°
°
°
Bugh…
"LO GA BOLEH KASAR SAMA CEWEK!."
"DIA ITU ORANG YANG BAKAL DIJODOHIN SAMA GUE! APA URUSAN LO!."
"MASIH SD UDAH JODOH-JODOHAN, LO KIRA GUE GOBLOK?!."
"ALENA JELASIN KE DIA, SURUH TEMEN LO INI LEPASIN GUE!."
"Dit, lepasin dia. Dia jujur." Alena mendekati Aditya, ya Aditya yang tempo hari menjadi teman Alex.
Aditya menghempaskan laki-laki yang baru saja ia hajar ke tanah. Ia beralih mencengkram dan menatap Alena dengan rasa tidak percaya.
"Lo bahkan ga cerita ke gue? Lo ga anggap gue temen lo?." tanya Aditya tanpa mengalihkan pandangannya dari kedua manik mata Alena.
"Maaf." jawab Alena lirih.
Cuma itu yang dapat Alena katakan pada Aditya, ia benar-benar merasa bersalah pada Aditya karena telah menyembunyikan hal ini. Aditya tersenyum, ia melepaskan cengkramannya.
"Oke, gapapa. Lagian lo juga ga anggap gue lebih dari Kakak, kan?. Gue cabut." Ucap Aditya sambil tersenyum dan meninggalkan Alena bersama cowok itu.
"Dit-."
"Lo pulang sama gue." Cowok yang baru saja mengaku sebagai orang yang telah dijodohkan dengan Alena pun menarik tangan gadis itu menuju mobilnya.
°°°
Alena menghempaskan tarikan tangan orang itu, ia menolak untuk ikut masuk ke dalam mobil itu.
"Lo ga seharusnya ngelakuin itu ke dia dan gue, Arsen."
"Lo belain dia?!."
Alena menunduk sebentar kemudian ia kembali menaikkan wajahnya menatap orang yang ia panggil dengan nama Arsen, Alena pun mulai menampilkan 'senyuman penuhnya'.
"Ga ada yang belain dia, kamu pulang aja ke rumah. Sore nanti aku bakal ke rumahmu, bukankah ada pesta?." Ucap Alena tanpa melunturkan 'senyumannya'.
Tanpa mendengarkan jawaban dari Arsen, Alena pun langsung mengambil langkah menjauh dari laki-laki itu.
°°°
"Kirimkan saja Alena ke pesta itu, aku sibuk." Ucap Haru ke Cecil.
Cecil pun mendekati Haru dan memegang bahu Haru dari belakang, Haru pun membalikkan badannya dan melepaskan pegangan Cecil dari bahunya.
"Jangan berusaha membujuk, aku menyetujui usulanmu untuk menjodohkan Alena hanya karena dengan begitu kita bisa mengusirnya dari sini lebih cepat. Aku ga tertarik sama sekali dengan keluarga sombong itu!." Haru memperjelas kalimatnya dan meninggalkan Cecil sendirian di kamarnya.
Di sisi lain…
Seorang gadis kecil mendengarkan seluruh perbincangan dua orang dewasa itu, perbincangan mengenai perjodohan dirinya. Ia hanya menanggapi perbincangan itu dengan senyuman miringnya.
"Tidakkah kalian malu dengan perbincangan kalian barusan?." tanya Alena dari balik pintu kamar mandi kamar Haru, ia pun keluar dari kamar mandi itu.
"Ke-kenapa di sana sayang?." tanya Cecil gugup dan mendekati Alena.
Gadis kecil itu tak menggubris pertanyaan Cecil ia hanya melewati wanita itu dan keluar dari kamar Haru. Alena melangkah memasuki kamarnya dan mengunci pintu kamarnya, ia segera menjatuhkan dirinya ke atas kasur.
"Pakaian apa yang harus aku pakai?."
°°°
Alena memasuki rumah megah milik Keluarga Arsen, ia disambut dengan hangat oleh Pak Gun dan Bu Yoshi. Keduanya adalah orang tua Arsen, Pak Gun mengulurkan tangannya ke Alena.
"Ayo masuk, kita langsungkan segera acaranya." Ajak Yoshi dan ikut mengulurkan tangannya.
Dengan 'senyum penuhnya' yang seakan mampu menyihir semua orang, Alena menerima dengan senang hati uluran kedua tangan orang itu. Saat memasuki ruang pesta itu, sorot perhatian langsung teralihkan ke Alena. Dress gold yang dipadukan dengan flat shoes silvernya berhasil membuat hadirin pesta itu terkesima.
"Wah, kelihatannya kecantikan kamu ini berhasil menyihir semua orang di sini ya." Yoshi mencubit pipi Alena dengan gemas, ia sungguh menyukai gadis kecil ini.
"Cepet gede ya, biar Om sama Tante cepet nimang cucu yang secantik kamu." ucap Gun tak kalah gemasnya, ia mengusap-usap kepala Alena.
Alena mendongak ke atas, ia tersenyum ke arah Gun dan Yoshi. Ia mengangguk pelan, Alena berjalan mendahului Gun dan Yoshi. Alena berjalan menghampiri seseorang dan itu yaaa Arsen. Ia menyenggol bahu laki-laki itu, Arsen pun langsung membalikkan badannya. Wajahnya menjadi suram di detik itu juga, ia menarik tangan Alena dengan kasar mengajak gadis kecil itu ke kolam renang yang tidak terlalu jauh dari ruangan pesta itu.
"Lo ga henti-hentinya nyusahin gue!." Ucap Arsen sambil menutup pintu yang mengakses jalan masuk ke area kolam renang rumahnya itu.
"Gue cuma jalanin peran sebagai cewek yang dijodohin sama lo." jawab Alena sambil berusaha melepaskan genggaman Arsen yang kian mengeras.
"Lepasin!." Alena memberontak, ia menginjak kaki Arsen dan menghempaskan tangannya.
"Agh!."
Alena mengambil langkah mundur, ia mengambil jarak dari Arsen. Wajah Arsen kini memerah, ia berlutut dan mengusap-usap kakinya. Melihat itu Alena malah memutar kedua bola matanya dengan malas, oh ayolah siapa yang perduli dengan cowok gila seperti Arsen? Cowok yang tak segan-segan melayangkan tangannya ke wajah mulus milik Alena saat mendapati gadis itu bermain dengan teman sekelasnya. Cowok yang tak segan-segan memarahi Alena di depan Aditya, bahkan cowok Arsen juga cowok yang suka mengambil uang saku Alena secara paksa, siapa yang bisa perduli kepadanya kecuali orang tuanya sendiri dan penjilat dari kalangan karyawan keluarga mereka?
"Cemen, gitu aja sakit." ledek Alena dengan sengaja.
"Lo diam!." Arsen segera berdiri dan menarik Alena serta memojokkan gadis itu ke dinding.
"Kalau gue ga bisa diam, lo mau apa?." Tanya Alena dengan maksud menantang.
"Gue bakal tutup mulut lo." Kali ini jawaban Arsen sedikit berhasil membuat Alena berpikir.
"Lo mau bunuh gue?."
"Ga, gue bakal tutup mulut lo dengan...mencuri first kiss lo." Senyum miring Arsen tercetak sempurna di wajahnya, pernyataannya barusan berhasil membuat tubuh Alena menggigil.
Bugh...
Ya, tanpa memikirkan cara lain. Alena malah melayangkan tinjunya ke ulu hati Arsen. Laki-laki itu langsung terhuyung ke belakang dan terjatuh tepat di samping kolam. Kepalanya yang membentur pinggiran kolam membuatnya meringis kesakitan.
"Salah sendiri, siapa suruh lo ngancem gue? Untung lo ga nyebur." ucap Alena enteng dan pergi meninggalkan Arsen sendirian.
°°°
"Selamat daa...tang, hmm dengan Nyonya Riana. Betul?." tanya Gun berusaha memastikan wanita cantik dihadapannya ini, masalahnya ia tidak terlalu asing dengan wajah wanita ini hingga akhirnya di otaknya muncul nama Riana. Ia pun langsung bergegas mendekati wanita itu yang sudah terlebih dahulu di ruangannya.
Wanita itu pun mengangguk dan tersenyum, tangannya terulur ke Gun untuk berjabat tangan. Dengan senang hati Gun meraih tangan wanita itu dan menjabatnya.
"Maaf, ada masalah apa ya Nyonya Riana? Sampai anda sendiri yang turun tangan? Apakah hmmm mesin-mesin yang sudah dikirim dari perusahaan saya bermasalah?."
Jantung Gun mulai bermasalah, bukan karena penyakitnya. Jantungnya hanya berdegup, terlalu kencang. Riana pun duduk di sofa yang ada di ruang temu kerja milik Gun.
"Tidak ada, hanya saja saya perlu laporan mengenai mesin itu. Dan saya mendengar bahwa, hmm Arsen dijodohkan dengan Alena?." tanya Riana sambil memiringkan kepalanya dan tanpa ia sadari wajahnya kini malah menampilkan 'senyuman penuhnya'.
"Laporan akan saya kirimkan besok ke kantor anda, dan mengenai perjodohan itu benar adanya. Saya sendiri tidak mengerti, sebagai calon tunggal yang resmi dan jelas dari perusahaan HR harusnya Pak Haru menjodohkan Alena dengan penerus yang sepadan dengan kedudukan keluarganya, tapi ke-."
"Tak ada alasan lain, ia hanya membenci putriku."
"Ah tap- PUTRIMU?! Oh maaf Nyonya, saya sangat terkejut. Sebentar." Gun menyatukan tangannya dan mengangguk pelan.
Gun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu, ia meninggalkan Riana sendirian. Melihat langkah Gun yang menghilang di balik pintu membuat Riana bahagia, ia tak menyangka respon Gun akan seperti itu.
"Teh ini, lumayan." ucap Riana dan terus menyesap tehnya dengan raut wajah yang puas.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Assalamualaikum.
Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam.
Happy reading
Instagram : @meisy_sari
@halustoryid
Maafkan bila terdapat typo🙏🏻
Tinggalkan saran kalian❤