Chereads / You're My Soulmate / Chapter 24 - 024. Senang Melihatmu

Chapter 24 - 024. Senang Melihatmu

Xavier pulang ke rumah dengan membawa hasil pemburuan berantainya. Kali ini kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah, mereka pergi ke negeri utara untuk mengurus beberapa hal. Xavier meminta pelayannya untuk mengolah hasil yang ia bawa tersebut menjadi sebuah minuman. "Mereka pasti akan datang lagi, kita harus waspada dan memperketat penjagaan," ujarnya pada semua prajuritnya. Yang menyerang daerah kekuasannya adalah werewolf liar dan ganas. Satu kali cakaran dari mereka membuat manusia biasa sangat tipis untuk bertahan hidup.

Ia kembali ke kamarnya dengan wajah tenang dengan gelas mewah berisi darah di genggaman tangan kanannya. Dalam lubuk hatinya, ia takut jika sewaktu-waktu akan kehilangan Ella. Ia takut jika Ella akan pergi setelah mengetahui seperti apa dirinya yang asli. "Besok malam, aku akan datang ke rumahmu Ella, untuk membawamu kemari," tulisnya dalam sebuah kertas. Burung hantu kesayangannya pun langsung terbang menuju rumah Ella.

***

Tuk tuk tuk ....

Terdengar suara ketukan dan kepakkan burung dari luar jendela. May yang menempati kamar Ella, seketika bergidik ngeri. Ia mendekat lalu membuka jendela tersebut dan menemukan segulung kertas di ikat dengan benang dari serat pohon. "Siapa yang mengirimkan surat malam-malam begini." Dengan penasaran tinggi, ia membuka surat tersebut.

"Wah, ternyata dari pemuda itu. Tidak akan aku biarkan mereka berdua bertemu. Mereka berdua tidak boleh bersama, harusnya anakku menempati posisi Ella. Ini tidak bisa dibiarkan ...." Segeralah ia menyusun rencana untuk besok hingga larut malam. Keesokkan harinya, Ella terbangun saat mendengar suara ocehan May dari luar gudang.

Lalu, pintunya terbuka menampilkan May beserta orang-orang asing kemarin. Segeralah Ella mendekat, dan memeluk kaki May erat-erat. "Ibu tolong maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi. Tolong maafkan Ella ibu ...," rintihnya bercampur tangis. May menendangnya hingga terjungkal. "Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu! Cepat! Lakukan dengan rencana yang aku bilang kepada kalian tadi."

Dua orang mendekat dan memegang masing-masing kedua tangannya dengan erat. Satunya lagi memegang tali juga karung berukuran besar. "I-ibu ingin melakukan apa? Apakah Ella membuat kesalahan lagi?" tanya Ella panik.

May mencengkram wajah Ella, lalu mendekat, "Dengar ya parasit, jika kamu mau hidup sampai besok-besok, maka turutilah semuanya."

Ella mengangguk setuju, "Katakan apa itu ibu, Ella akan menurutinya, Ella masih mau hidup ...." May tersenyum puas, ia tidak akan memberitahu apa yang sebenarnya. Ia meminta Ella untuk tidak bersuara. Ella sedikit bingung dengan apa maksud ibunya, tapi demi bertahan hidup, ia akan melakukan segalanya. Kemudian, Ella diikat tangan kakinya dan mulutnya di tutup dengan kain, lalu di masukkan ke dalam karung.

Dirinya sendiri tidak tahu mau dibawa kemana, orang-orang tersebut mengangkatnya. "Semoga saja aku selamat dalam hal ini," gumam Ella. Langkah kaki orang-orang tersebut terhenti.

Bugh!

Mereka menjatuhkan Ella begitu saja, lalu berlari secepat kilat dengan tawa-tawa kecil yang masih terdengar jelas. "Hah? Kemana mereka ingin pergi? Bukankah ibu bilang bahwa mereka akan menemaniku?" Dirinya mulai panik sekarang, ia berusaha melepaskan ikatan di tangannya. Udara di dalam karung tersebut perlahan menjadi sesak. "Xavier ...," ucapnya lirih.

***

Malam yang di tunggu-tunggu Xavier pun tiba, ia dan beberapa pengawalnya pergi dengan kereta mewah. May sudah mempersiapkan segalanya dengan baik, bahkan sudah mendadani Alana untuk pergi bersama Xavier. Tentu saja Alana tidak ingin kesempatan besar, apalagi ini adalah impiannya. Alana diminta oleh ibunya mengendangkan kerundung agar bisa menutupi kepala dan setengah wajahnya.

Terdengar suara ketukan pintu, "Itu dia, dia sudah datang nak ...," kata May bersemangat. May membukakan pintu dan mempersilahkan Xavier masuk dengan sangat ramah. "Hm, terima kasih sambutannya, terkesan sedikit mencurigakan." Kata-kata itu di katakan Xavier secara terang-terangan di depan May.

Alana kini sudah berada di hadapan Xavier, sedangkan Xavier tampak masih mencari sesuatu. "Kamu perlu apa nak Xavier?" tanya May.

"Aku mencari Ella, dimana dia?" tanya Xavier datar. 

"Eh, bukankah ini adalah Ella?" tunjuk May kearah anaknya. Xavier membuka kerudung menutupi wajah Alana tersebut, "Dia bukan Ella, katakan dimana Ella?"

"Ella ... Dia ...." May kebingung harus menjawab apa sekarang, semuanya sudah kacau. Tapi bagaimana bisa Xavier bisa mengenali Ella, padahal wajah anaknya ditutupi kerudung, tinggi badannya juga sama, sama-sama berambut panjang, tidak lupa juga May memakaikan minyak wangi milik Ella kepada Alana. "Aku ulangi sekarang, katakan dimana Ella sekarang?"

"Ibu, apa yang harus kita lakukan ... Penyamaranku gagal ...," bisik Alana ketakutan. May hanya bisa diam, dirinya bersikeras tidak mau mengatakan dimana Ella. Xavier yang sudah mulai emosi langsung keluar dari rumah tersebut dan memutuskan untuk pergi mencari Ella sendirian. "Kalian semua jaga mereka berdua, jangan sampai mereka berdua kabur," perintahnya.

"Baik," jawab para prajuritnya serentak.

"Matilah kita sekarang, ibu ...," ujar Alana.

Di hutan gelap nan dingin, detak jantung Ella kian melemah. Dirinya benar-benar tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Apalagi tadi sempat terjadi hujan salju, yang membuatnya sekarang tertutupi dengan salju putih. Orang yang kebetulan lewat tidak akan tahu bahwa dirinya ada disitu. "Aku harap ada seseorang, aku tidak ingin berakhir dengan cara seperti ini ... Xavier, aku harap kamu ada disini sekarang ...."

Xavier menggunakan kemampuannya untuk mencari keberadaan Ella. Ia sempat bingung karena tidak bisa mencium aroma Ella sewaktu di rumah tadi, padahal di hadapannya sudah ada seorang wanita yang mirip sekali dengan Ella. "Mengapa aku tidak menjemputnya kemarin saja, seandainya aku tahu lebih cepat pasti tidak akan terjadi seperti ini. Mereka pasti membawa Ella kesuatu tempat." Xavier mengikuti apa kata hatinya, ia memutuskan untuk pergi ke hutan saja. Semoga saja dirinya di berikan petunjuk. 

Auuuu ....

"Sial, ada werewolf liar di sekitar sini, aku harus cepat."

Ella yang mendengar suara lolongan seperti serigala pun langsung panik, "Apa jangan-jangan mereka mengendus bau ku ya? Tidak-tidak Ella, mereka mungkin saja tidak tahu. Yang perlu kamu lakukan sekarang adalah tetap tenang dan jangan bersuara ...." Terdengarlah suara langkah kaki yang menginjak salju tebal. "Tidak-tidak, aku mohon jangan kemari ...."

Bugh!

Xavier memukul dengan keras werewolf yang mendekati Ella. Untung saja ia bisa menemukan Ella dengan mencium aroma tubuh Ella. "Dasar werewolf sial, beraninya kamu mendekati apa yang menjadi milikku. Pergilah sebelum aku menghancurkanmu sampai hancur!" kata Xavier lewat pikirannya kepada werewolf itu.

Werewolf itu langsung pergi, Xavier segera menggali tumpukkan salju tersebut dan membuka ikatan karung. "Ella, Ella, syukurlah aku bisa menemukanmu," kata Xavier sembari membuka kain yang menutup mulut Ella.

"Akhirnya kamu datang, senang melihatmu Xavier ...."