Chereads / Broken White / Chapter 24 - Bertepuk Sebelah Tangan

Chapter 24 - Bertepuk Sebelah Tangan

Banyak kisah cinta yang bermula dari jalinan persahabatan. Kamu merasa nyaman bersama dia yang memang selalu ada untukmu. Banyak momen yang telah membuktikan bahwa dia sangat memahamimu. Kamu yakin dia akan menerimamu apa adanya karena kamu pun melakukan hal serupa.

Banyak orang merasa beruntung karena berjodoh dengan sahabat mereka. Rasanya seperti menemukan harta karun tanpa harus repot-repot menggali terlalu dalam. Kebahagiaan itu ternyata ada di depan mata.

Meski begitu, banyak pula kisah cinta bertepuk sebelah tangan yang dimulai dari persahabatan. Kamu mencintainya, tapi dia tidak mengharapkan romansa dalam pertemanan kalian.

Dia memang nyaman bersamamu, bersyukur karena kamu selalu bisa memahami dirinya yang sering kali begitu rumit, dan yakin bahwa kamu tak akan kesulitan menerima dia apa adanya. Namun, semua itu tidak cukup untuk membuatnya menganggapmu lebih dari sahabat.

Itulah yang dirasakan Damar terhadap Kirana. Dia bahkan sudah berani mengambil risiko untuk mengungkapkan perasaannya. Hasilnya? Ditolak.

Damar tahu Kirana bukanlah seseorang yang tertarik berkomitmen. Dia pun tahu apa yang membuat Kirana seperti itu. Namun, Damar pikir Kirana akan memandangnya berbeda. Nyatanya, dia tetap menghadapi penolakan. Kirana tidak ingin menjalin hubungan romansa dengannya.

Sekitar dua tahun lalu, sepekan setelah pengakuan cinta, Damar mencoba membahas lagi soal kelanjutan hubungan mereka. Hanya lewat obrolan ringan seperti yang biasa mereka lakukan setiap kali berjumpa.

Namun, Damar malah seolah patah hati untuk kedua kalinya. Kirana tiba-tiba menceritakan soal rencana perjodohan antara dia dengan anak sulung dari sahabat orangtuanya. Kirana bilang, dia akan menikah dengan pria pilihan orangtuanya itu.

Mendengar kata perjodohan, Damar pikir Kirana bakal benar-benar menjadi istri orang dalam waktu dekat. Anehnya, bahkan sekian bulan setelah itu, Kirana masih sendiri.

"Dia dingin banget. Kayak nggak minat gitu sama perjodohan kami," ungkap Kirana pada suatu siang saat mereka lagi-lagi berjumpa untuk makan bersama.

"Tapi, orangtuanya minta kami menunggu. Mereka bilang, anaknya mungkin masih butuh waktu untuk bisa memulai hubungan baru. Ya, mau bagaimana lagi? Aku cukup bisa memahami karena dia sebelumnya pernah gagal."

"Dan kamu mau menunggu?"

Damar berharap Kirana menjawab tidak. Setahu Damar, Kirana selalu mengedepankan logika. Menunggu seseorang untuk sembuh dari luka masa lalu mestinya cenderung tidak logis bagi Kirana. Tak ada kepastian sampai kapan dia harus menunggu, kan?

Sayangnya, harapan Damar lagi-lagi pupus. Kirana menjawab pertanyaannya dengan menganggukkan kepala. Artinya, dia bersedia menunggu.

"Kamu tahu, kan? Aku sama sekali nggak buru-buru. Jadi, aku malah senang jika diminta menunggu," terang Kirana.

Damar pikir, status perjodohan yang menggantung itu pada akhirnya akan dibatalkan. Dari cerita Kirana, sikap pria yang dijodohkan dengan Kirana juga bisa dibilang sama sekali tidak berubah setelah sekian waktu berjalan. Dia tetap tidak tampak tertarik untuk menjalin hubungan apa pun dengan Kirana.

Namun, beberapa hari lalu, tiba-tiba orang itu muncul di hadapan Damar. Kirana mendadak memperkenalkan pria yang dijodohkan dengannya. Sialnya, Damar cukup sadar diri jika pria itu benar-benar bukan tandingannya.

Kirana memang sering cerita tentang sikap dingin pria yang dijodohkan dengannya. Namun, Kirana tak pernah sekali pun mau menyebutkan nama atau pekerjaan pria itu.

Jadi, Damar boleh dibilang terkejut saat tiba-tiba bertemu dengan Rendra, terlebih setelah tahu pekerjaan yang dilakoni pria tersebut.

Malam ini, Damar kembali dibuat terkejut. Setelah membahas beberapa hal tentang novel karya Kirana yang akan dirilis penerbit tempat Damar bekerja, dia menerima sebuah berita menyesakkan.

Kirana bilang, Rendra akan datang ke rumah untuk melamar dirinya secara resmi pada Minggu besok. Artinya, kali ini mereka sungguh-sungguh akan segera menikah.

Sebelumnya, Damar juga sudah membaca beberapa artikel tentang kisah viral pria kaya raya yang datang menjemput sang calon istri di warung bakso. Damar sungguh kesal dengan cara norak Rendra memperkenalkan Kirana kepada khalayak.

Oke, Rendra memang bisa saja menyebut Kirana sebagai calon istrinya karena mereka sudah dijodohkan sejak lama. Walau begitu, kenapa harus dengan cara yang tak elegan seperti itu? Bukankah orang dari kalangan atas sangat menjunjung tinggi sesuatu yang elegan?

"Jadi sekarang dia udah berhasil sembuh dari luka masa lalu?" Damar bertanya kepada Kirana yang kemudian tampak berpikir sejenak.

'Ada seseorang yang harus segera tahu bahwa saya bukan miliknya lagi....'

Kirana tersenyum tipis saat tiba-tiba ingat kata-kata yang diucapkan Rendra setelah dia bertanya alasan di balik drama warung bakso.

"Kayaknya belum," jawab Kirana. "Sepertinya ada sesuatu yang menahannya pergi dari lingkaran masa lalu...."

***

'Katanya kamu lagi di Jakarta. Besok boleh minta waktumu sebentar?'

'Ini kebetulan aku lagi di Jakarta juga.'

'Gimana kalau makan siang? Aku tahu restoran enak di dekat kantormu.'

'Besok lembur nggak? Kalau nggak, mau ngopi bareng di kafe favorit kita dulu?'

'Aku tahu kamu mungkin masih marah. Aku memang sangat egois waktu itu. Aku minta maaf.'

'Aku kangen.'

Maria membaca ulang satu per satu pesan yang dia kirimkan kepada Rendra sejak petang tadi. Jangankan dibalas, tidak ada satu pun pesan yang sudah dibaca Rendra.

Pria itu jelas mengabaikannya. Bukan cuma tak pernah membalas pesan darinya, Rendra juga tidak mau mengangkat telepon Maria. Bahkan saat Maria coba menghubungi Rendra dengan nomor asing, Rendra langsung memutuskan sambungan telepon begitu tahu kalau itu adalah Maria.

Karma? Ya, Maria sepenuhnya menyadari hal itu. Apa yang dilakukan Rendra sekarang adalah cerminan dari sikapnya di masa lalu.

Dia dulu sengaja mengabaikan Rendra. Maria membuat Rendra terpukul karena menginginkan perceraian saat usia pernikahan mereka bahkan belum genap sepekan. Dia juga menghilangkan begitu saja setelah mengatakan ingin mengakhiri segalanya.

Maria kini sadar bahwa tidak seharusnya dia pergi meninggalkan Rendra. Bukankah pria itu telah melakukan segalanya demi Maria? Tidak semestinya Maria mencampakkan pria sebaik Rendra. Bodoh.

Dia menyesal. Dia kini ingin memperbaiki hubungan yang telah dirusaknya sendiri. Dia berharap Rendra menerimanya kembali. Dia mau pria itu membuka hati hanya untuknya lagi.

Lamunan Maria terhenti gara-gara bunyi notifikasi pesan masuk di ponselnya. Senyum cerah langsung terbit di bibirnya, berharap itu adalah balasan dari Rendra.

Sayangnya, itu bukan Rendra. Meski begitu, pesan yang masuk juga segera menyedot perhatiannya.

Dia menerima beberapa foto yang diambil secara diam-diam oleh orang suruhannya. Objek utamanya adalah sosok perempuan yang paling dia benci sekarang.

Baru-baru ini, Maria tahu bahwa perempuan menyebalkan itu bernama Kirana dan dia hanya bekerja sebagai editor di sebuah media massa. Sama sekali tidak selevel dengannya. Jadi, bagaimana bisa dia bakal menggantikan posisinya di sisi Rendra?

"Kenapa dia malah berduaan sama cowok lain?"

Maria memperbesar ukuran foto untuk memastikan bahwa pria yang bersama Kirana bukanlah Rendra, mantan suaminya. Lalu, siapa dia? Kenapa mereka berdua terlihat sangat akrab?

"Kurang ajar. Berani-beraninya dia mempermainkan Rendra!"