Chereads / ANOTHER LOVE / Chapter 4 - Merasa Dicintai

Chapter 4 - Merasa Dicintai

Tubuh atletis itu terbenam di dalam kursi kokoh berlapis kulit, namun bertekstur lembut serta elegan yang dengan setia selalu menemani serta memberikan kenyamanan ketika pekerjaan semakin mempersempit ruang gerak Dievo.

Terlihat ponsel pintar miliknya tergeletak tanpa daya karena terabaikan oleh pemiliknya. Tanpa ragu Dievo meraih ponsel itu dan memulai untuk mencari kabar tentang kekasihnya.

"Halo," ucap Vanya. Terdengar suara merdu di seberang sana menjawab dengan lembut.

"Halo sayang, kamu sedang ada di mana?" tanya Dievo dengan perasaan gelisah karena mendengar suara bising menjadi latar belakang obrolan mereka.

"Aku sedang di kampus, ada janji bertemu dosen. Karena ada yang harus dipersiapkan sebelum daftar sidang," jawab Vanya seraya berusaha memberi penjelasan.

"Apakah lama? Kapan kira-kira kamu selesai?" tanya Dievo dengan nada bersemangat karena merasa akan segera bertemu dengan kekasih hatinya.

"Aku belum tahu, nanti kalau sudah selesai aku telepon kamu ya sayang," jawab Vanya. Sekilas senyum terlukis di wajahnya karena mendapat perhatian dari Dievo.

"Baiklah. Aku akan menjemputmu nanti," ucap Dievo. Suara serak itu terdengar begitu mengggoda.

"Apa pekerjaanmu sudah selesai sayang?" tanya Vanya dengan nada yang lembut.

"Iya, aku akan punya banyak waktu untuk bersamamu, aku milikmu seutuhnya," jawab Dievo seraya berusaha menggoda. Vanya terkesiap mendengar kata-kata Dievo yang seperti itu, seketika pipinya merona membayangkan dirinya bersama kekasihnya yang tampan.

"Halo. Vanya, kenapa sayang?" tanya Dievo dengan perasaan gelisah, karena tidak mendengar jawaban Vanya.

"I..., iya Dievo," jawab Vanya dengan gugup.

"Kamu sudah tidak sabar untuk bertemu denganku ya?" tanya Dievo seraya kembali menggoda Vanya.

"Jangan membuyarkan konsentrasiku sayang, aku kan harus menemui dosen," jawab Vanya dengan tenang, sehingga berhasil menyembunyikan perasaan gugupnya.

"Iya maafkan aku. Semoga berhasil ya," ucap Dievo. Vanya semakin gugup karena mendengar suara serak milik Dievo yang begitu seksi di telinganya secara terus-menerus.

"Sudah dulu ya Dievo, dosen yang aku cari sudah datang," ucap Vanya.

"Baiklah, bye Vanya," ucap Dievo.

"Bye Dievo," ucap Vanya.

***

Dievo sudah berada di lingkungan kampus Vanya. Menunggu di dalam mobilnya yang begitu menarik banyak perhatian puluhan pasang mata. Terdengar puluhan suara berbisik serta pandangan mata yang terlihat mengagumi sosok mobil yang terparkir serta sang pemiliknya.

Vanya tidak menyadari kehadiran Dievo. Dia melangkah dengan santai seraya bersenda gurau dengan teman-temannya hingga akhirnya dia melihat kerumunan wanita yang terdengar dengan jelas sedang terpesona terhadap sesuatu. Dengan tergesa-gesa dia berlari mendekati kerumanan itu. Vanya terkesiap melihat Dievo sudah berada di depan matanya dan menarik perhatian banyak orang.

"Dievo!!" ucap Vanya dengan setengah berteriak memanggil nama kekasihnya dan seketika menarik perhatian kerumunan wanita yang mengagumi Dievo.

"Vanya," ucap Dievo seraya memberikan senyuman terindah miliknya ketika melihat Vanya sudah ada di depan matanya dan membuatnya terbebas dari gangguan para wanita yang begitu telihat agresif mendekatinya.

"Sejak kapan kamu disini?!" tanya Vanya dengan perasaan kesal serta nada yang meninggi.

Dievo segera berjalan mendekati Vanya. Seketika semua mata memandang sinis ke arah Vanya, seakan tidak terima pria tampan yang mereka kagumi malah tersenyum dan mendekati dirinya.

"Maaf, aku berniat menunggumu di sini sayang, tetapi lain kali aku akan lebih hati-hati," ucap Dievo dengan suara serak miliknya yang membuat puluhan pasang mata wanita menjadi berdebar-debar ketika mendengarnya.

"Maaf aku tidak bermaksud membuat kamu kesal," ucap Dievo yang kedua kalinya seraya membelai lembut kepala Vanya dan membuat puluhan pasang mata wanita yang sejak lama memperhatikan menjadi patah hati seketika.

"Apa kita sudah bisa pergi sekarang?" tanya Dievo dengan lembut, hingga berhasil meluluhkan kemarahan Vanya.

"Tapi aku tidak ingin hal seperti ini terulang lagi," jawab Vanya seraya memberikan senyuman termanis miliknya dan semakin mematahkan hati banyak wanita.

"Aku janji sayang," ucap Dievo seraya mengecup mesra kening Vanya dan dengan segera dia menggenggam jemari indah milik Vanya dan berjalan menuju mobil.

***

Dievo melajukan mobilnya dengan santai. Suara merdu mengalun indah dan menghiasi suasana di dalam mobil. Tangan Vanya dan Dievo saling menggenggam hangat jemari dengan penuh cinta. Sesekali Dievo mengalihkan pandangannya ke wajah cantik kekasihnya, memberikan senyuman yang menggetarkan hati Vanya seketika. Dievo mengarahkan mobilnya perlahan mendekati sebuah restoran yang bernuansa Italia, namun dengan cepat Vanya menolaknya.

"Apa kita mau makan di restoran itu?" tanya Vanya dengan ragu.

"Iya sayang, apa kamu keberatan?" jawab Dievo.

"Kita makan di restoran lain saja ya sayang, aku kurang suka menu makanan di tempat itu," ucap Vanya dengan lembut dan sopan.

"Baiklah. Kamu mau makan di mana sayang?" tanya Dievo dengan mesra seraya melihat ke arah wajah Vanya yang terlihat sedikit lelah.

"Bagaimana kalau kita ke restoran Cina? Aku sedang ingin makan dim sum," jawab Vanya dengan bersemangat hingga terlihat matanya berbinar ketika menyebut nama makanan yang dia sukai.

"Baiklah sayang," ucap Dievo seraya melihat ekspresi wajah yang bahagia terlukis indah di paras cantik Vanya.

Maka Dievo memilih untuk mengalah dan menyetujui permintaan Vanya. Dia melajukan kembali mobilnya menuju restoran Cina yang diinginkan oleh Vanya. Mendengar Dievo menyutujui permintaannya, seketika membuat Vanya mencium pipi kekasihnya yang berhiaskan brewok tipis itu dengan mesra.

***

Ketika melangkah memasuki restoran yang dituju, langkah kaki Dievo terhenti sejenak dan melihat ke arah toko bunga yang bertengger tepat di pinggir jalan. Dia menghubungi seseorang untuk membeli sebuah buket bunga Lily yang menjadi bunga kesukaan Vanya.

Bukan suasana romantis seperti yang direncanakan oleh Dievo sebelumnya jika mereka makan bersama di restoran Italia, melainkan suasana sederhana dan ramah yang dia dapat. Ketika hampir seluruh pesanan sudah dihidangkan, maka Dievo bersiap untuk memberikan Vanya sebuah kejutan manis.

"Vanya, tolong tutup matamu sebentar saja," ucap Dievo seraya berusaha untuk membujuk.

"Untuk apa Dievo?" tanya Vanya dengan ragu karena merasa bingung terhadap tingkah laku kekasihnya itu.

"Please, sebentar saja," jawab Dievo seraya memberikan pandangan memohon sehingga Vanya tidak sanggup menolak permintaan kecilnya.

Beberapa waktu kemudian Vanya diperbolehkan untuk membuka matanya kembali. Betapa terkejutnya Vanya melihat apa yang ada di depan matanya. Sebuah buket bunga Lily kesukaannya serta sebuah benda yang tampak istimewa dan mewah bernuansa violet dan merah muda yang tampak memukau berada di genggaman kekasih hatinya. Dengan posisi setengah berlutut Dievo memandang Vanya dengan penuh cinta.

"Ada apa ini Dievo?" tanya Vanya. Dia terkejut mendapati sikap Dievo yang begitu manis.

"Aku hanya ingin memperjelas hubungan kita, aku ingin kamu resmi menjadi kekasihku, karena aku belum melakukannya dengan benar pada saat itu," jawab Dievo. Nampak dia sedikit mengingat momen pertama mereka mulai dekat dan akrab.

"Kamu tidak perlu melakukan ini, aku sudah tahu perasaanmu, begitu juga kamu sudah mengetahui perasaanku," jawab Vanya dengan mesra seraya membelai lembut pipi Dievo yang seksi dan berhiaskan brewok tipis.

"Tidak. Aku ingin hubungan kita lebih jelas. Aku milikmu dan kamu milikku," ucap Dievo seraya memberikan senyuman terbaiknya dan hal itu berhasil meluluhkan hati Vanya agar menyetujui keinginannya.

"Baiklah, jika itu baik untuk hubungan kita," ucap Vanya yang nampak menyerah dan memilih mengikuti keinginan Dievo saat ini.

Seluruh pasang mata para pengunjung tertuju pada Dievo dan Vanya. Banyak yang merasa iri dan juga bahagia melihat adegan romantis yang dilakukan Dievo terhadap Vanya. Dengan tanpa ragu Vanya menerima rangkaian bunga Lily beserta kotak hadiah itu yang dengan perlahan dibuka oleh Vanya. Tanpa menunggu respon Vanya, Dievo langsung memasangkan kalung indah itu di leher jenjang milik Vanya yang membuatnya tampak semakin cantik ketika memakainya.

_TBC_