mereka.
"Dua bulan lagi kalian akan mengadakan turnamen basket, skill kalian dalam bermain basket sudah lumayan bagus, tapi harus tetap ditingkatkan kembali." kata Coach. "Apa kalian semua sudah siap?" tanyanya.
"Siap coach!" kata Givran mantap.
"Maaf coach, tapi bagaimana dengan Calvin?" tanya Aldo.
Dahi coach menyerngit bingung, "Calvin? Memangnya ada apa dengan Calvin?" tanyanya.
"Calvin kan kecelakaan Coach. Kakinya patah," jawab Givran.
Coach menghela nafas pelan, "Astaga! Lalu bagaimana dengan turnamen kalian? Kita kekurangan orang!" katanya.
"Saya akan mencari pengganti Calvin sementara secepatnya coach," kata Givran.
"Oke baiklah. Saya harap kalian akan segera menemukan pengganti Calvin," Kata Coach, "Baiklah kalau begitu kalian boleh pulang. Latihan hari ini cukup sampai disini."
"Oke coach."
"Thanks coach."
Seselesainya latihan basket Givran langsung menghampiri Rania yang duduk dikursi penonton.
"Haaah capeknya abis latihan," kata Givran yang duduk disebelah Rania.
Rania tersenyum kecil, "Nih." Ia menyodorkan sebotol minuman dingin kepada Givran, "Biar seger."
"Makasih ya sayang," Givran mengambil botol itu kemuidan meminumnya.
"Kenapa tadi? Ada masalah?" tanya Rania.
Givran mengangguk, "Sedikit. Masalah kecil," katanya.
"Ada apa?"
"Tim basket sekolah kita kurang orang buat turnamen dua bulan lagi. Calvin lagi gak bisa ikut karena abis kecelakaan, kakinya patah," kata Givran.
Rania menganggukan kepalanya, "Oh gitu. Coba kamu tanya Reno deh, kayaknya dia suka basket juga," katanya.
"Reno?" Ulang Givran, "Reno siapa?"
"Reno anak baru dikelasku, dia pindahan dari Amerika." Kata Rania.
"Oh gitu. Yaudah besok aku coba ngomong deh sama dia," kata Givran. "Pulang yuk?" ajaknya.
"Ayuk."
〰〰〰
Bunyi suara motor menggema diperkarangan rumah Rania. Reno yang penasaran langsung mengintip dari jendela. Reno menghela nafasnya pelan, seharusnya yang boncengin lo kayak gitu tuh gue Ra ucapnya dalam hati.
"Rara pulang!!!" pekik Rara saat sudah masuk kedalam rumah.
Reno bedecih kecil, "Berisik!"
"Anjir lo lagi lo lagi?! Lo emang bener-bener gak punya rumah kali ya?" tanya Rania.
"Rumah lo bentar lagi kan juga bakal jadi rumah gue. Begitu juga sebaliknya, rumah gue juga bakal jadi rumah lo," kata Reno.
"Hah?"
"Iya bego. Lo kan tunangan--um maksud gue calon tunangan gue." kata Reno dengan bangganya.
Rania mendengus kesal, "Mimpi lo kali. Gue gak mau tunangan sama lo!" katanya. "Lagian bisa-bisanya ya lo nerima perjodohan konyol kayak gitu?"
"Perjodohan konyol? Apanya?"
"Ya perjodohan yang dibuat sama orang tua lo sama orang tua gue. Gue lagian udah punya pacar, gue sayang banget sama pacar gue," kata Rania.
Reno hanya bisa menghela nafas pelan, ia sangat yakin kalau Givran tidaklah sebaik yang Rania pikirkan. Ia harus mencari tahu apa yang mengganjal dalam hatinya saat ia melihat Givran kemarin.
"Udah ah gue capek." Rania melangkahkan kakinya menuju kamarnya, tetapi belum ada tiga langkah Rania kembali membalikkan badannya, "Eh iya tunggu, lo bisa main basket?" tanyanya.
"Bisa, kenapa?"
"Jago?"
"Ya lumayan, emang kenapa sih?" tanya Reno penasaran.
Senyum Rania mengembang, "Good. Tim basket cowok gue lagi butuh banget anggota baru buat turnamen dua bulan lagi, soalnya ada satu anggotanya yang kakinya patah gara-gara kecelakaan." Rania menoleh kearahnya, "Lo masuk anggota tim basket sekolah kita ya?"
"Oke, Lihat aja nanti." kata Reno.
Kalau gue bisa masuk tim basket itu, berarti bakal ada kesempatan buat gue untuk cari tau tentang Givran yang sebenarnya.. ucap Reno dalam hati.
〰〰〰
Keesokan harinya Givran langsung mendatangi Reno dikelasnya. Sesuai dengan usul yang diberikan oleh Rania.
"Lo Reno?" tanya Givran.
Reno mengangguk, "Iya. Kenapa?" tanyanya.
"Gue pengen ajak lo masuk ke tim basket gue." kata Givran. "Tapi sebelom itu gue mau cek seberapa skill lo dalam basket."
"Oke boleh. Kapan?" tanya Reno.
"Pulang sekolah, gimana?"
Reno menganggukan kepalanya, "Oke." katanya.
Sepulang sekolah Reno langsung melangkahkan kakinya ke lapangan basket outdoor disekolah SMA Anjaya. Biasanya lapangan basket indoor digunakan jika ada pertandingan atau latihan yang serius, sedangkan lapangan basket outdoor digunakan untuk sekedar bermain basket biasa.
"Disini?" tanya Reno.
Givran menganggukan kepalanya, "Iya."
"Oke siap. Kapan mulainya?"
"Sabar dong bos. Kita main one on one, gue cuman pengen ngetes skill lo. Jadi main yang bagus," kata Givran meremehkan.
Songong banget nih orang? Emang skillnya dia main basket sebagus apaan sih?
Reno tersenyum sinis, "Oke."
Rania dan Letta yang mendapat kabar bahwa Givran dan Reno akan bertanding basket dilapangan basket langsung segera menyusul ke lapangan basket outdoor tersebut.
Priiiiiiit!
Permainan pun dimulai. Reno dan Givran sama-sama saling berusaha merebut bola basket tersebut dan berlomba-lomba untuk memasukan bola itu kedalam ring sebanyak mungkin.
2 - 8
Itulah skor sementara yang diperoleh oleh mereka. Dua untuk Givran dan delapan untuk Reno.
Gila jago banget dia main basketnya ucap Givran dalam hati.
Rania yang melihat permaian basket yang dimainkan oleh Reno hanya bisa tersenyum sendiri. Dugaan gue gak pernah salah, pasti dia jago main basket, katanya dalam hati.
"Givran ayo Giv lo pasti bisa!" pekik Letta.
Rania langsung menoleh kearah Letta, "Let? Gak salah lo..."
"A-ah i-itu Ran gu-gue cuma ngesupport kok. Jangan sa-salah paham dulu," kata Letta tergagap.
Kenapa Letta aneh banget sih?
"Ngomong apaan sih lo Let? Gue cuman heran aja tumbenan banget lo nyuport cowok gue, biasanya lo paling males." kata Rania, "Bagus deh biar Givran makin semangat." katanya.
Sudah 10 menit permainan dan permainan itu dimenangkan oleh Reno yang mendapat skor lebih unggul dari pada Givran.
Givran mengulurkan tangannya, "Selamat. Lo masuk tim inti basket sekolah kita," katanya.
"Thanks." Reno membalas uluran tangannya.
"Lo jago, harus gue akuin itu." kata Givran.
Reno tersenyum kecil, "Kemampuan gue gak lebih hebat dari pada lo kok."
"Bisa aja. Oh iya jadi kita mulai latihan minggu depan ya setiap hari Senin dan kamis," kata Givran.
"Oke."
Selepas kepergian Givran dari lapangan basket itu, Rania langsung menghampiri Reno, "Selamattttttt!" katanya.
"Udah gue tebak, lo pasti jago main basket." kata Rania.
Senyum Reno mengembang, "Bisa aja lo Ra," katanya.
"Lo harus traktiran nih gara-gara masuk tim inti basket," kata Rania. "Traktir eskrim ya!"
"Oke tuan putri!" kata Reno sambil bergaya hormat dihadapan Rania. Rania hanya terkekeh melihat Reno yang seperti itu.
Tbc