Chereads / You're My Soulmate / Chapter 26 - 026. Aku Senang Dengan Keputusanmu

Chapter 26 - 026. Aku Senang Dengan Keputusanmu

"Xavier lama sekali ya? Kira-kira dia sudah mempersiapkan ini semua untukku memakan waktu beberapa hari ya?" gumam Ella menatap ke segala penjuru ruangannya. Baginya, ruangan ini tidak pantas untuk dirinya. Karena begitu mewah, dirinya sendiri berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Mimpi apa coba dirinya, bisa dekat dengan orang kelas atas.

"Bagaimana bisa dia ada disini Xavier? Kenapa kamu tidak memberitahu ibu jika dia mau kemari? Apa yang akan kita jelaskan kepada Ella jika Ella melihat semua ini. Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan dia nanti?" Xavier juga bingung bagaimana Lisa bisa tiba-tiba datang kemari. Padahal Lisa tidak mengabarinya, di setiap surat yang Lisa kirim, selalu ia baca lebih dulu. Sebelum masuk ke dalam perapian. "Xavier, kamu kenapa diam? Ayo pikirkan bagaimana caranya, apa perlu kita usir saja ya?" ungkap Calista dari isi kepalanya.

"Tidak, kita jangan mengusir dia. Akan aku jelaskan semuanya pada Ella nanti. Ibu jangan takut ya, semuanya akan baik-baik saja." Xavier berjalan meninggalkan ibunya dan pergi menemui Ella. "Semoga saja."

***

Kriettt ....

"Ella, apa kamu sudah tidur?"

"Xavier, belum, aku belum tidur. Dari mana saja kamu? Apa banyak sekali pekerjaan?"

"Kamu sepertinya sudah menungguku dari tadi ya?" Ella tersenyum dan mengangguk kepalanya. Xavier naik ke atas tempat tidur. Ella langsung bergeser ke samping, tapi Xavier semakin mendekatinya. "Xavier, bisakah jangan terlalu dekat ...."

"Kenapa memangnya? Ini juga kamarku, kamu sekarang di kamarku." Mata Ella membesar, sontak ia buru-buru turun dari tempat tidur mewah tersebut. Ia tidak mau jika harus tidur satu ranjang dengan Xavier jika belum resmi. "Sudahlah, jangan takut begitu. Aku janji tidak akan melakukan apapun, kecuali jika kita sudah menikah nanti."

Ella masih berdiri mematung menatap kearah Xavier. Ia ingin mempercayai perkataannya, namun ia tidak ingin jika berharus berakhir seperti wanita-wanita di luar-an sana yang termakan oleh ucapan manis pria. "Baik-baik, aku akan tidur di sofa sana." Xavier turun dari tempat tidurnya, barulah Ella berjalan perlahan, kemudian naik lagi di atas tempat tidur. Ia mulai berpikir, bukankah dirinya sekarang berada di kamar Xavier, semua barang di dalam ruangan ini adalah milik Xavier. "Tidak Xavier, biarkan aku saja yang tidur di sofa. Maaf jika sudah berlaku tidak sopan, tapi kamu adalah pemilik kamar ini ...."

"Tidak perlu bersikap seperti itu Ella, semua yang ada di kamar ini adalah milik kita berdua. Biarkan aku yang tidur di sofa, aku ingin kamu merasa nyaman dengan lingkungan barumu sekarang."

"Tapi Xav-"

Xavier menempel jarinya pada bibir ranum Ella, "Shhttt, sudahlah, biarkan aku yang tidur di sofa, kamu tidur di tempat tidur. Oke?" Ella terpaksa mengangguk. Dirinya benar-benar mengantuk dan ingin tidur. Xavier mengambil bantal dan selimut lalu meletakkan itu semua di atas sofa yang berada di dalam kamarnya. Kemudian ia berjalan menghampiri Ella dan tersenyum lembut. "Tidurlah ratuku, aku harap kamu bahagia di sini ...." Ia mengecup kening perempuannya dan pergi tidur.

Di kamar tamu, penerangan di dalam ruangan tersebut masih belum padam. Lisa sedang sibuk membaca sebuah buku sambil mengatur beberapa siasat. "Aku tahu kamu menyukai orang lain Xavier. Tapi ingatlah, kamu hanya milikku seorang, hanya milikku, tidak ada yang boleh memilikimu Xavier ...."

Di pagi harinya, suhu udara di sel tahanan sangatlah dingin. Bahkan May dan Alana sudah berpelukan untuk menghangatkan diri masing-masing. "Seperti Ella tidak akan menolong kita ibu, buktinya ia tidak datang juga," ujar Alana bergetar. Langkah kaki beberapa orang mulai terdengar semakin mendekati sel mereka. Pintu kemudian terbuka, mereka berdua di seret oleh para prajurit istana. "Kalian berdua akan kami bawa menghadap raja Felix dan pangeran Xavier," ujar salah satu prajurit dengan tegas.

"Memangnya kalian akan melakukan apa kepada kami?" tanya May penuh emosi menggebu-gebu.

"Kami akan melakukan perintah yang akan di berikan oleh raja Felix dan pangeran Xavier. Maka, bersiap-siaplah untuk menerima kenyataan."

"Lepaskan kami, kami berdua tidak bersalah," kata Alana.

"Tidak bisa, semakin kalian berdua mencoba memberontak, maka kalian berdua akan kami eksekusi langsung tanpa perintah dari raja Felix dan pangeran Xavier." May dan Alana menundukkan kepala serta menutup mulut mereka rapat-rapat. Ella terbangun dengan kondisi tubuh yang lebih baik dari sebelumnya. Beberapa maid masuk ke dalam kamarnya, yang tugasnya akan mendadani Ella.

Xavier juga memberitahunya bahwa hari ini adalah penghukuman untuk May dan Alana. Dan Xavier juga bilang bahwa dirinya lah yang boleh memberikan hukuman. Kebimbangan mulai merasuki pikiran Ella, di sisi lain ia kesal dan jengkel, namun dirinya juga tidak tega jika harus menjatuhkan hukuman kepada mereka. "Apa yang harus aku lakukan? Perlukah aku menjatuhkan hukuman atau mengampuni mereka?" gumamnya.

May dan Alana sampai di depan raja Felix dan pangeran Xavier. Hidup dan mati kini berada di tengah-tengah. Kemudian Xavier membisikkan sesuatu di telinga prajuritnya untuk memanggilkan Ella. "Nona Ella, anda di panggil oleh pangeran Xavier menuju ruang aula."

"Ini sudah waktunya." Ella mengangguk dan mengikuti kemana perginya prajurit itu melangkah. Ella pun sampai di ruang aula, terlihat May dan Alana sangat ketakutan. Sisi lembut dari Ella pun tidak tega melihatnya. "Ella, aku ingin kamu yang memutuskan hukuman untuk mereka. Sekarang putuskan apa pilihanmu," kata raja Felix.

Tanpa berlama-lama dalam pikiran, Ella pun menjawab, "Aku mengampuni mereka berdua, tidak apa-apa. Aku sudah memaafkan mereka, mereka berhak untuk di beri kesempatan. Lagipula kesempatan untuk hidup itu adalah satu kali, jadi selama mereka masih hidup, ada baiknya mereka berdua di berikan kesempatan untuk berubah," kata Ella dengan lantang.

Raja Felix menganggukkan kepalanya, "Aku suka jawaban dari pemikiranmu Ella. Namun di setiap perbuatan itu, harus ada ganjarannya."

"Aku juga setuju dengan ayah, bisakah kamu memberikan hukuman yang ringan?" pinta Xavier.

Ella mengangguk, "Baiklah, aku ingin harta warisan milik ayahku jangan jatuh kepada mereka berdua, berikan kepada rakyat yang membutuhkan. Dan aku ingin rumahku itu di tempati oleh seorang tabib yang sudah banyak membantuku, itu saja."

"Apa? Kamu tidak membagi hartanya dengan sama rata!" protes Alana, ia terima jika harus jatuh miskin lagi. Apalagi sewaktu kecilnya yang sulit sekali membeli makanan.

"Baiklah, keputusan ini berlaku sekarang. Aku akan mengurusnya sekarang, bebaskan mereka berdua," kata raja Felix.

Ella tersenyum mendengar permintaannya di wujudkan, setidaknya tidak ada nyawa yang melayang karenanya. Ella berjalan menghampiri May dan Alana, "Ubahlah sikap kalian, aku yakin nasib kalian berdua bisa jadi lebih baik dari pada yang kalian dapatkan hari ini."

"Diam kamu, Ella!" bisik May dengan tatapannya yang mengerikan. May dan Alana berjalan keluar dari istana dan diikuti oleh raja Felix beserta para prajuritnya. "Aku senang dengan keputusanmu, Ella," kata Xavier.