Setelah Leon menyelesaikan meetingnya dengan CEO Cromwell Inc. ia memilih untuk tidak kembali ke kantor. Ia pergi menuju sebuah toko bunga ia ingin mengunjungi seseorang, sudah lama ia tidak mengunjunginya. Diamond Florist toko bunga yang menjadi langganan ibunya, tentu bunga yang tadi ibunya berikan kepada Ray berasal dari toko ini.
Leon menghentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk toko, di sekeliling toko tidak terlalu ramai hanya beberapa pejalan kaki. Diamond Florist berada di Kawasan yang terbilang cukup elit, karena beberapa toko dari brand ternama di dunia berjejer mengisi setiap gedung.
Setidaknya ia bisa sedikit tenang karena tidak aka nada kamera paparazzi yang mengikutinya ataupun orang-orang yang tahu siapa dirinya. Baru ia mematikan mesin mobilnya dan hendak membuka pintu kemudi. Seseorang membuka pintu mobilnya dan menerobos masuk duduk di kursi penumpang sambil menyembunyikan wajahnya.
Leon memerhatikan orang yang menerobos masuk kedalam mobilnya dan orang itu adalah seorang gadis. " Maaf nona, sepertinya anda salah memasuki mobil." Ucap Leon datar.
Gadis itu memegang lengannya dengan sedikit meremasnya, meski Leon juga tidak merasakan apa-apa. " Tuan kumohon sembunyikan aku." Ucap gadis itu sambil menatapnya.
Ketika gadis itu manatapnya Leon kembali terpaku, ia tau siapa gadis itu. Seorang gadis yang sempat berpapasan dengannya di lobi kantor milik Ray. Leon melihat keluar jendela ada dua orang laki-laki dengan pakaian serba hitam yang sepertinya sedang mencari seseorang.
" Kemana dia pergi?" tanya salah dari mereka itu, yang masih dapat Leon dengar dari dalam mobil.
Pegangan pada lengan Leon semakin erat dan gadis itu semakin menyembunyikan wajahnya, dan tubuhnya mulai gemetar. Untung seluruh kaca mobilnya sudah di ganti dengan kaca hitam, dan saat ini sebenarnya gadis di sampingnya aman tidak terlihat dari luar. Dua preman itu pergi entah kemana, sepertinya mereka masih terus mencari.
" Mereka sudah pergi." Ucap Leon dan seketika gadis itu melirik ke kanan dan kekiri memastikan dua orang yang mengejarnya sudah benar-benar pergi.
Gadis itu menghembuskan nafasnya lega. " Terimakasih Tuan, untuk kebaikan anda." Ucap gadis itu tulus, dan benar-benar bersyukur ia dapat lolos.
" Mereka sudah pergi, jadi bisa kau lepaskan cengkraman mu dari lengan ku?" tanya Leon sambil melirik tangan gadis itu yang masih mencengkram lengannya yang mulai memerah karena lengan kemejanya yang sudah ia gulung sebatas siku.
Seketika gadis itu sadar dan dengan cepat melepaskan cengkramannya dan juga wajahnya memerah karena malu. " Ma… Ma..af Tuan." Ucapnya terbata dan malu. Sungguh ia ingin menenggelamkan dirinya karena tindakannya tadi.
Kaca mobil di ketuk dari luar, gadis itu bergegas untuk keluar dari dalam mobil setelah ia melihat siapa yang mengetuk kaca mobil. " Terimakasih tuan sekali lagi untuk bantuan anda, jika kita bertemu dilain waktu saya akan membalas kebaikan anda." Ucap gadis itu tulus dengan senyumnya yang menawan membuat Leon terdiam terpaku. Senyum yang begitu indah dengan dua lesung pipit di pipi.
Setelah itu gadis itu menutup pintu mobil tanpa menunggu perkataan dari Leon, dan saat itu juga ia tersadar dari keterpakuannya. Ia bingung mata dan senyum gadis itu dapat membuatnya terdiam terpaku dengan jantung yang kembali berdebar.
Leon memegang dada sebelah kiri tepat di atas jantungnya. " Sepertinya aku harus memeriksakan jantung ku ke dokter."
Leon kembali menyelakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan toko bunga dan melupakan apa tujuan awalnya. Sebelumnya ia juga melihat melalui kaca spion mobilnya gadis itu masuk kedalam mobil dengan beberapa pria yang sepertinya para bodyguard gadis itu sekitar 10 orang. Dan pertanyaan itu kembali muncul di dalam hatinya dan itu mengusik pikirannya. ' Siapa dia? Apa hubungannya dengan Ray dan mafia-mafia itu.' Leon tidak bodoh untuk mengetahui siapa yang mengejar gadis itu tadi.
>>>
Rane duduk di kursi penumpang dengan tenang, sungguh ia tidak menyangka kejadian yang kurang menyenangkan terjadi padanya di hari pertamanya di Paris. Tadi ia memaksa untuk berkeliling sebentar dan saat mereka melewati gang tiba-tiba mereka dihadang 10 orang dengan pakaian serba hitam, salah satu dari mereka memaksa untuk membawa Rane pergi namun di hadang oleh Marvel dan Anson.
Terjadilah perkelahian yang tidak dapat dihindari, tentu Marvel dan Anson kalah jumlah. Marvel meminta Rane untuk lari dan bersembunyi, dengan sekuat tenaga Marvel dan Anson menghadang mereka yang ingin mengejar Rane karena kalah jumlah dua orang lolos dari hadangan Marvel dan Anson dan mengejar Rane.
Rane yang panik dan bingung melihat sebuah mobil yang berhenti di depan toko bungan yang sebelumnya ia kunjungi. Dan tanpa permisi ia langsung masuk dan bersembunyi. Dan tanpa ia sangka mobil itu adalah milik rekan bisnis sang kakak, yang ia tidak tahu siapa namanya.
" Kau tidak apa-apa?" Tanya Anson melihat Rane melalui spion kecil yang berada di tengah.
Rane mengangguk menjawab pertanyaan Ansan. " Apa kalian yakin tidak ingin ke rumah sakit?" sedikit terdapat memar di wajah dua bodyguard Rane itu.
" Tidak perlu Rane, ini hanya luka kecil." Jawab Marvel, " Kami malah lebih mengkhawatirkan mu. Kau yakin tidak apa-apa?"
" Aku tidak apa-apa. Beruntung ada yang mau memberikan tempat persembunyian padauk." Rane memandang jalanan kota Paris.
Marvel dan Anson hanya mengangguk mendengar perkataan Rane. " Untuk saat ini anda sepertinya anda tidak di perbolehkan untuk berpergian akan sangat berbahaya jika kejadian ini terulang kembali." Marvel menghela nafas. " Beruntung bantuan cepat datang dan ada yang mau membantu anda tadi, jika tidak entah apa yang akan terjadi kepada anda dan kami semua." Beruntung luka yang di alami Marvel dan Anson hanyalah luka lebam dan ringan karena mereka tadi langsung mengaktifkan sinyal darurat dan bantuan cepat datang.
Ya anak buah Bill memang sudah ia siapkan di penjuru kota Paris, untuk berjaga-jaga jika terjadi kejadian seperti tadi. Mereka harus menurunkan berbagai macam resiko dan bersikap waspada setiap saat.
Kejadian seperti ini sering Rane alami saat ia masih kecil, jadi ia tidak terlalu shock karena memang saat ia kecil kedua orang tuanya sudah memberinya pengertian. Karena itulah kedua orang tuanya membangun mansion megah di tengah hutan jauh dari pemukiman penduduk dan di jaga sangat ketat.
Hanya untuk melindungi Rane, mengapa hanya dirinya? karena kedua kakaknya di bekali ilmu beladiri dan cara menggunakan senjata jadi mereka dapat melindungi diri mereka sendiri meski tetap dengan kawalan para bodyguard handal. Mengingat keluarga mereka sangat terkenal di Eropa bahkan di dunia. Dan Rane adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga Cromwell. Maka dari itu ia sangat di lindungi, dan tidak tersentuh dunia luar. Sampai hal naas itu terjadi.
" Maaf harusnya tadi aku tidak memaksa untuk berkeliling." Rane menunduk menyesali perbuatannya tadi.
Marvel dan Anson tertegun mendengar ucapan nona mereka itu, mereka tidak menyangka majikan mereka itu meminta maaf kepada mereka. " Bukan seperti itu maksud saya. Maaf sudah membuat anda tersinggung." Ucap Marvel perkataannya tadi sudah membuat nonanya itu tersinggung, bagaimanapun ia tidak berhak berkata seperti itu kepada majikannya.
" Tidak apa-apa, aku tidak tersinggung sama sekali." Rane tersenyum dan dapat Marvel dan Anson lihat dari kaca spion. " Apa yang Marvel ucapkan benar. Kalian hanya ingin diriku aman dan tidak terluka sedikit pun."
Ponsel yang berada di saku celana Rane berdering, panggilan masuk dari sang kakak. " Hallo kak." Sapa Rane setelah ia menekan tombol hijau.
" Kau tidak apa-apa?" tanya Ray dengan nada luar biasa khawatir. Ia tadi mendapat laporan saat sedang rapat dengan direktur keuangan, jika adiknya itu di cegat gerombolan orang tak di kenal.
" Aku tidak apa-apa kak, kau tidak perlu khawatir Marvel dan Anson menjaga ku dengan baik." Ucap Rane tenang ia harap sang kakak akan sedikit tenang.
Di sebrang telephon Ray menghembuskan nafas lega. " Kau yakin?" tanya Ray kembali memastikan keadaan sang adik.
Rane mengangguk. " Ya, Maaf membuat kakak khawatir." Ucap Rane menyesal.
" Tidak, harusnya aku yang meminta maaf padamu. Aku sudah berjanji menjaga mu dengan baik tapi kejadian ini terjadi." Ray sangat menyesalkan apa yang terjadi oleh adik perempuannya itu. Bill sudah tahu siapa pelakunya, dan itu membuat Ray sangat marah dan ia berjanji akan membalasnya.
" Kakak sudah menepati janji. Kakak menjaga ku dengan baik." Rane tersenyum ia tahu sang kakak pasti akan menyalahkan dirinya sendiri. " Jangan salahkan diri kakak terus menerus, lihat aku baik-baik saja tidak ada luka sedikit pun. Kakak seharusnya berterimakasih kepada Marvel dan Anson mereka menjaga ku dengan baik."
" Baiklah, aku akan berterimakasih kepada mereka nanti. Sampai jumpa di rumah aku akan menyelesaikan pekerjaan ku dengan cepat." Ray sungguh menyayangi adik-adiknya.
" Baiklah, sampai jumpa." Panggilan berakhir Rane kembali menyimpan ponsel keluaran terbaru dari apple di saku celananya. Ia kembali menatap keluar memperhatikan jalan dan gedung-gedung.
Ia lelah harus berlari dan membuat jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dan itu menimbulkan rasaa nyeri di dadanya. Ia juga teringat dengan orang yang menolongnya tadi atau orang yang tanpa sengaja ia susahkan. Ia belum tidak menanyakan Namanya dan yang Rane tau pasti ia adalah rekan bisnis kakaknya. Mungkin ia bisa mengirimi hadiah lewat kakaknya sebagai ucapan terimakasih yang pantas.
>>>
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Ray baru saja tiba di penthouse, di hari pertamanya bekerja sudah terdapat banyak tumpukan dokumen yang harus ia kerjakan. Kondisi penthouse dalam keadaan hening ia melangkah lebih dalam untuk mencari keberadaan adiknya. Dan wangi masakan tercium di hidungnya sungguh harus yang menggoda dan sepertinya sangat nikmat. Ray sangat tau dimana keberdaan Rane, ia mempercepat langkahnya menuju dapur dimana Rane saat ini berada.
Rane masih berkutik dengan alat masaknya, ia sedang mencicipi sup jamur yang ia buat karena cuaca saat ini sedang mendung dan sangat mendukung untuk ia membuat sesuatu yang berkuah dan hangat. Dan beberapa makanan lainnya.
Ketika ia rasa, rasanya sudah cukup ia mematikan kompor dan memindahkan sup ke mangkuk untuk mempermudah memakannya lalu meletakkannya di meja makan.
" Kakak sudah pulang, duduklah aku akan siapkan makan malam." Rane yang melihat Ray berdiri tidak jauh dari posisinya saat ini tersenyum.
" Apa yang kau masak?" tanya Ray ia melangkah mendekati meja makan yang sudah tersedia beberapa hidangan khas Eropa. " Hmm, semua ini makan kesukaan ku."
Rane hanya tersenyum dan mengangguk. " Viona bisa tolong ambilkan wine dari gudang." Rane membuka celemek yang masih ia kenakan dan menaruhnya di kursi sebelahnya.
Ray dan Rane duduk bersampingan, Rane dengan telaten menyiapkan makanan untuk Ray dan diterima dengan senang hati olehnya.
" Bagaimana? " tanya Rane saat Ray berhasil memasukkan suapan pertamanya.
" Hmm, seperti biasa selalu enak." Puji Ray dan membuat senyum indah Rane terukir di wajahnya.
Viona datang dan menuangkan wine di gelas mirik Ray, dan jus apel di gelas milik Rane. Mereka menikmati makan malam mereka dengan tenang.
Sarah salah satu maid memasuki ruang makan dengan buket bungan dan sebuah kotak besar. " Maaf tuan tadi Joe menitipkan ini, ia tidak masuk karena harus menyelesaikan tugas lain dari tuan."
Ray menatap apa yang di bawa oleh maidnya itu. " Itu untuk Quen."
Rane yang melihatnya seperti mengenal buket bunga dan kotak itu tapi ia lupa dimana ia melihatnya. " Untuk ku?"
Ray hanya mengangguk sebagai jawabannya. " Kau ingat dengan aunty Chatrina?"
" Bukankah sahabat Mommy?"
" Ya beliau menitipkannya untuk mu, sebenarnya ia ingin sekali bertemu dengan mu namun uncle Damian harus kembali ke Jerman pagi ini. Jadi ia tidak sempat dan menitipkannya melalui anaknya."
Rane hanya menangguk ia tidak lupa dengan aunty Chatrina dan uncle Damian tapi ia lupa siapa anaknya. Mereka bertemu terakhir saat pemakan kedua orang tuanya yang di gelar tertutup hanya keluarga dan sahabat terdekat yang di izinkan mengikuti prosesi pemakaman.
Rane menerima buket bunga kesukaannya Juliet Rose berwarna putih sungguh indah. Dan kotak besar di letakkan di sisi meja makanyang kosong. Rane mendekati kotak itu. " Indah." Gumamnya.
Kotak itu memang di desain khusus untuk butik milik ibunya yang di bangun bersama sahabatnya itu. Desain yang minimalis dan terkesan mewah, kotak berwarna hitam dengan bahan beludru halus serta di tambah ukiran emas di nama tokonya. Saat kotak itu di buka dalamnya berwarna emas yang terkesan sangat mewah.
Di dalam kotak terdapat sebuah gaun, dan itu membuat Rane terpana karena keindahan gaun itu dengan hati-hati Rane menyentuh gaun itu. Ia menatapnya dengan mata berbinar ia mengeluarkan gaun itu dari kotak.
" Sarah tolong simpan di kamar ku." Rane kembali memasukkan gaun ke dalam kotak dan menyerahkan ke Sarah untuk di taruh di dalam kamarnya.
" Bisa kakak ucapkan terimakasih ku untuk aunty Chatrin?" tanya Rane saat ia sudah kembali duduk di kursinya.
" Kau bisa sampaikan sendiri kepadanya, aunty Chatrin mengundang kita untuk makan malam di kediamannya." Setelah rapat dengan Leon tadi Ray langsung menelphon sahabat mommynya itu untuk mengucapkan terimakasih dan beliau mengundang mereka untuk makan malam di mansion Heaton minggu depan. Karena Chatrina dan Damian Heaton suaminya baru kembali dari Jerman.
" Baiklah aku akan membuat cake yang lezat sebagai tanda terimakasih." Ucap Rane bersemangat.
" Lusa kau tidak lupa kan?" tanya Ray setelah ia menyesap winenya.
" Tidak ka, Bill juga tadi sudah mengantar seragam yang akan aku gunakan untuk sekolah." Setelah Rane sampai di pent house Bill datang dengan beberapa paper bag, dan juga menanyakan keadaannya setelah apa yang ia alami siang tadi.
Tidak semua kebutuhan Rane atau pekerjaan bisa Ray handle dengan bai kia sangat bersyukur memiliki asisten yang setia dan dapat di andalkan. Terkadang belum ia perintahkan Joe dan Bill sudah melakukan apa yang seharusnya. Dan ia juga sangat bersyukur ada yang membantunya untuk mejaga Rane dengan taruhan nyawa mereka.
***
29/09/2020