Chereads / ESPERANDO / Chapter 5 - 5. Aneh

Chapter 5 - 5. Aneh

°°°

Jika jarak sedekat ini kita bisa menjadi asing. Bagaimana nasib kita bila menjadi matahari dan bulan?

—esperando—

°°°

Hari sudah malam, Killa sedang melihat bintang-bintang dari balkon kamarnya.

"Indah" Ucap Killa takjub melihat bintang yang sangat indah diatas sana.

"Pasti salah satu dari bintang itu Bunda, Killa kangen banget sama Bunda."

"Bunda apa kabar ya?"

"Bunda tau ga? Killa udah ketemu dia tapi dia udah bahagia, Killa seneng lihatnya. Tapi kenapa Killa yang harus menahan sakitnya? apa Killa enggak pantas bahagia? kalo boleh Killa mau egois tapi Killa enggak mau merusak kebahagian orang yang Killa sayang." Lirih Killa menatap bintang perlahan air matanya jatuh.

"Bunda, coba aja Bunda ada disini pasti Killa enggak bakal kesepian. Ayah sibuk kerja, Killa disini cuman sama Bibi. Tapi Killa tau kok kalo Ayah sayang sama Killa makanya Ayah kerja keras buat Killa,"

"Maafin Ayah," Killa menoleh kebelakang. Tanpa Killa sadari sedari tadi Ayahnya sudah ada didalam kamarnya untuk mengajaknya makan bersama dan ia juga mendengar semua ungkapan Killa.

Selama ini memang ia sangat sibuk dan meninggalkan Killa dengan pembantu dirumah. Tapi ia tidak pernah sadar kalo Killa membutuhkannya. Sungguh ia Ayah yang bodoh. Ia menyibukan diri bulak-balik keluar kota agar tidak memikirkan mendiang istrinya itu. Jika ia dirumah pasti ia selalu mengingat betapa bodohnya dia tidak bisa menjaga orang yang disayang dan tanpa sadar ia menyakiti anaknya.

"Ayah enggak salah kok, Ayah kerja juga kan buat Killa." Ucap Killa tersenyum hangat, Ayahnya menarik Killa kedalam pelukannya.

Ayahnya tersenyum mendengar ucapan Killa, ia sungguh beruntung mempunyai anak gadis seperti Killa yang tidak pernah menuntutnya. Ia berjanji akan meluangkan waktunya dan selalu membahagiakan putrinya ini.

***

"Telpon ga ya? tapi gue enggak punya nomornya? apa minta sama temannya? ah, tapi gengsi lah." Ucap Rion frustasi.

Rion ingin menelpon Killa tapi ia tidak punya nomornya mau minta tapi gengsi. Huh dasar cowok!

Pintu kamar Rion terbuka terlihat Niel yang membawa banyak snack.

"Ngapain lo dirumah gue?" Tanya Rion jengkel.

"Numpang wifi, wifi dirumah gue mati ibu negara belom bayar tagihannya." Ujar Niel sambil memakan snacknya.

"Gembel,"

"Heh gue tuh enggak gembel, nyokap gue aja tuh pelit suka enggak bayar tagihan wifi-nya karena gue main game terus." Bela Niel.

"Mana ada orang kaya enggak mampu bayar wifi doang,"

"Gue bukan ga mampu yon tapi kasian gue sama wifi dirumah lo jaringan kenceng tapi yang make cuman lo. Mana sekamar wifi satu-satu lagi gimana enggak kenceng tuh." Balas Niel.

Rion memutar bola matanya malas mendengar ucapan Niel.

"E-eh lo tau ga sih yon? tadi si Pano aneh banget, diem terus abis ninggalin kita dirooftop. Udah gitu pas balik sekolah katanya si Pijah ditinggalin sama Pano. Emang ya tuh orang bener-bener," Cerocos Niel.

Rion mendengarkan ucapan Niel dengan baik. Ada apa dengan sahabatnya itu? apa setelah ia melihat Vano dan Killa dilapangan basket itu terjadi sesuatu? ah, Rion tidak terlalu mendengar ucapan mereka. Yang Rion tangkap dari ucapan Killa adalah Vano menanyakan kekasihnya.

Ya, Rion orang itu. Tadinya ia ingin menyampar sahabatnya itu yang sedang bermain basket, tapi Vano memanggil Killa yang sedang berjalan dan Rion mengurungkan niatnya untuk menyampar Vano.

Apa Killa dan Vano saling kenal?

"Niel," Panggil Rion kepada Niel yang sedang menikmati snacknya dengan tertidur disofa kamarnya.

"Apaan," Balas Niel.

"Lo punya nomornya Killa?"

"Punya dong!!" Ucap Niel semangat.

"Bagi," Ujar Rion datar, Sebenarnya ia kesal dari mana sahabatnya ini mendapatkan nomor Killa dengan gampang? sedangkan dirinya?

"Minta aja sono sendiri!" Ujar Niel.

"Martabak satu" Ucap Rion datar yang sudah tahu akal mulusnya Niel.

"Yaelah segitu mana cukup,"

"Martabak spesial, pizza hut, dessert box dua, burger jumbo lima, sushi, 2 juta cukup?" Ucap Rion.

Niel mengangguk senang. "Okee, gue kirim nomornya ke lo ya!"

Dasar Niel dengan sahabat sendiri saja perhitungan. Untung Rion holkay.

"Udah gue kirim tuh, jangan lupa itunya!" Ujar Niel.

Rion mengangguk. "Lo dapet nomornya dimana?"

"Yaampun Rion makanya masuk grup angkatan disitu ada nomornya si Killa, dia juga suka digodaain digrup sama anak-anak. Lagian si Killa polos banget gemesin" Kata Niel. Rion menggeram kesal mendengar akhir ucapannya.

Rion memang tidak masuk grup angkatan dikarenakan dia selalu terganggu dengan orang-orang yang mengechatnya.

Pernah sekali Niel menjual nomornya untuk mendapatkan keuntungan dan berakhir Rion yang selalu mengganti nomornya itu.

Mengingat itu Rion jadi kesal, sahabatnya ini memang selalu mengambil keuntungan dan selalu menjual namanya.

Sungguh menyebalkan.

***

"Vano kamu kenapa sih diem terus?" Tanya Nafeeza menatap Vano yang sedang duduk sambil menatap handphonenya.

Nafeeza berkunjung ke Apartemen pacarnya itu malah dicuekin dengannya.

Vano memang tinggal di Apartemen katanya sih mau mandiri. Walaupun awalnya Nafeeza ragu tapi ia berusaha percaya kepada kekasihnya itu.

"Aku jauh-jauh kesini dan kamu malah cuekin aku kaya gini," Ucap Nafeeza.

Vano menghembuskan nafasnya seraya menatap Nafeeza yang sudah berkaca-kaca.

"Aku gapapa, lagi ga mood ngomong aja." Ucap Vano sembari menghapus air mata Nafeeza yang berjatuhan dipipinya.

"Maaf ya?" Kata Vano.

Nafeeza mengangguk dan memeluk Vano.

"Aku anterin pulang ya?" Ucap Vano halus. Nafeeza menatap Vano heran tapi mungkin Vano sedang ada masalah, jadi ia mengangguk mengiyakannya saja.

"Enggak usah aku pulang sendiri aja, aku bawa mobil kok!" Ucap Nafeeza.

Vano mengangguk, "Yaudah hati-hati!" Ucapnya.

Nafeeza dibuat bingung lagi dengan sikap kekasihnya ini, biasanya jika sudah malam begini walaupun ia membawa kendaraan Vano tetap mengantarnya dan mengikutinya dari belakang tapi i-ini..

Ah, mungkin benar Vano sedang tidak mood.

"Aku pulang dulu," Pamit Nafeeza.

"Hati-hati."

Bukannya Vano tidak mau mengantar kekasihnya itu tapi ia sedang tidak mau diganggu. Ia butuh ketenangan, ia butuh menjernihkan fikirannya.