Dievo selalu menyempatkan waktunya untuk memastikan kondisi Vanya dalam keadaan baik-baik saja. Hampir puluhan kali Dievo mengirimkan pesan singkat ke ponsel Vanya, berisi kalimat yang mengisyaratkan tentang kecemasan yang terus melanda hatinya hingga menyerupai sebuah teror, namun kali ini namanya teror cinta.
Sebelumnya Dievo sudah sempat menyewa seorang bodyguard yang akan dipekerjakan untuk menjaga Vanya. Namun Vanya menolaknya dengan keras, dia bahkan bersikeras untuk menghalau tindakan Dievo dan memberi ultimatum yang begitu mengejutkan. Jika Dievo tetap memaksakan kehendaknya maka Vanya akan pergi menjauh dari pria itu tanpa ragu. Vanya tidak akan membiarkan ada orang asing yang mengusik dan memasuki zona pribadinya, walaupun itu merupakan orang suruhan kekasihnya, tetap tidak ada pengecualian.
Akhirnya Dievo memilih untuk menyerah dan mengalah demi kebaikan. Dia juga tidak ingin Vanya bertindak gegabah dan benar-benar meninggalkan dirinya seorang diri. Dievo tidak akan membiarkan apa pun mengusik kebersamaan dirinya dengan kekasih hatinya. Dia juga tidak ingin kehilangan wanita yang sangat dia cintai.
***
Vanya melakukan aktivitasnya seperti biasa, yang berbeda hanya sosok Dievo yang selalu berusaha meluangkan waktunya untuk menemani Vanya. Tidak ingin kekasihnya terluka ketika dia tidak ada di sampingnya seperti beberapa waktu lalu. Hingga Vanya diperlakukan bagaikan seorang putri kerajaan yang sangat dimanja, dan Vanya tidak menolak semua perhatian itu, karena dia suka menerima banyak perhatian dan juga pujian dari kekasihnya, Dievo. Vanya sangat menyukai situasi dimana seorang Dievo yang selalu sibuk dengan pekerjaannya kini mampu berada disisinya.
Akan tetapi hal itu mampu menarik perhatian banyak pasang mata dengan sorotan penuh kebencian terhadap Vanya, karena telah merebut sosok pria yang mereka idamankan. Namun Vanya tidak mempedulikan mereka yang membenci dirinya, karena hidupnya tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan orang lain.
Dengan percaya diri, Vanya menunjukkan kemesraannya bersama dengan Dievo. Bahkan mereka nampak sedang terbuai asmara yang menggebu-gebu, sehingga membuat keduanya ingin selalu menghabiskan waktu bersama. Kemesraan terlihat begitu jelas di antara keduanya. Kedua tangan yang saling bertaut dengan erat dan menatap penuh cinta. Bahkan sesekali Dievo tanpa ragu memeluk Vanya yang terlihat begitu manis dan cantik. Hal itu semakin membuat banyak wanita terbakar api cemburu.
Dievo menghabiskan uang miliknya di pusat pembelanjaan untuk membeli banyak barang. Begitu banyak barang yang dibawa oleh beberapa orang yang dia sewa. Dari kebutuhan ujung kaki hingga ujung rambut.
Vanya melambung tinggi mendapat perhatian yang luar biasa, dia begitu dimanjakan dengan baik oleh Dievo. Walau tampak sesekali kekasih tampannya itu mengalihkan perhatiannya sejenak ke ponsel pintarnya untuk memeriksa beberapa pekerjaan. Vanya menyadari dirinya memiliki kekasih seorang pekerja keras yang menjadi tombak kesuksesan untuk perusahaan yang tak perlu lagi diragukan jam terbangnya. Kesedihan tampak sekilas hinggap di wajah Vanya ketika kembali mengingat hal itu, namun dengan cepat dia menyembunyikannya dibalik senyuman manisnya.
Wajah yang memancarkan kebahagiaan terlihat jelas di wajah keduanya. Vanya tidak ingin kehilangan saat-saat indah ketika bisa menghabiskan waktu bersama kekasihnya yang begitu dia cintai. Genggaman erat yang terasa hangat itu takkan pernah mau dia lepaskan. Bahkan rasanya tidak rela jika berada jauh dari sorotan mata yang hangat dan penuh cinta milik Dievo yang ditujukan hanya untuk dirinya. Sungguh Vanya merasa menjadi wanita yang paling beruntung karena telah menjadi seorang kekasih dari seorang Dievo.
***
Dievo tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja, pikirannya selalu melambung tinggi memikirkan kekasih hatinya yang begitu mempesona. Tanpa peduli berapa banyak uang yang telah dia habiskan untuk keperluan Vanya, dia terus saja membeli beberapa barang yang mungkin sebagian dari itu tidak akan dipergunakan oleh Vanya.
Vanya adalah wanita pertama yang telah mencuri hatinya, sehingga Dievo akan sangat memanjakan kekasihnya itu walau dia harus membelikan Vanya sebuah hotel megah sekalipun, maka itu akan dia lakukan tanpa perasaan ragu.
Terdengar suara panggilan masuk pada ponsel milik Dievo. Seketika hal itu berhasil menarik perhatiannya, ketika dilihat nama yang tertera pada Caller ID "My Love." Dengan cepat Dievo meraih ponsel miliknya yang tergeletak di meja kerja dengan diliputi perasaan bahagia.
"Halo," ucap Vanya. Terdengar suara merdu dari seberang sana.
"Vanya," ucap Dievo dengan suara khasnya yang serak.
"Untuk apa semua barang ini Dievo?" tanya Vanya. Terdengar suara Vanya yang mengandung kegelisahan karena menerima kiriman barang yang begitu banyak.
"Itu untuk keperluanmu Vanya," jawab Dievo.
"Aku tidak memerlukannya," ucap Vanya. Terdengar suara di seberang sana menjawab dengan ketus.
"Vanya...," ucap Dievo dengan tenang.
"Aku tidak membutuhkan semua itu Dievo," ucap Vanya. Tersirat perasaan kesal pada nada bicara Vanya.
"Baiklah, aku akan menjelaskan semuanya ketika menjemputmu nanti," ucap Dievo dengan lembut.
"Oke," ucap Vanya dengan singkat seraya menahan perasaannya dan mengakhiri panggilan telepon dengan perasaan gelisah.
***
Dievo berusaha memberikan senyumannya kepada Vanya saat bertemu, tetapi Vanya memberi sorotan mata yang tajam karena perasaan kesal yang sedang menyelimuti hatinya.
"Vanya," ucap Dievo. Suara serak itu terdengar begitu merdu di telinga Vanya dan nyaris menimbulkan sebuah senyuman di wajah cantiknya, tetapi dengan cepat dia sembunyikan.
"Ayo masuk," ucap Vanya dengan ketus seraya mempersilahkan Dievo untuk masuk ke dalam rumah.
Dievo nampak terkejut ketika melihat barang-barang pemberiannya yang berlebihan. "Ini semua?" tanya Dievo. Seakan tidak percaya dengan hal yang dilihatnya di depan mata.
"Iya ini semua kiriman darimu!" jawab Vanya dengan nada jengkel.
"Iya, maaf..., aku salah," ucap Dievo dengan perasaan bersalah.
"Lalu bagaimana Dievo, mau diapakan semua ini?" tanya Vanya dengan suaranya yang mulai melembut seketika setelah mendengar permintaan maaf yang tulus dari kekasihnya.
"Terserah padamu, ini semua sudah menjadi milikmu," jawab Dievo seraya menatap Vanya dengan hangat.
"Baiklah. Aku hanya tidak ingin kamu membuang-buang uang hanya untuk hal seperti ini Dievo," ucap Vanya seraya meraih jemari milik Dievo yang kokoh dengan hangat, sebagai tanda bahwa dia sudah menghilangkan rasa kesalnya.
Tanpa menjawab Vanya, Dievo langsung mendekatkan tubuhnya sehingga tidak ada jarak lagi di antara mereka. "Aku hanya ingin memberikan semua milikku untukmu," ucap Dievo seraya menatap Vanya dengan hangat dan penuh cinta. Vanya merasakan sentuhan bibir seksi milik Dievo sudah mengecup mesra lalu mulai mengecup lembut dan menghisap perlahan bibir miliknya.
Dievo melepaskan kerinduannya yang sudah membuat dirinya tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan maksimal. Tanpa ragu Vanya membalas ciuman mesra itu, menyadari reaksi Vanya, Dievo semakin berhasrat untuk mencium kekasih hatinya dan membuat ciuman itu menjadi semakin intens.
Kini mereka sudah kembali berbaikan. Terkadang mengalahkan ego masing-masing untuk kembali harmonis adalah sebuah kewajiban, agar hubungan tetap terjaga dan semakin bertambah kasih sayang di antara keduanya.
_ TBC _