Dievo tanpa ragu merencanakan kejutan terindah dan termahal untuk Vanya. Pesiapan matang telah dilakukan sejak beberapa minggu sebelumnya dengan sempurna dan tersembunyi. Dia mengetahui dengan pasti apa yang disukai kekasih cantiknya itu. Tidak ingin ada hal yang terlewat, Dievo melakukannya seorang diri tanpa meminta bantuan pihak lain. Memesan dari hal terkecil hingga hal yang terbesar.
***
Hari yang dinanti sudah datang. Semua sudah tertata dengan rapih sesuai dengan permintaan Dievo. Setiap inci ruangan sudah disulap dengan indah seakan berada di dunia dongeng. Dievo menarik garis senyumnya yang indah, menunjukkan rasa puas dengan hasil yang di dapat serta sesuai dengan yang dia inginkan.
Tanpa menunda lagi, Dievo segera mengutus seseorang untuk mengantarkan gaun indah yang sudah dia pilihkan untuk Vanya dan tersimpan rapih di dalam kotak yang begitu elegan.
***
Terdengar suara dari penyanyi cantik J.LO menjadi nada panggilan masuk pada ponsel milik Vanya. Dia bergegas untuk meraih dan melihat nama Dievo yang muncul pada layar ponselnya, seketika hal itu menciptakan senyuman manis yang terlukis indah di wajahnya.
"Halo sayang," ucap Dievo. Suara yang begitu menggelitik telinga Vanya terdengar seksi dengan suaranya yang nge-bass.
"Iya sayang," ucap Vanya. Dia menjawab dengan mesra.
"Sebentar lagi akan ada seseorang yang mengantar gaun untukmu, bersiaplah sayang, aku akan menjemputmu nanti sore," ucap Dievo. Dia berbicara dengan mesra.
"Baiklah. Apa aku boleh tau kita akan kemana nanti?" tanya Vanya. Dia mengatakannya dengan nada suaranya yang bersemangat.
"Maaf sayang. Tapi itu rahasia," jawab Dievo. Dia seolah memberikan sebuah teka-teki untuk kekasihnya.
"Baiklah," ucap Vanya. Dia menjawab dengan nada yang terdengar kesal. Merasa Dievo menyembunyikan sesuatu membuat dada Vanya menyempit. Rasa yang berkecamuk di dalam hatinya kini telah merubah mood Vanya seketika menjadi buruk. Dia tidak bersemangat untuk melakukan apa pun dan kehilangan selera makan. Lelah berpikir keras dan menebak teka-teki dari Dievo. Vanya memilih untuk menjatuhkan tubuhnya dengan kasar di atas kasur empuk miliknya. Pikirannya melayang jauh, membuat kedua mata indah itu terpejam sejenak.
"Ting-Tong." Vanya terperanjat ketika mendengar suara bel pintu rumahnya berbunyi, dengan setengah berlari Vanya menuju pintu utama. "Klek." Vanya melihat sosok orang yang tidak dia kenal sedang membawa sebuah kotak berwarna merah jambu yang berhias pita cantik dan terlihat begitu elegan. "Terima kasih." Vanya menjawab seraya tersenyum. Seakan kotak merah jambu itu mampu menepis emosinya yang sedang bergemuruh. Dengan perlahan Vanya membuka kotak merah jambu miliknya. Terlihat senyuman indah terlukis di wajahnya ketika melihat Gaun yang ada di dalam kotak merah muda itu. "Indahnya," ucap Vanya. Dia terpesona melihat Gaun Cantik miliknya yang berwarna biru elektrik tersimpan rapih di dalam kotak.
Vanya seketika teringat dengan sikapnya yang kekanakan dan meluapkan rasa kesalnya terhadap Dievo karena sudah bersikap seolah-olah menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Dengan tergesa-gesa Vanya menekan nomor ponsel Dievo. "Tut-tut-tut." Terdengar nada telepon itu sudah tersambung.
"Dievo sayang," ucap Vanya. Dia melembutkan suaranya.
"Iya Vanya," ucap Dievo. Dia menjawab dengan santai.
"Aku mau minta maaf. Tadi aku langsung menutup telepon darimu, karena tadi aku sedikit merasa kesal," ucap Vanya. Terdengar nada menyesal keluar dari tenggorokannya.
"Aku mengerti. Aku juga tidak marah dengan kamu sayang. Tidak usah dipikirkan lagi ya. Tunggu aku, aku akan datang satu jam lagi. Kamu sudah terima gaun dari aku kan?" ucap Dievo. Dia menjawab dengan santai serta hangat.
"Iya. Aku sudah menerimanya. Indah sekali. Terima kasih sayang," ucap Vanya. Terdengar suara Vanya yang menunjukkan perasaan bahagia.
"Bersiaplah. Aku akan menjemputmu. Bye Sayang," ucap Dievo. Terdengar suara Dievo yang nge-bass itu mampu membuat jantung Vanya berdegup dengan kencang.
"Iya, bye sayang," ucap Vanya. Dia menutup teleponnya dengan perasaan yang bahagia.
***
"Ting-Tong." Terdengar suara bel pintu sudah berbunyi seakan memanggil sang pemilik rumah untuk segera membukanya. Vanya melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju pintu yang sedari tadi sudah berbunyi. "Klek." Suara pintu terbuka perlahan. Seketika jantung Vanya berdetak dengan cepat. Tubuhnya terpaku melihat Dievo yang begitu mempesona. Tanpa ragu Dievo meraih jemari Vanya dan mencium dengan manis tangan kekasihnya.
"Kamu sangat cantik sayang," ucap Dievo. Dia berbicara dengan mesra.
"Terima kasih. Kamu juga terlihat tampan sayang," ucap Vanya. Dia melukiskan senyuman terbaik miliknya.
"Apa kita bisa pergi sekarang?" Dievo bertanya dengan lembut.
"Iya tentu saja," jawab Vanya.
***
Vanya terperangah mendapati pemandangan yang tersaji di depan matanya, yang nampak begitu menakjubkan. Puluhan kelopak bunga yang bertabur di atas pasir putih disertai bambu berisi obor yang seakan menjadi pagar yang menyinari suasana senja di tepi pantai.
'I..., ini, untuk apa Dievo?" tanya Vanya. Dia berbicara dengan terbata-bata karena merasa sangat gugup.
"Ini adalah kejutan untuk kamu sayang. Ini yang aku sembunyikan dari mu. Maaf terlambat, selamat ulang tahun sayangku," jawab Dievo. Dia mengecup dengan hangat kening Vanya.
"Kamu tidak melupakan hal itu ya?" tanya Vanya. Dia mengucapkannya dengan hati-hati.
"Tentu tidak. Aku tidak pernah melupakan apa pun yang berhubungan dengan mu. Ayo sekarang kita kesana," jawab Dievo. Dia mengeluarkan pesonanya dengan mengeluarkan suaranya yang nge-bass.
"Iya. Tapi...," ucap Vanya. Dia terlihat ragu.
"Kenapa sayang? Apa kamu tidak suka?" tanya Dievo.
"Bukan itu maksudku, tapi aku hanya terlalu gugup untuk menginjak bunga-bunga yang indah itu," jawab Vanya. Dia nampak tersipu malu.
Terlihat Dievo tersenyum kemudian tertawa mendengar kata-kata Vanya. "Baiklah. Aku akan menggendongmu," ucap Dievo seraya membopong tubuh kekasihnya. Vanya terkesiap ketika Dievo sudah berhasil menggangkat tubuhnya dan menggendong menuju tepi pantai.
"Ini sangat indah sayang. Terlalu indah," ucap Vanya. Dia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap perlakuan kekasihnya yang begitu manis.
"Tidak ada yang lebih indah selain dirimu sayang," ucap Dievo. Dia menatap mesra Vanya.
Kalimat Dievo seketika membuat Vanya semakin gugup. Kini dia merasakan jantungnya akan melompat seketika. Vanya berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan diri.
Tidak lama kemudian pelayan datang satu persatu untuk menghidangkan aneka menu makanan. Dievo seakan tahu apa yang paling disukai oleh Vanya. Suasana makan malam yang begitu romantis berhasil diciptakan di hari istimewa Vanya. Tanpa mengulur waktu, Dievo segera memberikan hadiah untuk kekasihnya.
"Ini untuk kamu Vanya," ucap Dievo. Dia berbicara dengan mesra.
"Apa ini Dievo?" tanya Vanya. Dia nampak terkejut mendapatkan sebuah bingkisan untuk yang kedua kalinya dalam sehari.
"Bukalah. Aku harap kamu menyukainya," jawab Dievo. Dia berbicara dengan mesra seraya menatap Vanya dengan penuh cinta.
"Ini indah sekali," ucap Vanya. Dia mengerjapkan matanya seraya menyadarkan dirinya dari mimpi. Tetapi itu bukanlah mimpi.
"Mau aku bantu pakaikan?" tanya Dievo. Dia melukiskan senyuman terbaiknya.
Vanya mengangguk seraya memberikan jawaban untuk pertanyaan Dievo. Indah. Sangat indah. Mungkin kata-kata itu yang dapat Vanya ucapkan.
"Terima kasih untuk semua ini Dievo. Aku sangat bahagia," jawab Vanya. Dia membalas tatapan Dievo dengan mesra.
"Apa pun sayang. Apa pun akan aku lakukan untuk membahagiakan dirimu. Karena kamu adalah kebahagiaanku," ucap Dievo.
Jemari keduanya semakin erat menggenggam. Kini Dievo sudah mendekatkan wajahnya ke arah Vanya. Kecupan serta hisapan lembut itu sudah membuat Vanya terbuai. Mereka berciuman dengan perasaan yang menggebu-gebu. Dievo menggendong tubuh Vanya untuk yang kedua kalinya. Tapi bukan untuk menuju keluar ruangan, melainkan untuk membawa Vanya memasuki sebuah kamar yang sudah dihias indah sebelumnya.
Dievo menjatuhkan tubuh Vanya dengan perlahan di atas kasur yang telah ditaburi bunga mawar. Nampak Vanya ingin mengatakan sesuatu, tetapi terhenti oleh ciuman Dievo yang begitu menggelora. Tanpa ragu kini Dievo mulai melucuti pakaian Vanya hingga tidak tersisa sehelai pun. Vanya tanpa malu-malu mulai melakukan hal yang sama terhadap Dievo. Keduanya sudah mulai tersulut gairah. Sentuhan tangan itu mulai menyusuri tubuh indah Vanya tanpa ragu. Ini adalah kali kedua mereka bersama bergulat di atas ranjang panas.
Dievo memberikan waktu sejenak untuk Vanya beristirahat dengan memberikannya minuman hangat. Tetapi Vanya tidak ingin menunggu lebih lama lagi dan segera memberikan sinyal kepada Dievo dengan mengubah posisinya yang kini berada sejajar dengan tubuh Dievo. Tanpa menunggu jawaban pria itu, kini Vanya memulai aksinya dengan percaya diri hingga mencapai kepuasan yang luar biasa.
Mereka kini saling bercumbu mesra dan mengistirahatkan tubuh di atas kasur yang bertaburan kelopak bunga mawar hingga matahari menjumput keesokan harinya.
***
Dievo kembali ke rutinitas kesibukannya. Bahkan dia harus menerima dengan berat hati untuk tidak bertemu dengan kekasih hatinya itu sampai satu pekan kedepan demi pekerjaan penting yang tidak bisa diwakilkan oleh siapa pun. Seakan berat meninggalkan orang yang paling dicintainya, Dievo memeluk Vanya dengan erat dan hangat.
_TBC_