Pagi-pagi sekali Lisa sudah membereskan semua barang-barangnya, ia berniat pergi pulang ke rumahnya pagi itu juga. Namun Calista mencegatnya untuk pergi, tampaknya Lisa buru-buru pergi pasti ada sebabnya.
"Ada apa Lisa? Coba cerita sini ...," kata Calista lembut yang perlahan membujuknya. Lisa menyeka air matanya yang tidak deras itu.
"Aku ingin pulang saja, tampaknya Xavier sama sekali tidak menyukaiku kehadiranku disini. Aku seakan menganggunnya, lebih tepatnya pengacau."
"Tidak bukan begitu Lisa, bukan Xavier tidak menyukaimu. Hanya saja akhir-akhir ini dia begitu sibuk dengan pekerjaannya." Calista sengaja berbohong agar tidak menyakiti perasaan Lisa. Sejak kecil Lisa sangat menyukai Xavier dan sampai sekarang ia masih menyimpan perasaan tersebut.
Calista paham betul bagaimana patah hati, dirinya juga pasti pernah merasakan rasa itu. Tujuan lainnya, agar tidak mempermalukan Xavier di depan ayah ibu Lisa. Lisa sudah positif akan mengadu kepada orangtuanya seusai pulang dari sini.
"Harusnya dia bisa menyempatkan waktu untukku. Tidak mungkinkan dia bekerja tanpa jeda. Aku hafal betul dia orang seperti apa ... Pokoknya aku pulang saja, aku tidak ingin menganggunya."
"Jangan berpikiran begitu Lisa, bibi akan bujuk dia untuk menemui nanti. Apa kamu setuju? Menginaplah beberapa hari lagi disini. Orang tuamu juga sedang tidak ada di istana, hanya ada paman dan bibimu saja. Kamu datang kesini kan karena bosan di sana, iya kan?"
Lisa terdiam sejenak dan mengangguk pelan. Sesuai perkataannya, Caslita menghampiri Xavier untuk berbicara dengan Lisa. Sedangkan Xavier sendiri sedang sibuk dengan pekerjaannya menjelang sebagai raja baru, dalam waktu dekat. "Ibu, aku sangat sibuk sekarang. Tolong beritahu dia, jangan bertingkah seperti anak kecil," kata Xavier.
"Ayolah Xavier ... Sebentar saja, jika kamu tidak ingin berbicara ataupun tidak meluangkan waktu untuknya pasti dia akan mengadukan kamu kepada orangtuanya. Ibu tidak mau jika keluarga kita di cap kurang sopan."
Xavier menghela nafasnya kasar, menatap ibunya dengan tatapan dingin. "Baik-baik, aku akan menemuinya. Suruh dia menunggu di taman belakang."
"Baik Xavier, ibu pergi dulu." Ella sendiri merasa bahwa Lisa dan Xavier memiliki hubungan khusus. Awalnya ia sudah merasa sedikit tenang setelah mendengarkan ungkapan hati Xavier. Tapi sekarang, dirinya kembali di buat penasaran di balik kehadiran Lisa dan maksud perkataan Calista tadi.
Xavier bangkit dari kursi kerjanya, berjalan menghampiri Ella. Dengan wajah putih lesu, ia tersenyum, "Ella, aku pergi menemui Lisa sebentar ya. Kamu tunggulah disini, tidak akan lama. Aku akan segera kembali."
"Iya Xavier, aku akan lanjut menyelesaikan rajutan syal ini sambil menunggumu kembali." Xavier pun pergi meninggalkan ruangan. Ella ingin sekali mengikuti Xavier pergi ke taman belakang, tapi bukankah itu menganggu privasi mereka berdua.
"Apakah kehadiranku disini salah ya? Sepertinya aku sudah membuat Lisa terluka. Aku yakin hubungan mereka sekedar dari teman. Hanya saja aku tidak yakin dengan Xavier ...."
Tok tok tok
Ella terkejut dari lamunan pikirannya, "Masuk," sahutnya. Seorang maid masuk membawakan sesuatu dan meletakkannya di atas meja kerja Xavier. Tidak lupa maid menutup gelas itu dengan piring kecil. "Terima kasih," ucap Ella. Maid itu mengangguk tersenyum lalu menghilang dari balik pintu.
"Aku kira siapa tadi ...."
***
"Xavier, akhirnya kamu datang juga. Senang bisa melihat kamu disini, duduklah. Kita minum teh dan menikmati beberapa camilan kue kecil. Bukankah disini sangat indahkan?" sambut Lisa yang sudah duduk di kursi taman dari tadi.
Xavier mendekat lalu duduk, "Perlu apa kamu? Cepat katakan sekarang, pekerjaanku masih banyak dan aku harus menyelesaikannya agar tidak menumpuk. Apa kamu tidak ada pekerjaan penting di istanamu?" jawab Xavier sangat dingin.
Lisa memarkan senyumnya yang manis, "Kenapa kamu berperilaku dingin kepadaku? Apa aku tampak seburuk itu di depan matamu? Aku hanya merindukanmu, sudah lama aku tidak berkunjung, makanya aku kemari sekaligus aku bosan berada di istanaku."
"Terserah, apa sudah selesai? Aku harus menyelesaikan pekerjaanku sekarang."
"Duduklah sebentar lagi." Rekasi wajah Xavier semakin tertekuk, bukannya Lisa membiarkan pergi. Yang ada Xavier semakin kesal. Xavier memberitakan isyarat dengan matanya untuk mempersilahkan Lisa berbicara.
"Baiklah jika kamu sibuk. Bisakah besok kamu beserta ayah ibumu berkunjung ke istanaku? Kita makan siang bersama disana. Sudah lama sekali kan kita tidak berkunjung, ayah ibuku pasti akan senang. Besok mereka juga sudah pulang dari tugas penting."
"Hanya aku dan orangtuaku saja? Apakah Ella tidak di ajak?"
"Eee itu ... Kamu boleh mengajak Ella. Biar ayah dan ibuku bisa berkenalan dengannya. Bagaimana, apa kamu tertarik?"
"Iya, nanti kita berbicara lagi, aku harus pergi sekarang." Lisa tersenyum senang, untuk sekian lamanya Xavier kembali berkata iya. Tentunya Lisa tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini untuk kembali merebut Xavier dari Ella.
***
Xavier segera mengabari Ella soal ajakan makan siang dari Lisa. Tentunya ini akan menjadi sangat canggung. Yang Ella khawatirkan adalah pendapatkan kedua orangtua Lisa soal dirinya, yang berasal dari golongan biasa saja. Akankah kedua orangtua Lisa mengatakan hal serupa seperti Lisa katakan waktu makan malam kemarin.
"Aku harap kamu pergi Ella, aku ingin orang-orang luar dan penting mengenalmu. Karena kamu adalah calon istriku. Kamu mau kan pergi besok siang?"
"Tentu saja, aku mau pergi Xavier."
"Senang mendengar jawabanmu."
"Apa pekerjaanmu masih banyak?"
"Tidak terlalu, aku lanjut dulu ya."
"Baik Xavier." Ella memutuskan keluar dari ruangan tersebut, dirinya cukup bosan menunggu Xavier di dalam ruangan kerja itu. Hanya ada tumpukan kertas juga buku-buku yang menemani rasa bosannya tersebut. Dari kejauhan Ella melihat Lisa yang berjalan semakin mendekati kearahnya.
"Ella, apa Xavier sudah mengabarimu soal ajakan makan siang besok di istanaku?" tanya Lisa senyum.
"Ah iya sudah, tuan putri. Terima kasih sudah mengajakku untuk pergi."
"Sama-sama Ella, jangan panggil aku seperti itu. Panggil saja aku Lisa, kamu kan adalah calon istrinya Xavier, bukan?"
"I-iya."
"Nah, panggil saja aku Lisa. Karena kedudukanmu sekarang cukup tinggi, bagaimana nantinya jika kamu sudah menikah, akan semakin tinggi pula dariku hahaha."
"I-iya ...." Mungkin anggapan Ella salah tentang Lisa, Lisa adalah orang yang baik dan cukup asik di ajak berbincang-bincang. Ella pikir dia adalah orang yang suka membandingkan status kedudukan. Entah mengapa, terlintas di isi kepalanya, yang mengatakan bahwa Lisa dan Xavier itu hanya sekedar teman dekat saja.
Tidak kurang dan tidak lebih, jika Lisa menyukai Xavier pastinya ia tidak akan diam saja. Mwmbiarkan Xavier terus dekat dengannya. "Kalau begitu aku ke kamar dulu ya Lisa," ujar Ella.
"Baiklah Ella, juga ingin beristirahat di kamar." Ella berjalan lebih dulu meninggalkan Lisa. Calista yang ternyata diam-diam mengawasi pun ikut senang karena Lisa tidak mengganggu hubungan Ella dan Xavier. "Anggapanku soal Lisa ternyata salah," gumam Calista tenang.