Chereads / Broken White / Chapter 20 - Juru Bicara Kirana

Chapter 20 - Juru Bicara Kirana

"Tentu saja kami berharap setiap pengunjung Mandala Mall merasa aman dan nyaman. Itulah mengapa…."

Rendra tampak begitu berkharisma dalam video hasil wawancaranya kemarin. Dia seolah sudah sangat terbiasa berbicara di depan kamera.

"Lihat, deh. Setiap kali selesai bicara, dia selalu senyum. Ganteng banget calon suaminya orang," komentar Dinda.

Bersama Rio dan Kirana, Dinda menonton video wawancara dengan Rendra untuk terakhir kalinya sebelum dipublikasikan. Sebenarnya, awalnya cuma Kirana yang ingin melakukan pemeriksaan final terhadap hasil kerja tim video, tapi dua penonton tambahan tiba-tiba nimbrung.

"Padahal, mood dia kemarin lagi jelek gara-gara berita soal mantan, kan? Harus diakui kalau dia profesional banget," kata Rio ikut berkomentar.

"Setelah wawancara dia emang langsung buru-buru pergi gitu, sih. Mungkin sebenarnya dia nahan bete, ya. Cuma senyumnya itu, lho. Manis banget dan ada terus sampai dia pamit pergi duluan," balas Dinda.

Kirana tidak tertarik bergabung dalam obrolan Rio dan Dinda. Begitu video berakhir, dia segera menghubungi tim video, mengatakan bahwa konten terkait bisa segera dirilis.

Video dengan tema serupa bisanya selesai diedit dalam waktu 2-3 hari setelah pengambilan gambar. Namun berhubung sosok Rendra sedang viral, mereka memutuskan untuk menjadikannya prioritas.

"Ngomong-ngomong, si Mirza ke mana, nih? Kenapa jam segini belum datang? Maudy juga," tanya Kirana setelah selesai berbicara dengan tim video via telepon.

Hanya sedetik setelah Kirana bertanya, Maudy datang. "Wah, Mas Mirza parah banget. Dia lagi bikin jumpa pers di lobi."

Maudy memang agak terlambat sampai ke kantor siang ini. Namun langkahnya yang terburu-buru tadi mendadak terhenti saat melihat kerumunan di lobi. Mungkin ada sekitar 10 orang yang berkumpul dan dia melihat Mirza benar-benar menjadi pusat perhatian di sana.

"Sebagai saksi mata kejadian tadi malam, aku jelas udah tahu sesuatu yang ingin kalian ketahui. Ayo, mau tanya apa? Mumpung aku belum lupa," begitulah ucapan Mirza yang sempat terdengar oleh Maudy.

Kirana tidak terlalu kaget saat Maudy menceritakan kelakuan Mirza. Memang seperti itulah tabiat biang gosip kantor. Tak ada gunakan dia marah. Buang-buang energi saja.

Mungkin dia malah harus bersyukur karena ada orang seperti Mirza. Anggap saja Mirza adalah juru bicara dadakan yang dengan senang hati menggantikan Kirana untuk menjelaskan kepada semua orang tentang kejadian semalam yang mendadak viral itu.

Sebelumnya, Kirana juga sudah mendengar cerita dari Rio dan Dinda tentang Bobby yang secara suka rela menerangkan kepada mereka soal rencana perjodohan antara dirinya dengan Rendra. Kirana pun tahu Bobby pasti melakukannya atas perintah Rendra.

Jika tujuan Rendra adalah membuat hubungan mereka diketahui banyak orang, bisa dipastikan itu sudah tercapai sekarang. Setidaknya banjir ucapan selamat yang diterima Kirana sejak pagi ini adalah buktinya.

'Ada seseorang yang harus segera tahu bahwa saya bukan miliknya lagi….'

Kirana merasa tak nyaman saat kalimat yang diucapkan Rendra tadi pagi tiba-tiba terlintas kembali dalam pikirannya.

Entah kenapa, dia jadi membayangkan seperti apa reaksi Maria saat mengetahui mantan suaminya akan menikah lagi. Melihat bagaimana Rendra sampai membuat drama picisan hanya untuk mengumumkan hubungan barunya, pasti ada sesuatu yang tidak beres di antara mereka.

Mungkinkah mantan istri Rendra akan marah kepada Kirana? Apakah dia bakal dicap sebagai pelakor? Eh, tunggu. Bukankah mereka sudah lama bercerai? Seharusnya tak ada yang perlu dipermasalahkan jika salah satu dari mereka menikah lagi, kan?

"Mbak, ada telepon dari calon suami, tuh. Cepet diangkat!"

Suara Rio membuat Kirana sadar jika dia terlalu asyik dengan pikirannya sendiri. Dia lalu mengambil ponsel yang digeletakkan begitu saja di atas meja.

Sejujurnya dia malas mengangkat telepon dari Rendra, tapi barang kali memang ada hal penting yang ingin disampaikan pria itu.

"Halo, Mas. Kenapa?"

Setelahnya, Kirana sadar jika ada tiga orang yang memerhatikan dirinya dengan tatapan ingin tahu. Rio, Dinda, dan Maudy sepertinya juga berharap bisa mencuri dengar obrolan Kirana dan Rendra di telepon.

"Maaf, Ran. Nanti malam saya ternyata nggak bisa jemput. Saya lupa kalau sore ini harus ke Jakarta. Ada urusan di kantor pusat," kata Rendra langsung ke intinya.

"Oke. Lagian tadi saya juga udah bilang kalau nanti saya mau pulang sendiri atau minta diantar Damar aja," balas Kirana.

Kirana mendengar Rendra menghela napas sebelum kemudian bertanya, "Nanti kamu sama Damar ketemuan di mana? Di tempatnya Satya lagi?"

"Belum tahu. Mungkin iya, tapi bisa juga ke tempat lain. Memangnya Mas harus tahu?"

Selama beberapa detik berikutnya, Kirana agak bingung karena Rendra hanya terdiam. Tanpa Kirana tahu, pria itu sedang berusaha mengendalikan emosinya yang entah kenapa mendadak tak karuan cuma gara-gara mendengar nama Damar disebut.

"Mas…?" Kirana tentu penasaran kenapa Rendra hanya diam.

"Kirana Agniya."

Kirana merasa aneh karena Rendra mendadak memanggilnya dengan nama lengkap. Itu terlalu kaku, bahkan terkesan seperti orang yang sedang marah. "Ya? Kenapa?"

"Jaga diri kamu baik-baik selama saya nggak di Jogja. Tolong jangan buat saya khawatir lebih dari ini. Oke?"

Rendra langsung mengakhiri teleponnya sebelum Kirana memberikan tanggapan apa pun.

"Kenapa mendadak bilang kayak gitu, sih? Dialog di sinetron apa yang lagi dia cuplik?" gumam Kirana kemudian.

Jujur saja, Kirana merasa bingung karena kata-kata yang diucapkan Rendra barusan terkesan sangat manis. Pikirnya, ada apa dengan pria itu?

"Mbak Kirana emang kayak begitu kalau lagi ngomong sama Pak Rendra, ya? Pakai kata 'saya', bukan 'aku'. Untuk dua orang yang katanya udah kenal sejak kecil, itu kaku banget, lho."

Komentar Mirza membuat Kirana agak kaget. Sejak kapan Mirza datang? Apakah sudah cukup lama tapi Kirana tidak menyadarinya?

"Mas, jumpa pers di depan udah bubar?" tanya Maudy kepada Mirza.

Mirza bahkan tak perlu bertanya apa pun dan langsung mengerti maksud pertanyaan Maudy. "Oh, udah, dong. Udah beres. Mulai sekarang, nggak ada lagi yang berani nyinyir soal Mbak Kirana."

"Maksudnya apaan, nih?" Kirana jadi penasaran dengan apa saja yang sudah dikatakan Mirza tentang dirinya.

Berlagak sok keren, Mirza berjalan sambil tersenyum menuju meja kerjanya, kemudian duduk dengan menyilangkan kaki.

"Kalian tahu, kan? Selama ini banyak orang yang diam-diam suka nyinyir di belakang soal kenapa Mbak Kirana belum nikah, kan?"

Pertanyaan itu ditujukan Mirza kepada Dinda, Maudy, dan Rio. Ketiganya langsung tampak merespons dengan mengangguk-anggukkan kepala.

Kirana juga bukannya tidak tahu tentang hal tersebut. Dibanding perempuan lajang lain di kantor, dia memang yang berusia paling tua, hampir 30 tahun. Perempuan lain rata-rata sudah menikah dan memiliki anak di usia itu.

Setiap kali ada karyawan yang menikah, Kirana merasa orang-orang jadi mendadak perhatian kepadanya. Kebanyakan sok-sokan menyemangati dengan berkata bahwa nanti Kirana juga akan menemukan jodoh terbaik pada saat yang tepat.

Kirana tidak butuh disemangati. Dia belum menikah karena memang itulah pilihannya. Dia belum ingin berkomitmen dengan siapa pun. Kenapa jadi mereka yang repot memikirkan nasib Kirana?

Lagipula, tidak semuanya tulus menyemangati. Kirana tahu, banyak juga yang sering menghina dirinya karena tak kunjung memiliki pasangan. Bahkan, ada yang sampai tega-teganya berkata Kirana terancam jadi perawan tua.

"Sekarang mereka cuma bisa iri dan memuji setelah tahu orang seperti apa yang bakal jadi suami Mbak Kirana. Birendra Wijaya memang luar biasa. GM Mandala Mall? Wah, siapa sangka, ternyata dia punya jabatan lain yang jauh lebih tinggi dan keren dari itu."

Mirza seketika membuat Kirana memasang wajah kebingungan. Rendra bukan cuma seorang GM Mandala Mall? Lalu, siapa dia sebenarnya?