Vanya belum lama ini telah melepas kepergian Dievo di sebuah bandar udara untuk pergi mengurus pekerjaan penting yang tidak bisa diwakilkan oleh siapa pun. Tetapi kini perasaannya sudah mulai merasa gelisah karena perasaan rindu yang memeluk erat relung hatinya yang terasa hampa jika tidak bertemu dengan Dievo.
***
Sebuah rangkaian bunga yang nampak begitu indah terkirim ke arah rumah Vanya sebagai ucapan ulang tahunnya. Berpikir bahwa Dievo orang yang mengirimkannya, maka Vanya tersenyum dengan hati yang berbunga-bunga dan bersemangat untuk membaca kartu ucapan yang terselip indah dirangkaian bunga, seketika matanya membulat karena perasaan terkejut ketika membaca tulisannya yang menantang dan bukan berasal dari kekasihnya Dievo.
"Selamat ulang tahun Cantik. Aku akan memberikanmu layanan bercnta yang luar biasa melebihi malam panas yang kita lalui di kala itu. Aku menunggumu di apartemenku. Datanglah untuk mengambil hadiahmu." Pesan singkat dari Natha yang begitu berani membuat Vanya kehilangan kata-kata.
"Bagaimana kalau orang lain membaca pesan ini? aku bisa berada di dalam bahaya." Vanya bermonolog.
Ponsel miliknya berdering dan menandakan sebuah pesan masuk, hal itu berhasil membangunkan Vanya dari lamunannya yang begitu mendebarkan.
Tanpa ragu Vanya bergegas membaca pesan singkat itu. "Apa kamu sudah menerima kiriman dariku cantik? Aku sangat ingin bisa menjemputmu di rumah, tetapi aku tidak ingin kamu mendapat masalah, karena aku hanya ingin memberimu hadiah yang terindah." Vanya menelan ludahnya bahkan wajahnya bersemu ketika membaca pesan cinta yang terkirim dari Natha. Detak jantungnya berdegup dengan cepat karena perasaan gugup, bahkan kilasan kemesraan itu berkilat indah dikepalanya, seolah alam bawah sadarnya telah menantikan dengan penuh semangat.
Seketika Vanya mengingat bahwa selama dua hari ke depan Dievo akan sangat sibuk dan tidak bisa dihubungi karena ada pekerjaan penting, maka Dievo tidak akan menghubungi Vanya dan tidak akan tahu jika Vanya bertemu dengan seorang pria. Seolah semesta memberikan izin untuk Vanya dan Natha bertemu dan memadu kasih.
Tanpa merisaukan hal lain, Vanya bergegas mengganti pakaiannya dengan gaun yang indah melekat ditubuhnya dan mengikuti bentuk payudara serta bokongnya, nampak sangat menggoda. Vanya dengan sengaja memilih pakaian seksi itu untuk menemui Natha. Dia hanya menutupi tubuhnya yang seksi dengan mantel panjang miliknya. Dengan perasaan yang bahagia, dia ingin secepatnya dapat mengambil hadiah terseksinya yaitu Natha yang akan memberikannya goyangan ranjang yang luar biasa.
Tidak membutuhkan waktu yang lama. Vanya sudah berada di depan area apartemen Natha. Vanya lalu mengirimkan pesan singkat untuk Natha. "Aku sudah ada di bawah." Dengan segera Natha membaca dan membalas pesan dari Vanya. "Masuklah, aku sudah menunggumu." Vanya kembali menelan ludahnya karena perasaan gugup.
"Ting-tong." Suara pintu apartemen Natha berbunyi menandakan Vanya sudah berada di depan pintu apartemen miliknya. Dengan segera Natha berjalan menuju pintu dan membuka kunci, namun tidak membukakan pintunya melainkan dia jalan menjauhi pintu lalu berteriak agar Vanya dapat mendengarnya. "Sudah tidak dikunci sayang, bukalah," ucap Natha.
Dengan perlahan Vanya membuka pintu. Seketika Vanya tidak bisa melihat apa pun karena Natha menutup seluruh jendela tempat cahaya mengintip dan juga mematikan lampu seluruh ruangan. Vanya melangkah dengan ragu dan bertanya. "Natha ada apa ini?"
Natha menjawab dengan tenang. "Tidak usah takut, ini adalah kejutan untuk hadiahmu," ucap Natha.
Vanya tidak bisa melihat apa pun dan tidak bisa menebak dari arah mana suara Natha berasal. Berseling beberapa menit, cahaya lampu kecil mulai menyumbul membentuk sebuah jalan untuk menuju ke suatu tempat, Vanya berusaha mengikuti cahaya itu hingga sampai ke suatu ranjang yang bernuansa merah tua.
Vanya kembali menelan ludahnya. Dia menyadari ada serpihan kelopak bunga mawar yang tersebar di atas ranjang tersebut dan tercium aroma lilin terapi yang membangkitkan gairah Vanya. Lalu terdengar suara Natha, "berjalanlah sedikit ke arah kanan Vanya," ucap Natha.
Vanya mengikuti permintaan Natha dan tanpa sadar ada sebuah tangan hangat yang dengan seketika menggenggam jemari indah Vanya dan kemudian lilin penerang pun ikut menyala.
Vanya terkesiap karena mendapat pemandangan yang luar biasa tersaji didepan matanya. Natha tampak terlihat begitu memukau, senyumannya yang seperti memancing Vanya untuk segera melumat bibir miliknya, serta rambut yang terkesan berantakan semakin membuat penampilan Natha begitu menggoda.
Vanya memandang Natha dengan perlahan dari ujung rambut hingga ujung kaki dan hal itu membuat aliran darahnya bergejolak ketika pandangannya terhenti di area kejantanan milik Natha yang tampak mengintip karena Natha menggunakan celana dalam yang begitu mengundang gairah.
Natha melepaskan genggamannya dan mulai menggoyangkan tubuhnya. "Oh ya tuhan!!" Vanya membatin dan jantungnya semakin berdegup dengan cepat serta sorot matanya kini menggelap menandakan gairah Vanya sudah mulai tersulut.
Vanya nampak tidak ingin mengedipkan matanya sedetik pun agar dia tidak melewati satu pun momen erotis yang tersaji di depan matanya. Mengagumi bentuk tubuh altetis milik Natha yang disertai goyangan menggoda bak penari erotis. Tak kuasa Vanya menahan gairahnya yang sudah semakin tersulut, tanpa ragu Vanya kini membuka mantel yang menutupi pakaian seksi miliknya. Natha menghampirinya dan mempersilahkan Vanya untuk duduk di kursi yang berlapiskan kain putih tersebut. Natha begoyang dan menggesek perlahan tubuh Vanya hingga memunculkan aliran listrik yang bergejolak.
Natha membimbing Vanya untuk berjalan menuju ranjang yang sudah dihiasi kelopak mawar. Natha perlahan melucuti pakaian Vanya hingga tidak tersisa sehelai pun, lalu Vanya diminta untuk berbaring. "Apa kamu sudah siap sayang?" Natha bertanya dengan nada menggoda.
"Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Vanya dengan perasaan gugup.
"Tentu saja aku akan memberikanmu layanan bercinta yang tidak akan kamu lupakan." Natha berbicara dengan bangga dan memulai serangan erotisnya hingga berhasil membuat wanita pujaan hatinya tenggelam dalam kenikmatan bercinta.
Seolah tidak mengenal kata lelah. Kini Natha melanjutkan aksinya. Natha meneteskan minyak aroma terapi di tubuh Vanya. mulai dari area kaki, lalu dia memberikan pijatan lembut yang semakin menyulut gairah. Kini mengarah ke daerah pangkal paha, sehingga desahan itu kembali melesat dari bibir Vanya. Natha melanjutkan sentuhannya semakin ke atas atas dan menuang kembali minyak aroma terapi untuk melakukan pemijatan hingga mendekati area intim Vanya. Vanya nampak sedang menikmati sentuhan demi sentuhan dari kekasih gelapnya yang terasa bagitu memabukkan.
Lalu Natha memberikan ciuman yang menyulut gairah, basah dan disertai jilatan serta hisapan pada area organ intim. Vanya merasa melayang, dimanjakan dalam hal bercinta membuatnya mendesah kian kuat dan mencapai pelepasan yang kedua kalinya. Natha tersenyum manis melihat dirinya berhasil membuat Vanya dimabuk kepayang. Natha membiarkan Vanya terbaring untuk beristirahat sebelum memulai serangan yang berikutnya.
Beberapa waktu kemudian.
Natha datang menghampiri Vanya dengan membawa segelas coklat panas. "Minumlah sayang, agar kamu siap menerima layanan ranjangku yang berikutnya," ucap Natha.
Mata Vanya membulat mendengar kata-kata Natha, seakan tidak percaya akan ada kenikmatan yang ketiga untuknya. "Kamu tidak perlu memanjakanku, aku sudah sangat bergairah hingga tidak mampu menunggu lebih lama lagi, bersiaplah sayang." Lalu kemudian keduanya mendapatkan pelepasan kenikmatnya secara bersamaan. Natha berhasil memuaskam Vanya dan memberikan goyangan ranjang yang luar biasa.
_TBC_