°
°
°
"DIA SIAPA?!." ucap seorang wanita yang tengah mengandung itu, matanya melebar ketika menangkap basah kelakuan suaminya.
Ia berjalan mendekati suaminya yang sedang bermesraan dengan seorang wanita muda dalam keadaan mabuk. Suaminya hanya meliriknya sekilas dan kembali meneguk alkohol yang wanita muda itu sodorkan kepadanya.
"AHGGG! LO LAKI-LAKI SIALAN, GA GUNA! GA ADA TANGGUNG JAWAB SEDIKITPUN!." sambungnya berapi-api.
BRAK...
Laki-laki yang sedang mabuk itu menggebrak meja di hadapannya dan menatap istrinya dengan tajam. Dia berjalan sempoyongan mendekati istrinya itu dan menarik rambutnya. Wanita itu tidak bersuara seakan tak merasakan sakit, ia malah menatap tajam ke arah wanita muda yang bersama dengan suaminya, ia memperkirakan wanita itu berumur 18 tahun.
"LO ITU ISTRI GA GUNA, AHG!." pekik laki-laki itu dan semakin menarik rambut wanita yang tengah mengandung itu.
Karena tak mendengar suara ringisan dari istrinya laki-laki itu mendorong istrinya hingga terhempas ke dinding, wanita muda yang bersama dengan laki-laki itu berdiri dan mendekati wanita yang tengah mengandung itu. Wanita muda itu jongkok dan menarik dagu wanita yang mengandung itu agar menatapnya.
"Ah, kenalin gue Cecil. Dan Haru itu sayang banget sama gue, dan iya gue harap Mbak Riana bisa nerima gue unt- AWW!." ucapan wanita itu yang memperkenalkan dirinya dengan nama Cecil terputus dan malah meringis kesakitan.
Wanita yang sedang mengandung itu tertawa lepas melihat wajah Cecil yang terkoyak akibat ulahnya, ia mengarahkan cutter berkarat itu ke wajah Cecil lagi, spontan saja Cecil mundur meski ia malah terjatuh. Riana berdiri dan berjalan sedikit pincang mendekati Haru yang matanya sedang terbelalak akibat terkejut dengan kejadian barusan.
Sesampainya di hadapan suaminya Riana langsung menancapkan cutter berkarat itu ke leher Haru, setelah menancapkan cutter itu cukup dalam hingga laki-laki itu terduduk lemas, Riana pergi dari kamar itu dan berniat meninggalkan rumah itu.
Sebelum pergi dari rumah itu ia memasuki kamarnya, Riana mengambil sebuah poto dengan ukuran 3×4, pena dan selembar kertas kosong dari laci lemarinya. Ia duduk di tepi ranjangnya, Riana mulai menuliskan sesuatu di kertas itu, dan di akhir tulisannya ia memberikan tanda persetujuannya dengan menggoreskan cutter itu ke jari jempolnya dan langsung menempelkan cap jarinya di kertas itu.
°°°°
2 bulan kemudian...
"Sebenarnya lo ga ada hak, tapi karena gue masih berbaik hati gue masih mau ngasih lo tanggung jawab untuk ngasuh dia. Alena Sasyana, itu nama dia dan jangan coba-coba untuk ganti namanya!. Dan sesuai perjanjian yang gue tinggalin tempo hari anak ini bakal lo urus seumur hidup lo. Paham?." ucap Riana sedikit lirih. Ia menatap bayi manis itu sekilas dan beralih menatap Haru dengan senyumnya yang penuh.
Haru sedikit terkejut dengan cara Riana tersenyum, wanita dihadapannya semakin menjadi-jadi.
"Ah lucu banget bayinya, can-." kata Cecil yang kembali dipotong oleh Riana seperti biasanya. Wajahnya memucat ketika mendengar ucapan menohok dari Riana.
"Dia cantik, semoga ga gatel." ucap Riana dengan enteng dan membuang pandangannya dengan kasar.
"Maksud lo apa?!." wajah Haru memerah seakan menahan amarahnya akibat ucapan Riana yang dinilainya terlalu kasar untuk diucapkan di lingkungan ramai orang asing seperti sekarang.
"Gue rasa jahitan ini ga bakal mempengaruhi gue untuk bergerak." jawab Riana, ia mencoba untuk mengganti posisinya menjadi duduk.
"Mak-." saat Haru mencoba menjawab lagi Riana mengulangi kebiasaanya.
"Saya harap kalian tidak mengganggu saya lagi, silahkan keluar." ucap Riana dengan suara yang memberat dan penuh penekanan.
Tanpa alasan yang jelas, mendadak tubuh Cecil menjadi gemetar. Ia menarik tangan Haru dan menggendong bayi lucu itu serta mengajak keduanya keluar dari ruangan Riana, selangkah sebelum mereka keluar terdengar suara tawa Riana menggema di ruangan itu.
°°°°
"Kenapa keluar?." tanya Haru heran saat Cecil semakin mempercepat langkahnya menuju parkiran.
"Keknya dia sak- AWWW!." Cecil dan bayi yang digendongnya terjatuh karena tanpa sengaja ia menabrak seorang nenek.
Haru langsung membantu Cecil untuk berdiri tanpa menghiraukan bayinya yang menangis dan tergeletak di lantai. Mendengar suara tangisan bayi, nenek itu sedikit berlari dan mengambil bayi itu, ia mengusap-usap kepala bayi itu berusaha meredakan tangisannya . Melihat itu, Haru langsung mendatangi nenek itu dan merebut bayinya dengan kasar.
"Jalan itu pake mata!." bentak Haru ke nenek itu hingga membuatnya dalam sekejap menjadi sorotan orang-orang di sekitar sana.
"Jalan itu pakai kaki." jawab nenek itu dengan entengnya dan berlalu pergi.
Haru dan Cecil menatap punggung nenek itu yang belum jauh dari hadapannya, beberapa detik kemudian nenek itu berhenti dan membalikkan badannya.
"Bayi itu harusnya normal, tapi ini masih sebuah awal." ucap nenek itu dan beranjak pergi.
°°°°
Beberapa tahun kemudian...
Seorang gadis kecil tengah duduk di ayunan depan TK nya, ia hanya sendirian di sana. Semua teman-temannya sudah dijemput, berulang kali ia mencoba menelpon Papanya tapi sia-sia saja.
"Aku bosan, huft...." ucap gadis kecil itu lirih.
"Alena sayang."
Gadis kecil itu menoleh karena merasa namanya dipanggil oleh seseorang, ia turun dari ayunan itu, matanya menyusuri halaman luas yang terlihat kosong namun ia tak menyerah sekali lagi ia mencoba menyusuri halaman luas itu dengan teliti. Matanya menyipit ketika menyadari ada seseorang di balik pohon beringin besar yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia berjalan mendekati pohon itu. Saat berada tepat di belakang pohon itu, gadis kecil itu memberanikan diri untuk menyapa orang itu duluan.
"Siapa di sana?." tanyanya pada orang itu.
Di balik pohon, orang itu tengah tersenyum penuh seakan merasa menang hanya dengan mendengar suara gadis kecil yang tadi ia sebut Alena.
"Huh, menyebalkan!." gerutu Alena dalam hati.
Ia mencoba mendekati orang itu dan berniat untuk menanyakan darimana orang itu tahu namanya. Baru saja Alena mendekat 3 langkah orang tersebut keluar dan menampakkan wajahnya yang tengah tersenyum penuh, Riana.
"Main sama Eomma dulu, ayo." pinta Riana tanpa menghilangkan senyumannya.
"Eomma?." tanya Alena memastikan.
Riana menarik tangan Alena dan mengajaknya masuk ke dalam mobil, Alena hanya menurut saja ia bahkan bingung untuk pertama kalinya ia tidak memberontak ketika seseorang mengajaknya pergi, apalagi itu orang asing.
Saat berada di dalam mobil Alena bertemu dengan seorang laki-laki kecil seumurannya, laki-laki itu tampak dekil karena wajah dan bajunya penuh akan tanah. Alena hanya mampu menghela nafasnya dan memilih tidak melihat laki-laki itu lagi.
Setelah beberapa menit akhirnya Riana ikut masuk ke dalam mobil itu, ia duduk di kursi supir namun ia membalikkan badannya agar mampu melihat Alena. Ia mengunci semua pintu mobil itu dan mulai membuka suara.
"Saya ingin menjelaskan sesuatu, harap sabar dan cermati." ucap Riana dengan suaranya yang berubah menjadi berat.
°°°°
Alena merebahkan dirinya di atas kasur kesayangannya, mencoba mencerna tiap kata-kata yang dilontarkan Riana, ia sedikit bingung dengan arti 'keluarga, kuasa dan cinta'. Ia memiringkan badannya dan memeluk bantal gulingnya.
"Eomma?, dia kok tahu ya. Padahal Eomma Riana ga pernah ke sekolah, bahkan dia ga ngurusin aku. Terus lagi, kok dia bilang aku ini seperti keluarga dan kuasa diwaktu yang bersamaan, sedangkan Eomma Riana seperti cinta. Kok aku ga ngerti ya, atau aku tanya aja sama Appa?, tapi keknya Appa ga bakal jawab pertanyaan aku dan pasti nuduh aku lagi bohong tentang Tante yang ngaku-ngaku sebagai Eomma kandung aku, tapi… poto itu." Alena mengakhiri ucapannya dengan gelengan kepala.
Alena menghela nafasnya panjang dan mencoba menutup matanya.
"Selamat malam!, semoga mimpiku indah." ucap Alena sambil tersenyum.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Assalamualaikum.
Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam.
Happy reading
Instagram : @meisy_sari
@halustoryid
Maafkan bila terdapat typo🙏🏻
Tinggalkan saran kalian❤