Rion melangkahkan kakinya dirumah besar miliknya. Tadi ia ditelpon oleh mamanya untuk pulang cepat.
"Aduh abang jam segini baru pulang!" Gerutu mama-Rion.
Rion meringis mendengarkan ocehan mama tersayangnya ini.
"Tadi abang abis keaprtnya Vano mam," Balas Rion.
"Yaudah sono mandi terus makan!" Ujarnya.
Rion mengangguk dan segera masuk kekamarnya.
"Abangg," Panggil seorang gadis kecil pada Rion.
"Hai ara," Balas Rion dan mengendong bocah itu.
Ara, adik kecil Rion yang berumur 6 tahun. Rion sangat sayang pada adik kecilnya ini. Sangat menggemaskan.
"Abang bau," Ucapnya sambil menutup idungnya.
Rion terkekeh melihat espreksi Ara.
"Gak bau kok nih cium nih," Rion mencium muka Ara dengan gemas. Ara tertawa melihat kelakuan abangnya.
"Ih abang," Gerutu Ara.
Rion menurunkan Ara dari gendongannya, "Abang mandi dulu ya." Ucap Rion.
Ara mengangguk dan melanjutkan bermain dengan mainannya.
***
Tadinya Nafeeza ingin Killa menginap dirumahnya, Tapi Killa belom izinnya dengan ayahnya lagi pula ayahnya tidak ada dirumah.
"Huftt," Killa menghembuskan nafasnya.
"Vano kenapa ya? kok dia ampe bisa bikin Pijah sedih?"
"Apa Killa tanya aja?"
"Ah, enggak deh."
"Tapi Killa kepo." Ucap Killa.
"Killa telpon aja deh."
Akhirnya Killa pun memutuskan menelpon Vano karna kepo.
"Halo!" Ucap Killa.
"Vano ini Killa!"
"Kenapa?" Tanya Vano dari sebrang.
"Vano apain Pijah?"
"Hah?" Balas Vano disana sambil menaiki sebelah alisnya. Ia rasa Nafeeza cerita dengan Killa.
"Vano gak boleh gitu sama Pijah. Vano boleh sakitin Killa tapi jangan gituin sahabat Killa. Kasian Pijah nangis terus!"
"Lagian Vano kenapa sih banyak tingkah dari dulu gak pernah berubah."
"Sekarang bikin Pijah nangis! awas aja kalo Vano nyakitin Pijah, Killa maju paling depan!" Ancamnya. Vano terkekeh mendengar suara Killa.
Vano tidak habis pikir dengan Killa kenapa ia sangat baik. Ia rela dirinya yang tersakiti dari pada orang sekitarnya yang merasa sakit.
"Iya," Balas Vano singkat.
Killa melotot mendengar balasan Vano. Ia sudah berbicara panjang lebar dan dibalas gitu saja? memang benar-benar Vano ini.
"Yaudah Killa matiin! Jangan lupa minta maaf sama Pijah."
Sebelum Killa mematikan telponnya.
"Lun maaf ya,"
Sambungan terputus, Killa menatap handphonenya dengan miris.
"Semoga kalian bahagia!"