Entah apa yang merasuki pikiran Vanya, hingga menyetujui ajakan Natha untuk pergi makan malam bersama. Ada rasa penasaran yang mencuat dari dalam hati Vanya tentang Natha. Perbedaan yang dilihatnya tentang sikap Natha di saat pertama kali bertemu dengan sikapnya yang sekarang begitu ramah dan lembut. Seketika hal sepele itu mampu membuat Vanya merasa nyaman ketika berada di samping Natha. Bahkan perasaan terdalam Vanya seakan menjerit bahagia ketika takdir kembali mempertemukan mereka.
Vanya seolah melupakan keberadaan Dievo. Bahkan dia mematikan ponsel miliknya agar tidak seorang pun dapat menghubunginya. Egois, iya itu kata yang tepat untuk diberikan kepada Vanya saat ini. Dirinya seperti tertantang untuk merasakan kehangatan dari pria lain. Luar biasa, kata-kata itu terlintas di dalam otaknya, ketika dia merasakan sentuhan tangan Natha di punggung tangannya. Dengan sekejap Vanya dapat merasakan aliran darahnya mengalir deras seperti mengisyaratkan sinyal tubuhnya menginginkan lebih.
"Rasa yang berbeda. Lebih terasa mengebu-gebu dan menyulut gairah," batin Vanya. Itu membuat dirinya tidak mampu menolak ketika Natha menyentuhnya dengan hangat. Hilang akal. Iya, Vanya merasa dirinya sudah kehilangan akal sehatnya karena menginginkan sentuhan dari pria yang belum lama dia kenal. Lebih tepatnya Natha adalah orang asing bagi Vanya, namun tidak ada keraguan sedikit pun di dalam hatinya.
Kedekatan Vanya dengan Natha semakin instens malam itu. Acara makan malam mereka telah berakhir, namun mereka nampak ingin menghabiskan seluruh waktu yang mereka milik pada malam itu. Natha mulai berani mendekati tubuh Vanya. Dia melingkarkan lengan kirinya pada pinggang Vanya dan menggerakkan tangan kanannya untuk menyentuh wajah manis yang tepat berada sangat dekat dengan wajahnya.
Bibir seksi milik Natha mulai menyentuh bibir lembut Vanya dengan hangat. Perlahan namun terasa semakin intens hingga menimbulkan rasa nikmat dan membutakan mata. Vanya tidak menolak ketika Natha mencium bibirnya, bahkan dia menikmatinya dan berusaha mengimbangi ciuman Natha. Natha menyadari reaksi Vanya yang diluar dugaan, seketika hal itu membuat Natha kian menggebu-gebu. Kedua manusia itu seakan tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan terus saja saling bercumbu dengan mesra.
Natha menghentikan serangan ciumannya dan mengisyaratkan agar melanjutkan malam yang semakin larut itu di tempat yang berbeda. Vanya memberikan senyuman sebagai isyarat menyetujui ajakan Natha. Tidak membutuhkan waktu yang lama, kini mereka sudah berada di sebuah apartemen yang bernuansa warna biru. Tanpa membuang banyak waktu, ketika pintu apartemen milik Natha tertutup rapat, maka adegan bercumbu itu berlanjut dan semakin menggairahkan.
Perlahan Natha mengarahkan tangannya yang terasa hangat untuk menyentuh tubuh Vanya yang seolah tidak menolak serangannya. Tangan itu kini sudah menelusup ke dalam baju Vanya dengan perlahan namun berhasil membuat Vanya semakin menginginkan lebih. Wajah Vanya menunjukkan gairahnya kini telah tersulut oleh serangan-serangan cinta Natha. Tanpa ragu Natha mulai melucuti pakaian Vanya satu persatu hingga tidak ada sehelai pun yang tertinggal pada tubuh seksi itu. Vanya tidak mau kalah, dia pun dengan berani melakukan hal yang sama yaitu melucuti pakaian Natha dengan gairah yang menggebu. Kini tanpa ragu mereka telah melebur dalam gairah bersama.
Hingga keduanya terbaring lemah, karena percintaan di atas ranjang yang begitu hebat dan menyerap seluruh energi yang ada. Tetapi Natha tidak mau membuang kesempatan indahnya ketika sedang bersama Vanya, dia memeluk Vanya yang tertidur memunggunggi dirinya. Terasa begitu indah, bagaikan sebuah mimpi bagi Natha. Karena selama ini Natha hanya mampu menghadirkan Vanya di alam mimpi miliknya, hingga kesempatan luar biasa ini datang menyapa. Hingga apa yang terjadi kini terasa sangat menghangatkan rongga hatinya yang sebelumnya berbalut lapisan es.
Kini tanpa ragu Vanya membalikkan tubuhnya ke arah Natha, lalu wajah mereka saling bertemu dan Natha memberikan kecupan selamat malam tepat di kening Vanya. Terasa begitu manis dan menenangkan. Untuk saat ini Vanya membiarkan dirinya untuk terbuai di dalam pelukan hangat pria lain. Sosok Natha yang muncul secara tiba-tiba sudah berhasil mencuri perhatian Vanya.
***
Vanya terbangun ketika matahari mulai mengintip ke dalam kamar Natha melalui sela-sela jendela kamar. Dilihatnya Natha berada tepat di sampingnya dalam posisi masih tertidur, tanpa menunda lagi, Vanya segera bergegas membersihkan dirinya di bawah pancuran air yang terasa begitu hangat hingga membuat perasaannya menjadi tenang. Vanya melangkah dengan perlahan agar Natha tidak terbangun, lalu dengan segera membereskan barang-barang miliknya dan bergegas untuk pergi sebelum matahari semakin tinggi.
"Tunggu Vanya!" ucap Natha. Suaranya yang nyaris berteriak membuat Vanya tersentak dan menghentikan langkahnya yang sudah berada tepat di depan pintu keluar. Natha melangkah dengan cepat dan menghampiri Vanya hanya dengan balutan selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya. "Kenapa kamu sudah mau pergi?" tanya Natha. Dia terdengar kecewa ketika mendapati Vanya berniat pergi tanpa berpamitan dengannya. Kini Natha semakin mendekatkan dirinya ke arah Vanya hingga nyaris tanpa jarak sedikit pun, kini mereka sudah saling menempel. "Aku masih ingin bersama dengan mu," ucap Natha. Dia berbisik dan mendesah di telinga Vanya, dengan niat untuk menggoda. "Aku harus segera pulang sebelum ada yang...," ucap Vanya. Perkataan Vanya terhenti seketika oleh ciuman Natha yang hangat dan bergairah. "Kumohon jangan pergi, aku masih ingin bercinta sekali lagi dengan mu," ucap Natha. Terlihat sorot mata Natha kini menjadi gelap yang mengisyaratkan gairahnya sudah tersulut.
Vanya seolah tidak berdaya untuk menolak ajakan Natha, karena dia juga masih menginginkan kebersamaan dengan pria seksi itu untuk yang kedua kalinya. Vanya menyimpan hasrat yang luar biasa, sehingga ketika Natha sudah mulai melakukan serangan serta sentuhan-sentuhan seksi itu, maka seketika hal itu berhasil merubuhkan tembok pertahanan yang Vanya miliki. Tanpa membuang waktu, Natha kini langsung memulai aksinya dan berhasil membawa Vanya kembali ke atas ranjang miliknya. Mereka kembali bercinta untuk yang kedua kalinya. Namun untuk kali ini mereka melakukannya dengan lebih santai.
Sesi bercinta yang sangat memukau. Mungkin saja itu adalah hal pertama bagi Natha, namun tidak serta merta membuat dirinya tidak mampu memberikan percintaan yang hebat untuk Vanya. Hal yang pertama bagi dirinya, namun terasa begitu nikmat dan memabukkan.
Kini Vanya segera bergegas melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri untuk yang kedua kalinya. Terlukis senyum indah di wajah Vanya karena gairahnya telah terpuaskan oleh sentuhan Natha. Natha sangat memahami bagaimana cara untuk memanjakan tubuhnya serta memberinya kepuasan yang tidak akan pernah bisa dilupakan. "Dia laki-laki yang luar biasa!" Batin Vanya. Walaupun ini bukanlah pengalaman pertamanya karena sebelumnya Vanya sudah pernah melakukannya dengan Dievo. Namun Vanya merasa setiap sentuhan hangat yang Natha berikan untuk dirinya adalah hal yang terindah dan tidak terlupakan.
_TBC_