Jangan lupa Kasih tanda yah, maaf typo bertebaran.
"Kelvina Rose"
Indah bukan?
'Rose' sebuah bunga yang punya pemikat tersendiri. 'Rose'~mawar, bunga darah yang punya duri, bunga indah yang banyak di suka manusia.
Tapi, bolehkah ku ceritakan tentang siapa itu 'Kelvina Rose'. Dia adalah gadis pendiam, dengan wajah manis, tidak-tidak dia tidak cantik, tapi dia manis, saat tersenyum pipinya akan berlubang lebih tepatnya lesung pipi, manis bukan?
Gadis yang terlahir dari keluarga yang berkecukupan.
Dia bukan gadis manja yang akan di bangunkan dengan ketukan lembut ketika pagi menjelang, atau rambut indahnya akan di elus punuh sayang, bukan. Tapi dia akan di bangunkan dengan suara teriakan yang lebih mengerikan dari seorang iblis.
Dia terlahir di keluarga yang salah, dia di benci Ayah dan Ibunya, dia dua bersaudara.
'Rumah' adalah definisi pulang bagi setiap orang yang menemukan kebahagian di sana. Tapi bagi 'Rose', Rumah adalah neraka.
🌹
"Cepat Kerjakan! "
Sebuah bentakan untuk yang kesekian mengarah pada Rose yang tengah beristirahat, dia lelah, karena sedari pagi menjelang, harus membersihkan rumah besar ini sendirian.
Sedang adiknya, justru tertawa saat melihatnya yang terus dapat bentakan dari ibu mereka.
"Cepat kerjakan! Jangan hanya diam, Dasar anak tidak berguna!! "
Lagi, Kata menyakitkan itu terus Rose dapatkn setiap harinya.
Rose memilih lanjut membersihkan taman belakang yang akan dijadikan acara pesta ulang tahun adiknya, beruntung bukan?
Kapan gadis itu merasakan manisnya di akui seorang anak, setidaknya sedikit dianggap berguna. Tak sadar air mata Rose luruh, bersama rasa muak pada ketidakadilan Tuhan, atau justru memang takdirnya yang buruk.
Rose hanya berharap, semoga suatu saat Tuhan memberinya seorang malaikat yang akan membuatnya bahagia~ justru itu hanya terus jadi harapan yang tidak akan berubah jadi kenyataan.
3 jam tidak berhenti, terus bekerja padahal pagi tadi Rose sama sekali tidak sarapan, tenaganya habis, membuatnya lelah Dan memilih beristirahat di taman bunga mawar yang dia taman sendiri, tapi setelah taman belakang yang akan di gunakan untuk pesta malam ini di sulap oleh tangan ajaibnya~tidak apakan memuji diri sendiri?
🌹
Rose po'v
"Kapan bahagia menghampiriku? Setidaknya di anggap berguna oleh Ayah dan Ibu, dan diperlakukan seperti manusia, bisa merasakan kasih sayang dan juga sebuah pelukan. "
Aku bermonolog, berucap tentang angan kosong yang selalu aku tanyakan pada Tuhan. Sungguh, Aku tidak ingin kemewahan seperti adikku Lili, aku hanya ingin dianggap anak, tidak lebih.
Lagi, air mataku luruh, 17 tahun Aku bentahan dengan segala kesakitan yang mungkin, tiada akhir~atau justru akan berakhir.
"Semangat Rose, diluar sana ada yang lebih menyedihkan dari hidupmu, tapi mereka memilih terus bungkam, hanya berharap Tuhan berbaik hati, mengakhiri segala sakitmu. "
Aku menyemangati diriku sendiri, berusaha kuat untuk hari esok dan berikutnya, hari yang mungkin lebih buruk dari ini.
Saat Aku sedang menguatkan diri sendiri, suara dingin yang seharusnya jadi tempat pulang banyak perempuan, atau lebih tepatnya tempat banyak perempuan melabuhkan 'cinta pertamanya' justru jadi tempat yang paling aku benci.
"Apa semua sudah selesai? "
Suara itu mengalun, bagai es yang beku, pemilik suara yang paling kejam menurutku.
Kenapa begitu?
Karena Ayah mana yang tega melihat anak perempuannya di siksa di depan mata kepalanya sendiri, dan yang lebih parah dia juga ikut menyiksaku.
"Sudah Yah. "
Aku menjawab dengan menunduk, tidak berani menatap Ayahku sendiri.
" Apa yang kamu lakukan? Dasar anak tidak berguna! Apa kamu tidak bisa bekerja dengan baik? Atau kamu iri pada adikmu hah!!! "
Suara itu menggelegar, bagai guntur di tengah badai, memporak-porandakan hatiku yang baru saja kubangun susah payah.
"Tapi Yah, apa salah ku? "
Sungguh Aku tidak mengerti, aku sudah melakukan segalanya, menyapu dan mengepel rumah ini sendirian, bahkan sedari pagi aku tidak bertemu makanan, tapi kenapa Ayah justru kembali marah padaku.
"Masih bertanya? Kamu yang membuat Lili teruka!! "
Mulutku terbuka, ingin memberi penjelasan pada ayah yang menuduhku, sungguh aku tidak melakukannya tapi Lili sendiri yang menginjak lantai basah yang baru saja selesai ku pel.
" Tidak Yah, Aku.. "
" Jangan banyak alasan!!! "
Belum selesai kalimatku, Ayah sudah berteriak dan plakk, sebuah tamparan mendarat pada pipiku, setelah menamparku Ayah pergi setelah bungkam beberapa saat.
Kenapa ayah bungkam? Apa ia merasa terluka menyakiti putrinya? Tapi kurasa itu tidak mungkin.
Malang sekali hidupku.
Aku memilih menangis di temani kepingan hati yang sudah tak berbentuk lagi, menyisakan perih yang tak pernah bisa lagi ku definiskan, Ayahku menghancurkan hatiku, cinta pertama macam apa yang menyakiti putrinya, cinta pertama macam apa yang membuat putrinya terluka.
Bolehkah Aku benci cinta pertama yang bernama Ayah?
-
-
-
Wihh ini part pertama ceritaku, maaf yah kalo gak greget gitu.
Jangan Lupa Kasih Vote and comment sebagai tanda yah