Keesokan paginya Sona pun pergi ke sekolah dengan mobilnya dan dia sangat senang pagi ini karena perjodohan itu sudah berakhir, walaupun orang tuanya berniat akan menjodohkannya lagi tapi ia harap itu tidak akan terjadi lagi, kini Sona sudah berada di parkiran sekolah dengan senyum yang menawan ia turun dari mobil dan berjalan menuju kelasnya, semua orang menatapnya dengan berbagai tatapan ada yang iri, takjub dan menikmati senyuman itu, sesampainya ia di kelas ia melihat teman-temannya sibuk dengan urusan mereka masing-masing, Dilla sedang menghias kukunya, Mo sedang sibuk dengan komiknya, Lara sibuk dengan rambutnya, Katie sibuk dengan riasan wajahnya, Vio sibuk dengan sosial medianya, Queen sibuk dengan game nya, tak ada satu pun dari mereka yang tengah memegang buku pelajaran, yah mereka memang jarang belajar tapi mereka memiliki daya ingat yang bagus jadi tidak perlu terlalu sering belajar bagi mereka. Sona mendaratkan bokongnya di atas kursi sambil terus tersenyum tipis khas Sona, teman-temannya tak memperhatikannya karena sibuk dengan diri masing-masing, ia pun menghentikan semua aktifitas temannya dan memberitahukan kabar gembira itu
"Thanks girls, berkat kalian gue ngga jadi tunangan sama hidung belang" ujarnya
"Serius lo? secepat itu?" tanya Queen
"Iya, kemaren mom sama dad gue bilang si hidung belang batalin acaranya, lega banget gue, tapi ngga berakhir disini, katanya adalagi yang mau dijodohin ke gue, dan gue ngga bakal biarin mereka itu tenang" jawab Sona
"Kita bakal bantu lo dalam hal apa pun, kecuali dalam berkembang biak" balas Lara
"Kalo soal berkembang biak jangan ikut campur, biar gue aja yang urus" ujar Sona sambil tertawa
"Tapi girls, kali ini bantu gue dulu" pinta Mo
"Bantu dalam hal?" tanya Vio
"Jadi gue lagi dikejar-kejar sama anak nakal sekolah sebelah, dia bilang bakal kejar gue terus sampe dapat, nah sementara gue suka sama temannya bukan dia, gue diikutin mulu, risih gue" ucap Mo
"Mo, deket dulu aja sama dia, siapa tau bisa dapetin temennya kalo lo deket sama dia" ujar Sona
"Lo ngga mau bantu?" tanya Mo
"Ok, easy, gue bakal jadi pacar dia dan kita bakal sering double date" ucap Sona gampang
"Berapa lama?" tanya Katie
"Gue kasih waktu 3 hari, lo harus bisa bikin laki-laki yang lo suka jadi pacar lo" ucap Sona
"Lo gila?" ucap Mo terkaget
"Kita rame, gue jadi pacar si kepala batu itu, kalo gue hitung, gue bisa dapetin dalam sehari, tugas Mo buat dapetin si target dan yang lainnya membantu Mo dalam pembuatan suasana, momen atau properti apa pun, kita ini wanita hebat, kita akan menaklukkan mereka dalam waktu 3 hari" ucap Sona lagi
Semua temannya merasa kebingungan dan tetap berpikir hal apa yang bisa dilakukan dalam waktu 2 hari, sementara membuat suasana atau momen dalam hubungan percintaan itu engga sederhana bahkan cukup membutuhkan waktu lebih dari satu minggu, bagaimana bisa hanya dalam waktu 2 hari dan di hari ke 3 adalah waktu jadiannya, ini benar-benar beban buat mereka, entah bagaimana bisa menyusun rencana dalam waktu singkat dan mencapai target tepat sasaran dalam 3 hari, tapi meskipun butuh cara berpikir yang keras mereka yakin dengan Sona karena selama ini saat Sona memberikan strategi dan rencana selalu bisa selesai tepat waktu dan sesuai target, jadi kali ini pun mereka akan mempercayai rencana Sona lagi. Jam pulang sekolah tiba, Sona meminta pada Mo untuk dipertemukan pada kepala batu itu, agar dia bisa langsung memulai aksinya, Sona akan membaca karakter laki-laki itu terlebih dahulu setelah itu barulah beraksi sesuai dengan karakter si laki-laki itu, Mo dan Sona sudah berdiri di depan gerbang sekolah, dan tepat saat mereka baru saja sampai di gerbang, si laki-laki itu menghampiri Mo dan tersenyum pada Mo
"Lo lagi, kenalin nih temen gue, namanya Sona" ucap Mo
"Oh iya, gue Aldi" ujar Aldi sambil bersalaman dengan Sona
Sona memperhatikan Aldi mulai dari ujung kepala hingga ujung kakinya, Sona mencoba menebak bagaimana sifat Aldi ini separah apa keras kepalanya, jika dilihat dari tampilan dia tidak terlalu keras kepala, mungkin dia hanya ambisius atau terobsesi dengan Mo, Sona tidak mau menyimpulkan diawal saja, dia membutuhkan beberapa jam untuk mengenal Aldi
"Iya gue Sona, Mo dia tampan yah, oh iya Aldi boleh ngga kalo kita mutualan Line atau apa pun deh" pinta Sona
"Hah? Line?" tanya Aldi sedikit ternganga, karena cewe secantik Sona meminta Linenya terlebih dahulu
"Oh, ngga boleh ya? maaf ya gue lancang banget, aduh gue malu banget nih, yaudah Mo gue pamit duluan" ucap Sona sambil sedikit berjalan ke arah luar gerbang
"Sona tunggu, gue bukannya bilang ngga boleh, gue kaget aja cewe secantik lo minta Line gue duluan? berasa mimpi, oh iya lo pulang naik apa?" ujar Aldi
"Gue ngga secantik yang lo bilang kok, gue tuh respect aja, ternyata Mo yang jutek itu punya temen setampan lo, oh iya, mana idnya biar kita bisa saling akrab, kalo gue pulang naik angkot" ucap Sona tersenyum
"Eh buset, senyum lo manis amat, jangan sering-sering senyum natap gue, gue takut salting di depan lo, sebutin id lo aja, biar gue yang add, segan gue sama cewe cantik kayak lo, pulang sama gue aja yuk, cewe cantik naik angkot bisa digodain preman nanti nya" balas Aldi
Sona pun menganggukkan kepalanya tanda setuju dan kemudian ia mendekat ke arah motor Aldi, sebelumnya Aldi dan Sona berpamitan dengan Mo yang masih saja berdiri di gerbang itu, setelah Aldi menaiki motornya Sona melihat pada Mo dan memberikan kedipan pertanda untuk menjalankan rencana selanjutnya, mereka semua segera menuju parkiran dan menaiki mobil Sona yang sebelumnya Sona sudah memberikan kunci mobilnya pada Queen, kali ini Queen yang akan menyetir karena Queen saat menyetir itu sangat gesit dan cepat, mereka pergi ke sekolah orang yang menjadi target itu, dan ternyata Mo masih melihat ada calon gebetannya disana, mereka memberi sedikit jarak antara mobil dan sekolah, agar mobil mereka tidak terlihat. Mo turun dari mobil dan mendekati sekolah itu, disana terdapat seorang laki-laki dengan wajah yang cukup tampan dengan otot yang sangat menggoda, Mo mendekati laki-laki itu seperti orang sedikit bingung dan heran
"Permisi, saya Mo, saya kesini mencari Aldi, apakah anda mengenal Aldi?" tanya Mo pada laki-laki tersebut
"Aldi Alfikri?" tanya laki-laki itu
"Iya, apa kamu kenal dia?"
"Iya, dia teman saya, ada apa?"
"Apa dia masih ada di sekolah?"
"Dia tadi sudah pulang, katanya dia ingin menjemput seseorang, ada yang bisa saya bantu?"
"Tadi Aldi bilang dia mau pulang sama saya, Aldi juga minta saya datang kesini untuk pulang bersama dengan dia, tapi kenapa dia ninggalin saya"
"Aldi? ninggalin kamu? lagian kenapa dia minta kamu datang kesini, dia kan bisa jemput kamu ke sekolah mu, jalan pulang rumah Aldi kan melewati sekolah kamu"
"Saya juga tidak tau"
"Kamu kesini pake apa?"
"Saya kesini dibonceng temen yang kebetulan rumahnya melewati sekolah ini"
"Mau saya antar pulang?"
"Oh, engga apa-apa saya pulang sendiri saja, tidak mau merepotkan kamu"
"Engga repot, ayo naik tapi maaf saya cuma punya motor ini"
"Hahaha, tidak apa-apa, sudah ditumpangi saja saya sudah bersyukur, tapi saya ngga disuruh bayar kan?
"Bayar apa?"
"Ongkos?"
"Hahaha, engga-engga tenang aja"
Mereka pun melaju ke arah sekolah Mo dengan kecepatan standar motor itu melaju dengan cukup gesit, teman-teman Mo yang lainnya mengikuti Mo dan laki-laki itu tepat dibelakang mereka