"Ella? Aku harus menolong Ella sekarang." Tidak ada jalan lain, Xavier pun mendobrak pintu rumah Ella membuat May dan Alana terkejut. Xavier berlari kearah sumber suara teriakkan Ella memanggil namanya. "Tunggu aku Ella, aku akan melindungimu ...." Suara yang ia dengar semakin jelas berasal dari dalam sebuah ruangan dengan pintu tertutup. Ia kembali mendobrak pintu dan menemukan Ferand yang membabi buta mencambuk anaknya. Xavier melayangkan pukulan keras kepada Ferand, yang membuatnya berhenti mencambuk.
Ella yang ketakutan, langsung memeluk tubuhnya sendiri. "Ella, kamu tidak apa-apa? Katakan padaku, dibagian mana kamu terluka?" tanya Xavier sangat panik. Ella hanya diam tidak menjawab pertanyaan, tatapan matanya begitu memilukan. Dengan kemarahan berapi-api, Xavier menghampiri Ferand yang terdiam menatap anaknya. Xavier berniat ingin sekali membunuh sosok orang yang benar-benar tidak mempunyai kasih sayang ini. Hampir setengah tubuhnya mulai dikuasai sesuatu, kukunya mulai mengeluarkan kuku yang tajam bagaikan cakar.
Ella memegang kedua kaki Xavier, membuatnya gagal mengeluarkan wujudnya. Xavier benar-benar luluh, kemarahannya berangsur-angsur reda. "Biarkan saja Xavier, biarkan saja, ini adalah salahku sendiri. Tidak apa-apa, sebaiknya kamu pulang sekarang, pasti orang tuamu sudah menunggu kamu pulang," kata Ella lirih lalu tergeletak pingsan.
"Ella!" Xavier menggendong Ella keluar dari ruagan itu, Ferand hanya diam melihatnya. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Ferand saat ini. Tetangga dekat rumah Ella sudah berkrumun di depan rumah. Mereka sangat penasaran dengan Xavier ini. Xavier membaringkan Ella diatas tempat tidurnya. Dari belakang, terdengar suara pedang di cabut dari sabuknya. Dengan cepat pula, Xavier berbalik. Sudah ada Ferand yang menodongkan pedang tajam kearahnya.
"Silahkan bunuh aku, jika kamu berani. Setelah kamu membunuhku pun kamu akan menderita seumur hidup."
"Siapa kamu sebenarnya?"
***
"Kemana perginya anak ini, dari siang belum kembali juga. Apa perlu kita pergi menyusul dia? Aku yakin dia pasti bersama gadis itu lagi, atau jangan-jangan mereka dalam masalah ya?" gumam Calista. Ia kemudian menghampiri suaminya yang sibuk bekerja. "Ayo suamiku, kita pergi menyusul Xavier."
Felix melepaskan kacamtanya, "Untuk apa? Dia sudah besar sekarang, dia pasti bisa menjaga diri sendiri."
"Kamu tidak mengerti sayang, dia sendiri tidak mahir dalam mengendalikan dirinya, bagaimana nantinya dia gelap mata?" Felix bangkit dari kursinya dan mengikuti kemauan istrinya itu. Saat mereka berdua hendak masuk ke dalam kereta, datanglah burung hantu peliharaan Xavier yang membawa sebuah pesan. "Nah, sudah aku duga. Kita harus cepat sekarang," kata Calista usai membaca gulungan kertas pesan singkat itu.
***
"Kamu akan mengetahuinya sebentar lagi dan kamu akan menyesal. Untung saja putrimu ini berhasil meluluhkan aku, jika tidak kamu sudah hancur sekarang. Aku tidak suka caramu memperlakukan putrimu seperti tadi, itu begitu kasar sekali. Dan membuat semuanya terjadi ini adalah istri tirimu sendiri," kata Xavier semakin membangkitkan amarah Ferand.
"Jaga mulutmu itu, istriku tidak ada sangkut pautnya dengan ini. Kamulah penyebabnya, karena hadirnya kamu di dalam hidup putriku, dia berubah drastis!"
"Kamu kurang lebar membuka mata." Suara krumunan orang-orang di luar semakin terdengar jelas. May dan Alana yang bertemu dengan Felix dan Calista pun ikut terkejut. Semua orang bertanya-tanya, apa hubungannya masalah Ferand dengan hadirnya raja Felix dan ratu Calista?
"Turunkan pedangmu itu," kata Felix yang kini sudah berdiri di belakang Ferand. Ferand terkejut dan pedangnya terjatuh ke lantai. "Yang mulia ...," katanya dengan penuh hormat.
"Ayah, ibu, maaf jika sampai jam sekarang aku belum kembali. Aku sedang menjaga Ella, dari orang yang tidak becus seperti dia." Kata-kata Xavier membuat keringat dingin Ferand bercucuran deras. Felix dan Calista mengangguk bersamaan. "Ada masalah apa Ferand? Aku tahu kamu adalah orang yang baik, tapi kenapa kamu membuat keributan sekarang. Putraku membuat kesalahan apa sebenarnya, sampai-sampai kamu berani menodongkan pedang?" tanya Felix.
"Maafkan hamba, raja Felix. Aku sendiri tidak tahu bahwa dia adalah putra tuan. Dia sendiri sudah merubah putriku menjadi anak kurang ajar. Aku sudah memperingatkan dia untuk menjauh putriku, tapi masih saja ia dekati terus menerus," jawab Ferand pelan.
"Begitukah? Aku sudah mengetahui hubungan putraku dengan putrimu itu. Putraku memang terlihat sedikit lancang, tapi dia tidak pernah mencoba merubah anakmu menjadi anak kurang ajar ...."
May segera berlutut memohon ampun kepada raja Felix, "Ampuni suami saya raja Felix ...." Felix terdiam, terkesan memang tidak masuk akal jika anaknya merubah Ella menjadi anak kurang ajar. "Akan aku pertimbang lebih jauh lagi, Xavier bawa Ella bersamamu, kita harus memastikan agar keadaan Ella baik-baik saja."
Xavier mengangguk dan kembali masuk ke dalam kamar Ella lalu menggendongnya masuk ke dalam kereta mewah. Semua orang tidak menyangka bahwa Xavier adalah seorang pangeran, sekarang sudah terungkap bagaimana rupa anak dari raja Felix dan ratu Calista. Ferand kembali terdiam, dirinya benar-benar takut jika harus menerima hukuman. Apalagi jika Ella menjelaskan semuanya nanti pada raja Felix, tentang apa yang sudah ia lakukan pada Ella.
"Sial, dasar anak sial, aku harus segera memikirkan cara baru agar citra Ella jelek dan Ferand segera pergi," gumam May sambil memeluk erat suaminya. Dalam perjalanan menuju istana, semua orang terkejut melihat kehadiran Ella. Calista yang sangat khawatir segera memanggilkan tabib dan meminta para maid menyiapkan semangkuk makanan hangat untuk Ella sesegera mungkin.
"Keadaannya cukup buruk, dia demam dan luka di beberapa tubuhnya tidak terlalu buruk. Ia akan sadar tidak lama lagi, pastikan ia istirahat dan meminum obatnya ini," kata tabib.
"Terima kasih," kata Xavier. Xavier tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika ia tadi segera pergi dari rumah Ella, pasti kondisinya akan jauh lebih buruk dari ini. Dengan lembutnya ia mengelus rambut indah tersebut. "Maaf menganggu acara romantismu Xavier, bisakah kamu keluar sebentar. Para maid akan mengganti pakaian Ella," kata Calista tersenyum malu-malu.
***
"Aku sudah mendapatkan ide yang cukup brilian. Jika Ella kembali lagi ke rumah, aku akan bersikap baik dulu, lalu menusuknya lagi dari belakang seperti awal permainanku." Alana masuk ke dalam kamar dan melihat ibunya memandang sebotol kecil berwarna hitam.
"Ibu, bagaiaman caranya agar aku bisa mendapatkan Xavier? Aku ingin sekali mendapatkan dia, jika aku berhasil menikah dengan dia kan, maka kita juga akan jadi kaya raya ...."
"Entahlah, ibu tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan Xavier untukmu. Yang jelas sekarang, kita berdua harus bekerja sama untuk menyingkirkan dua pion penting di rumah ini. Apa kamu mengerti?"
"Aku mengerti ibu."
***
"Aku dimana sekarang? Sepertinya aku tidak berada di dalam kamarku?" gumam Ella kebingung menatap sekeliling ruangan yang ia tempati.
"Kamu berada di rumahku sekarang, lebih tepatnya kamarku sendiri," jawab Xavier yang datang membawakan makanan untuk Ella.
"Bagaimana bisa aku ada disini?"